Salin Artikel

Bank Sampah di Kulon Progo ini Suplai Plastik Kresek untuk Bikin Aspal

KULON PROGO, KOMPAS.com – Kantong plastik atau kresek biasanya sekali pakai lantas dibuang. Sampah ini sejatinya masih bisa dimanfaatkan lagi, selain digunakan ulang.

Pemanfaatan sampah kresek bisa dilihat di bank sampah induk Dhuawar Sejahtera di Pedukuhan Kroco, Kalurahan Sendangsari, Kapanewon Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Pekerja Dhuawar mencacah atau memotong kresek hingga ukuran sangat kecil.

Nantinya cacahan bisa dimanfaatkan sebagai campuran untuk meningkatkan kualitas aspal.

“Cacahannya lembut dan tipis. Saat dimasak dengan aspal hanya memerlukan waktu sebentar dan cepat,” kata Direktur Bank Sampah Dhuawar Sejahtera, Febrianti, Jumat (19/8/2022).

Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional Jawa Tengah – DI Yogyakarta, Satuan Kerja PJN Wilayah II, Jawa Tengah tengah melakukan pekerjaan preservasi di jalan raya di Jawa Tengah ke perbatasan Jawa Barat. Balai ini berada di bawah Direktorat Jenderal Bina Marga, Kementerian PUPR RI.

Pekerjaan pengaspalan akan menggunakan campuran aspal plastik. Salah satu suplai plastik ini dari Dhuawar.

Febrianti mengungkapkan, bank sampahnya mengumpulkan hampir satu ton plastik untuk dicacah, lantas dikemas untuk dikirim ke sana.

Permintaan kedua

Plastik dicacah halus hingga 0,4 milimeter. Nantinya, plastik  digoreng di aspal panas untuk menciptakan aspal dengan kualitas lebih baik. Campuran plastik setidaknya 6 persen untuk setiap 1 ton aspal. Aspal akan lebih kuda, keras dan tahan air.

“Ini merupakan permintaan kedua. Permintaan pertama sebanyak lebih 1.000 kilogram pada beberapa tahun lalu, sedangkan yang sekarang permintaannya 800 kilogram plastik,” kata Febrianti.

Pencacahan berlangsung di workshop 6 X 12 meter. Kantong plastik disuplai dari berbagai beberapa tempat, terutama tempat pembuangan akhir.

Pencacahan di workshop Dhuawar berlangsung satu minggu belakangan. Hasil pencacahan tidak berkurang dari sejak plastik dimasukkan.

Tidak semua plastik kresek bisa menjadi bahan campuran aspal, hanya plastik kresek yang tipis, mengkilap, bersih dan kering.

Plastik yang basah dipisahkan karena malah membuat hasil cacahan menggumpal dan menempel. Selain itu, proses pencacahannya juga lebih lama.

Karenanya perlu memilah terlebih dahulu, menjemur dan membersihkan plastik dari berbagai macam logam dan batu.

Tak jarang, plastik-plast

ik kresek yang terkumpul berisi logam seperti paku atau uang recehan serta batu kecil. "Kalau ada logam atau batu bisa merusak pisau mesin pencacah," kata Febrianti.

Seorang pekerja bernama Sarijan tampak mengoperasikan mesin pencacah kresek ini di workshop Dhuawar. Sarijan tetangga satu dusun namun berbeda RT dari Febrianti.

Sarijan ini sudah lima tahun ikut kegiatan ini. Ia sebenarnya buruh tambang batu rumahan di sekitaran desa Sendangsari.

Pada saat sedang tidak ada pekerjaan, ia berkeliling mencari plastik dari penampungan ke penampungan.

"Tiap minggu ketiga saya mencari barang rongsokan baik di sekitar Sendangsari bahkan sampai ke desa sebelah, Karangsari, bahkan di Wates, Clereng hingga Sentolo," kata Sarijan.

Mendapatkan sampah seperti ini tidak mudah. Kendalanya banyak, mulai dari sampah yang kotor dan hujan membuat plastik semakin kotor.

“Harusnya sudah dipilah,” kata Sarijan.

Ia bekerja seperti jam kerja orang kantoran dari pukul 08.00 - 16.00 WIB. Ketika pesanan datang, ia terpaksa lembur.

“Demi mencukupi hidup dua anak yang masih sekolah,” kata Sarijan.

Seorang pegiat lingkungan di Pedukuhan Kroco, Sugiyanto mengungkapkan, Dhuawar Sejahtera tidak hanya sekadar bank sampah induk. Kegiatan mereka menunjukkan masyarakat pedukuhan secara umum ikut beradaptasi dalam mitigasi perubahan iklim.

Bahkan sampah yang sulit terurai sekalipun ternyata masih memiliki manfaat dan nilai jual setelah diolah.

“Ini semua adalah upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Bank sampah merupakan bagian kecil dari mitigasi perubahan iklim, terutama di soal pengolahan sampahnya,” kata Sugiyanto yang juga bekerja sebagai pamong di kantor desa Sendangsari.

Kegiatan warga Kroco ini tidak hanya terlibat di bank sampah. Terdapat kegiatan lain, seperti gerakan penanggulangan kekeringan, banjir, longsor, hingga penghematan penggunaan air. Beberapa yang lain, yakni memanfaatkan sampah yang bisa didaur ulang.

Seperti pembagian daging kurban sudah menggunakan daun kelapa dan daun pohon jati, bukan plastik.

Kroco pun kini berkembang sebagai kampung iklim dari program Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/08/19/184835878/bank-sampah-di-kulon-progo-ini-suplai-plastik-kresek-untuk-bikin-aspal

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke