Salin Artikel

Kisah Hokky Caraka, Bocah dari Pelosok Gunungkidul Pencetak 4 Gol Lawan Brunei di Piala AFF U-19

Tim asuhan Shin Tae Yong melumat Brunei dengan skor 7-0, dan 4 gol di antaranya dicetak remaja asli Gunungkidul, DI Yogyakarta, Hokky Caraka Bintang Briliant (17).

Di rumahnya Padukuhan Susukan 1, Kalurahan Genjahan, Kapanewon Ponjong, orangtuanya Ribut Budi Suryono, dan keluarga kecilnya bersorak gembira ketika Caraka melesakkan gol.

"Tetangga sudah hapal dengan sorakan kami, saya sampai teriak-teriak," kata Ribut ditemui Kompas.com di rumahnya Selasa (5/7/2022).

Selain mengucapkan selamat, dirinya mengirimkan pesan melalui ponselnya kepada sang anak agar segera melupakan kemenangan malam ini.

Sebab, masih ada pertandingan lanjutan, dan jangan selalu puas dengan capaian yang diraih saat itu. "Jangan berlarut dengan capaian semalam," kata Ribut.

Ribut kembali bercerita, jika anak kedua dari 4 bersaudara ini sejak lama berlatih sepak bola. Sejak bayi, dirinya begitu gemar dengan si kulit bundar.

Lalu, kelas 3 SD, Hokky Caraka saat itu terobsesi temannya yang sering mengikuti kompetisi.

"Akhirnya, kita masukkan ke SSB Handayani. Sejak di SSB itu, Caraka mulai kelihatan talentanya," ucap dia.

Karena minatnya untuk bermain bola terlihat, saat SMP dimasukkan ke SMPN 1 Playen yang memiliki kelas khusus olahraga, meski jaraknya lebih dari 15 km dari rumahnya.

"Sejak saya pulang dari merantau itu, Caraka naik ke kelas VIII SMP. Mulai dipinjam SSB di Jogja," kata dia.

Melihat masa depan anaknya yang mulai moncer, Ribut memilih meninggalkan pekerjaanya untuk setiap hari mengawal anaknya berlatih.

"Setiap pagi-sore saya mengantar ke Jogja. Hampir seminggu empat kali," kata dia.

Setelah dari SSB, sempat mendaftar di beberapa klub luar DIY, bahkan sempat mengikuti liga pelajar, dan Piala Suratin U-15 , lalu diambil akademi PS Sleman pada 2020.

"Saat itu kan Caraka masuk ke SMA, karena klubnya di Sleman. Lalu masuk ke SMAN 1 Seyegan," kata Ribut.

Dari Akademi PS Sleman, dia mendapat kesempatan mengikuti seleksi garuda Select 3, dan lolos ke Inggris. Lalu kembali ke PSS dan disodori kontrak bersama klub berjuluk Super Elja itu.

"Lalu dapat panggilan Garuda Select empat di Toulon (Prancis). Sepulang itu mendapatkan panggilan TC (training camp) untuk persiapan AFF U-19 ini," kata dia.

Selalu disiplin menerapkan pola latih anak sejak dini

Ribut mengakui meski berpenghasilan biasa, namun dia ingin anak-anaknya mencapai cita-citanya. Termasuk kepada Caraka, untuk bisa main sepak bola sampai tingkat internasional.

Sebagai orangtua, dengan mata berkaca-kaca dia menceritakan sejak kecil Caraka diawasi pergaulannya, dan wajib berlatih fisik.

"Jam 20.00 WIB harus sudah tidur, bermain gawai itu baru kelas VIII SMP. Bahkan sampai sekarang tidak saya perbolehkan mengendarai sepeda motor sendiri untuk perjalanan agak jauh," kata dia.

"Pola makan diatur sama seperti saran pelatih," kata Ribut.

Bahkan saat berlatih atau sekolah di Sleman, dirinya dan Hokky Caraka menggunakan sepeda motor harus menempuh ratusan kilometer setiap hari.

"Kadang kalau kita berangkat pagi latihannya sore numpang di rumah teman untuk istirahat," kata dia.

Ribut mengatakan, pernah satu hari anaknya ingin berlatih di salah satu lapangan di Sleman, berangkat hujan cukup deras padahal saat itu pukul 04.30 WIB.

Meski basah kuyup, dirinya tetap berangkat dan sampai lokasi lapangan belum bisa digunakan karena penuh dengan air.

"Kadang saya bilang kepada Caraka, le wetengmu ijeh kuat to duite sik dienggo jajan sesuk dinggo tuku bensin ya (Le perutmu masih kuat to, uangnya yang dipakai jajan besuk dipakai beli BBM ya). Makan di rumah saja," kata dia.

Ribut mengatakan, Caraka bisa sampai taraf seperti saat ini selain upaya pribadi dan keluarga, juga dukungan dari orang disekitar seperti wali murid atau wali SSB yang diikutinya.

Bahkan, sepatu yang digunakan untuk pergi ke Inggris dibelikan salah satu wali murid, dan dukungan lainnya.

"Saat mau berangkat (ke Inggris Garuda Select 3) itu dibelikan sepatu oleh salah seorang wali, sampai sekarang sepatunya masih disimpan, karena salah satu sejarah," ucap dia.

Dia berharap anaknya bisa meraih mimpi dengan serius berlatih.

"Harapan saya Semoga Caraka tetap rendah hati, tidak puas dengan capaian hari ini dan membumi. Berusaha lebih keras lagi, dan punya kontribusi besar untuk bangsa dan negara," kata dia.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/07/05/154228878/kisah-hokky-caraka-bocah-dari-pelosok-gunungkidul-pencetak-4-gol-lawan

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com