Salin Artikel

Cerita Warga Yogyakarta yang Harus Bersihkan Air Sampah Sebelum Buka Warung

Seperti yang dialami oleh Aswan warga Jalan Hayam Wuruk, Tegalpanggung, Danurejan, Kota Yogyakarta.

Setiap harinya Aswan harus membersihkan air sampah yang mengalir hingga warung miliknya.

"Setiap hari itu harus menyapu airnya dialirkan ke selokan pembuangan," katanya, Kamis (12/5/2022).

Ia mengatakan, air yang menggenang di depan warungnya saat siang hari membuat bau yang tidak sedap.

"Baunya bikin pusing," katanya.

Beruntung dalam menjual telur dia sudah menggunakan sistem daring, sehingga penjualan telur di warungnya tidak terlalu berpengaruh dengan adanya tumpukan sampah yang berada dekat dengan warung telur milik dia.

Pantauan Kompas.com, sampah yang menumpuk di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Jalan Hayam Wuruk baru diangkut dengan menggunakan truk pada siang sekitar pukul 10.00 WIB.

Hanya saja, masih ada sisa tumpukan sampah terlihat masih berserakan dan memakan badan jalan.

Warga Jalan Hayam Wuruk, Tegal Kemuning, Kota Yogyakarta Sigit Prasetyo (43) mengatakan sampah di TPS Jalan Hayam Wuruk mulai menumpuk dan luber ke badan jalan sejak dua hari lalu.

"Sejak dua hari lalu, wah jan repot tenan (wah repot sekali) mengganggu sekali. Kemarin sampai saya tulisi itu sama pak RT," katanya ditemui di lokasi, Rabu (11/5/2022).

Dampak dari menumpuknya sampah ini membiat istri dan anak Sigit memilih untuk mengungsi sementara.


Sampah yang terlalu banyak menumpuk menghasilkan air lindi atau air sampah yang mengalir pada drainase-drainase jalan. Bau air lindi ini yang membuat istri dan anaknya tidak betah di rumah.

"Airnya itu warna kuning sampai depan rumahku baunya menyengat. Istri sama anak saya sampai ngungsi di rumah orangtua istri saya sejak dua hari itu," ujar dia.

Bersama warga lain, Sigit juga sudah melaporkan hal ini kepada pemerintah setempat tetapi belum ada tindak lanjut.

"Sebenarnya sudah komplain, berjalan-berjalan tiap pagi truk membuang sampah. Ini yang paling parah," kata dia.

"Lha pie meneh arep mbengok-mbengok karo sopo (bagaimana lagi mau teriak-teriak sama siapa)," ucap dia.

Sigit menambahkan selama dua hari ini tempat tinggalnya belum diguyur hujan lagi.

Jika, nantinya hujan ia khawatir air sampah akan semakin banyak dan memperparah bau di sekitar rumahnya. Rumah Sigit sendiri tak jauh dari TPS Hayam Wuruk kira-kira hanya puluhan meter.

"Kalau hujan ya parah lagi, bikin gak nafsu makan," kata dia.

Warga lainnya Purwanti (50) yang tiap harinya membuka warung soto juga terdampak dengan menumpuknya sampah.

Ia mengungkapkan dampak yang dia rasakan karena sampah menumpuk adalah berkurangnya pelanggan yang datang ke warung soto milik dia.

"Biasanya kalau jam 11.00 itu penuh yang beli, sekarang sepi nggak ada yang beli. Sejak sabtu siang (sampah menumpuk) mulai luber ke bahu jalan dan bau dua hari lalu," kata dia.

Kondisi ini menurut dia tidak hanya terjadi satu kali ini saja tetapi beberapa tahun lalu juga terjadi bahkan saat itu sampah tidak diambil oleh petugas selama satu minggu.

Dia menceritakan saat sampah belum diambil oleh petugas dia masih membuka warung sotonya tetapi saat sampah mulai diambil petugas ia memilih untuk tutup warungnya karena lalat dan baunya menyebar kemana-mana.

"Baunya haduh, ini tadi juga mau buka atau nggak. Soalnya pembeli sudah jarang selasa mulai sepi," kata dia.

"Lalat ijo itu lho keluar," katanya.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/05/12/133512878/cerita-warga-yogyakarta-yang-harus-bersihkan-air-sampah-sebelum-buka

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke