Salin Artikel

2 Meninggal Terpapar Leptospirosis di Yogya, Dinkes Imbau Masyarakat Gunakan APD Saat Berkebun

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta mengimbau masyarakat untuk menggunakan alat pelindung diri (APD) saat beraktivitas di lokasi-lokasi yang kemungkinan terdapat tikus.

Pasalnya, sampai saat ini sudah 6 orang terpapar leptospirosis dan 2 orang meninggal dunia.

Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Pengelolaan Data dan Sistem Informasi, Dinkes Kota Yogyakarta Lana Unwanah menjelaskan masyarakat perlu mewaspadai lingkungannya karena Leptospirosis disebabkan oleh kencing tikus.

"Leptospirosis itu ada enam kasus ya, dua meninggal. Untuk sebarannya saya kurang hapal ya. Cuma intinya kita harus waspada dengan lingkungan ya, karena leptospirosis itu disebabkan oleh kencing tikus," kata Lana, Selasa (19/7/2022) saat ditemui di DPRD Kota Yogyakarta.

Ia menambahkan, air kencing tikus jika sudah berada di tanah becek akan sulit dideteksi, sehingga masyarakat perlu menggunakan APD berupa alas kaki atau sarung tangan saat membersihkan lingkungan rumah atau bekerja di kebun.

"Nah itu kemudian kita enggak tahu nih ada luka kecil banget enggak kelihatan, baik di tangan ataupun kaki atau daerah-daerah lain yang kemudian bersentuhan (dengan kencing tikus) itu kemudian bisa jadi kemudian tertular," jelas dia.

Untuk mecegah penularan, dia meminta kepada masyarakat untuk memperhatikan kebersihan lingkungan dan juga melindungi diri dengan APD saat bekerja di sawah atau berkebun.

"Misalkan emang harus kerja di sawah  pakailah sepatu boot untuk menghindari kontak air atau tanah yang terkontaminasi," ucapnya.

Dia meminta kepada tenaga kesehatan untuk lebih jeli saat menanyakan kondisi pasien mengingat orang yang terpapar leptospirosis memiliki gejala yang tidak spesifik, seperti demam, lemas, nyeri otot.

"Kita (nakes) anamnesis dengan pasien itu oh dia bekerja di kebun, petani atau rumahnya dari daerah banjir. Nah kita sebagai tenaga kesehatan harus berpikir ke arah sana, harus kita berikan obat-obatan yang memang untuk perlindungannya, antibiotik kan obatnya," kata dia.

Jika dibandingkan dengan tahun lalu terjadi peningkatan orang yang meninggal akibat leptospirosis pada tahun 2021 lalu total sebanyak 5 orang terpapar dan 1 orang meninggal. Sedangkan tahun 2022 hingga bulan Juli ini total terpapar 6 dan 2 meninggal dunia.

"Jadi sebenarnya kasus tidak banyak tapi bila ada yang tidak tertangani atau terdiagnosis awal. Karena itu tadi tidak spesifik gejalanya sama dengan infeksi yang lain, infeksi virus kuman yang lain. Ada demam, rasa tidak enak, sakit kepala, pusing nyeri otot. Kalau bertanya itu oh ini pekerjaan apa ini dari situ ada dugaan ke sana langsung pemeriksaan mendukung ke arah sana (leptospirosis)," bebernya.

Sebelumnya, Dinas Kesehatan  (Dinkes) Kota Yogyakarta menemukan kasus sebanyak 6 orang terjangkit leptospirosis, dan 2 orang meninggal dunia selama tahun 2022 ini.

Oleh sebab itu Dinkes mengimbau masyarakat agar lebih waspada terhadap penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira pada tikus ini.

Kepala Seksi Pencegahan Pengendalian Penyakit Menular dan Imunisasi Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Endang Sri Rahayu menyebut sampai Juni 2022 di Kota Yogyakarta ada 6 kasus leptospirosis dengan 2 kasus meninggal dunia.

"Jumlah kasus merata dari Januari sampai Juni 2022 dan tersebar di beberapa wilayah di antaranya di Pandeyan, Prawirodirjan dan Danurejan. Kasus yang meninggal itu rata-rata karena terlambat, tidak tahu penangananya," katanya melalui keterangan tertulis yang diterima, Selasa (19/7/2022).

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/07/19/192052178/2-meninggal-terpapar-leptospirosis-di-yogya-dinkes-imbau-masyarakat

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com