Salin Artikel

Pemerintah DIY dan Warga Sepakat Buka TPST Piyungan Besok

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sepakat dengan warga Sitimulyo, Piyungan, Kabupaten Bantul untuk membuka kembali Tempat Pengelolaan sampah Terpadu (TPST) Piyungan.

Sekretaris Daerah (Sekda) DIY Kadarmanta Baskara Aji mengatakan pihaknya telah bertemu dengan warga berdiskusi dan menyamakan persepsi terkait persoalan TPST Piyungan.

"Ternyata komunikasi kita kurang lancar, dan kita sepakati bersama besok pagi TPST Piyungan sudah bisa digunakan lagi. Karena pak Lurah sepakat dibuka dengan sukarela tidak ada yang memaksa untuk dibuka," ucap Aji ditemui di Gedong Pracimasono, Kompleks Kepatihan, Kota Yogyakarta, Rabu (11/5/2022) petang.

Aji menambahkan, pihaknya juga mendapatkan masukan dari warga setempat supaya TPST Piyungan segera dilakukan perbaikan-perbaikan. Hal ini agar dampak di lingkungan dapat diminimalisasi.

Selain itu warga juga menginginkan Pemerintah DIY untuk mempercepat pembangunan pengolahan sampah.

Sementara itu Lurah Sitimulya, Piyungan, Kabupaten Bantul, Juweni meminta maaf karena terjadi aksi-aksi. Menurutnya dialog dengan Pemrintah DIY kali ini dapat berjalan dengan lancar.

"Alhamdulillah bagus ada kesepakatan. Semoga warga masyarakat kami menyadari bahwa TPA merupakan kepentingan bersama. Sehingga bisa menyisihkan kepentingannya untuk kepentingan umum," ucap dia.

Sebelumnya, imbas TPST Piyungan tutup sejak Sabtu (7/5/2022) berdampak kepada warga Kota Yogyakarta. Seperti di Jalan Hayam Wuruk terlihat sampah di Tempat Penampungan Sementara (TPS) menumpuk hingga ke badan jalan. 

Pantauan Kompas.com lokasi tumpukan sampah itu membuat lalu lintas kendaraan menjadi sedikit terhambat.

Salah satu warga Jalan Hayam Wuruk, Tegal Kemuning, Kota Yogyakarta Sigit Prasetyo (43) mengatakan sampah di TPS Jalan Hayam Wuruk mulai menumpuk dan luber ke badan jalan sejak dua hari lalu.

"Sejak dua hari lalu, wah jan repot tenan (wah repot sekali) mengganggu sekali. Kemarin sampai saya tulisi itu sama pak RT," katanya ditemui di lokasi, Rabu (11/5/2022).

Tumpukan tersebut menghasilkan air lindi atau air sampah yang mengalir pada drainase-drainase jalan. Dia mengatakan bau air lindi ini membuat istri dan anaknya tidak betah di rumah dan memutuskan untuk mengungsi sementara. 

"Airnya itu warna kuning sampai depan rumahku baunya menyengat. Istri sama anak saya sampai ngungsi di rumah orangtua istri saya sejak dua hari itu," ujar dia.

Ia menambahkan dirinya bersama warga lain juga sudah melaporkan hal ini kepada pemerintah setempat tetapi belum ada tindak lanjut.  

"Sebenarnya sudah komplain, berjalan-berjalan tiap pagi truk membuang sampah. Ini yang paling parah," kata dia.

"Lha pie meneh arep mbengok-mbengok karo sopo (gimana lagi mau teriak-teriak sama siapa)," ucap dia.

Sigit menambahkan selama dua hari ini tempat tinggalnya belum diguyur hujan lagi. Menurutnya jika terjadi hujan dikhawatirkan air sampah akan semakin banyak dan memperparah bau di sekitar rumahnya. 

"Kalau hujan ya parah lagi, bikin gak nafsu makan," kata dia.

Warga lainnya Purwanti (50) yang setiap harinya membuka warung soto juga terdampak dengan menumpuknya sampah itu. Dia menyebut pelanggannya semakin berkurang karena adanya tumpukan sampah tersebut.

"Biasanya kalau jam 11.00 WIB itu penuh yang beli. Sekarang sepi nggak ada yang beli. Sejak sabtu siang (sampah menumpuk) mulai luber ke bahu jalan dan bau dua hari lalu," kata dia.

Kondisi ini menurut dia tidak hanya terjadi satu kali ini saja. Menurutnya, beberapa tahun lalu  sampah tidak diambil oleh petugas selama satu minggu.

Dia menceritakan saat sampah belum diambil oleh petugas dia masih membuka warung sotonya. Namun, saat sampah mulai diambil petugas ia memilih untuk menutup warungnya karena lalat dan baunya menyebar kemana-mana.

"Baunya haduh, ini tadi juga mau buka atau nggak. Soalnya pembeli sudah jarang selasa mulai sepi," kata dia.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/05/11/184052178/pemerintah-diy-dan-warga-sepakat-buka-tpst-piyungan-besok

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke