Salin Artikel

Cerita Sri Subekti, Rela Mengais Rongsokan demi Pendidikan Kedua Anaknya

Ibu 46 tahun ini sudah bangun dari tidurnya ketika Sang surya belum beranjak dari peraduanya untuk mempersiapkan kedua buah hatinya sekolah.

Pada hari pertama masuk sekolah setelah libur Lebaran, Nisabela Putri dan adiknya Idham Al Gozali mengenakan seragam putih merah.

Sekitar 06.00 WIB, Sri memulai perjalananya mengantar kedua buah hatinya sembari mendorong gerobak kayu.

Nisabela Putri berjalan di samping gerobak sementara adiknya Idham Al Gozali duduk di atas gerobak.

"Dulu dua-duanya naik (di atas gerobak), karena saya sering pusing karena darah rendah, sekarang gantian (yang duduk diatas gerobak). Kakaknya (Nisabela Putri) jalan dulu terus gantian adiknya, tapi kalau badan saya fit, keduanya naik," ujar Sri Subekti saat ditemui di Jalan Affandi, Gejayan, Caturtunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Senin (9/05/2022).

Jarak dari kos ke sekolah Nisabela Putri dan Idham Al Gozali lumayan jauh.

Beralaskan sandal jepit, Sri harus berjalan kaki sembari mendorong gerobak.

"Sekitar 40 menit jalan kaki dari kos ke sekolah. Sekolah di SD Muhammadiyah Kolombo," ungkapnya.

Ibu ini harus mengeluarkan tenaga ekstra mendorong gerobaknya ketika melintasi jalanan yang sedikit menanjak.

Meski berat, Sri seakan tidak ingin menunjukan rasa lelahnya kepada kedua buah hatinya.

Sri Subekti memang meminta anaknya duduk di atas gerobak. Dia rela berkorban agar kedua buah hatinya tidak kelelahan dan bisa lebih konsentrasi saat menimba ilmu di sekolah.

"Ya biar anaknya tidak capek di sekolah, kasihan (kalau jalan kaki). Ya karena keadaan," ungkapnya.

Dia mengambil barang-barang rongsok, seperti botol-botol plastik bekas yang ditemuinya di jalan maupun dibuang di tempat sampah.

Setelah mengantar kedua anaknya, Sri kembali melanjutkan berkeliling untuk mencari rezeki.

Sembari menunggu anaknya pulang sekolah, Ia berkeliling mencari rongsok di tempat sampah yang masih bisa dijual.

Saat jam sekolah selesai, Sri kembali menjemput kedua anaknya.

Tak langsung pulang, Sri kembali mendorong gerobak kayu berkeliling melewati untuk mencari barang-barang rongsokan yang bisa dijualnya.

"Saya nganter sambil cari sambil ke sekolahan. Nanti cari lagi saya muter, jemput terus muter lagi baru pulang. Terus nimbang rongsok," ungkapnya.

Nisabela Putri dengan seragam putih merah yang masih melekat dan mengenakan topi turut membantu ibunya berkeliling.

Nisa pun turut mengecek tempat sampah untuk mencari barang-barang yang bisa dijual.

"(Anak -anak) Tidak rewel, paling ya haus minta jajan ya dibelikan. Intinya saya cari uang untuk anak-anak bukan kesenangan saya, jadi kalau pengen jajan ya dibelikan. Enggak apa-apa nanti uang dapat dicari, ada daja. Tapi alhamdulillah nurut semua," tutur Sri Subekti.

Sri Subekti berasal dari Ngawi, Jawa Timur. Sekitar 12 tahun lalu, dia memutuskan pindah ke Yogyakarta.

Saat ini Sri harus berjuang sendirian untuk menghidupi kedua anaknya setelah berpisah dengan suaminya.

"Di sini sudah 12 tahun sudah kayak orang sini cuma saya enggak punya rumah di sini. Tujuan ke sini dulu jualan, di kampung sepi terus ke sini-sini," tuturnya.

Sri sebenarnya memiliki tiga orang anak. Namun, dia harus kehilangan satu anaknya karena sakit GERD (gastroesophageal reflux disease). Putranya tersebut meninggal di usia 26 tahun.

Guna menyambung hidup, membayar kos dan membiayai sekolah anak-anaknya, Sri sehari-hari berkeliling mencari rongsok untuk dijual.

Dalam kondisi sakit pun Sri mau tidak mau tetap harus berkeliling mendorong gerobak mencari rongsok demi kedua anaknya.

"Kerja setiap hari, saya sakit pun kerja. Intinya kan setiap hari butuh makan butuh bayar kos, jadi sakit pun tetap kerja, kalau sakit pelan-pelan saya berhenti capek, kemarin habis sebulan sakit kecapekan cuma jalan saja pelan-pelan," urainya.

Penghasilan dari mencari rongsokan diakui Sri tidaklah seberapa. Namun dia tetap bersyukur berapa pun hasil yang didapatnya.

"Kalau hasil tidak tentu, ya Rp 30.000 kadang Rp 40.000,  ya ngepres (mepet). Untuk kos sebulan Rp 350.000 bayar air Rp 100.000, lalu listrik Rp 50.000," tuturnya.

Di luar itu, Sri masih harus mengeluarkan uang untuk makan sehari-hari.

Dia bersyukur satu anaknya mendapat keringanan biaya sekolah meskipun masih harus mengeluarkan uang untuk membeli buku.

"Alhamdulillah yang satu sekolah enggak bayar, yang satu bayar. Tapi masalah buku tetap bayar," bebernya.

Sri menyampaikan harus pintar-pintar mengatur keuangan, sehingga harus berhemat untuk makan sehari-hari.

Dia mengutamakan memenuhi gizi kedua anaknya. Baginya, kedua anaknya membutuhkan asupan gizi yang baik agar mendukung dalam proses belajar di sekolah.

"Ya ngirit, ibarat cuma makan sayur bayem sama tempe saja. Yang penting ada sayur ada lauk, kalau makan ngirit, gizi buat anak yang penting, kalau saya ya seadanya. Intinya penting sayur harus tiap hari," ucapnya.


Ingin sekolahkan anak hingga perguruan tinggi

Pendidikan anak bagi Sri merupakan hal yang penting. Kerja keras yang dilakukannya selama ini tidak lain untuk dua buah hatinya agar bisa tetap sekolah.

Melalui kerja kerasnya, dia ingin menghantarkan kedua anaknya meraih cita-cita mereka demi masa depan yang lebih baik.

"Pendidikan itu sangat penting karena dengan ilmu anak bisa mencapai cita-citanya enggak seperti saya. Nanti bisa mencari pekerjaan yang lebih mudah, terus dengan ilmu apalagi akhlak agama, dunia kan sekejap. Ya cari dunia dan akhirat. Jadi jangan hanya dunia saja," ungkapnya.

Saat ini anaknya Nisabela Putri yang berusia 10 tahun duduk di kelas 3 Sekolah Dasar (SD). Sedangkan Idham Al Gozali yang berusia 9 tahun duduk kelas 2 Sekolah Dasar (SD).

Menurut Sri, meski sering membantunya dalam bekerja, kedua anaknya tetap belajar, sehingga keduanya tidak sampai ketinggalan dari teman-temanya di sekolah.

"Kalau adiknya nilai bagus-bagus. Kalau kakaknya sedang-sedang saja. Standar, alhamdulillah bisa mengikuti lah enggak terlalu tertinggal," ungkapnya.

Kedua anak Sri pun tidak pernah terlewatkan mengikuti pelajaran yang digelar secara daring beberapa waktu lalu.

Sri berhenti mencari tempat yang teduh dan tenang demi anak-anaknya dapat mengikuti pelajaran secara daring.

Saat proses belajar dilaksanakan dengan daring karena pandemi Covid-19, Sri meluangkan waktu menemani kedua anaknya.

Dia menghentikan langkahnya mendorong gerobak saat pelajaran daring hendak dimulai.

Ibu murah senyum ini sebisa mungkin mencari tempat yang teduh sebagai tempat anaknya belajar secara daring.

Handphone (HP) bekas milik Sri digunakan sebagai sarana belajar daring kedua anaknya secara bergantian.

"Pas daring juga belajar, diajari di jalan. Saya cari nanti ada tempat teduh berhenti belajar dulu nanti jalan lagi. Dua-duanya daring, pakai HP saya, satu dipakai berdua. Ya HP bekas, alhamdulillah bisa gantian berdua," tuturnya.


Satu hal yang terus "digengam kuat" oleh Sri dan menjadi semangatnya dalam mencari nafkah yakni bisa menyekolahkan anak-anaknya hingga perguruan tinggi.

Karena hanya bekal pendidikan yang bisa Sri Subekti berikan untuk bekal masa depan kedua anaknya.

"Cita-cita saya menyekolahkan setinggi mungkin, sampai kuliah, walaupun uangnya belum ada, tapi itu niatan saya. Yang penting Bismillah," tegasnya.

Nisabela Putri pun merasa bangga dengan sang ibu. Anak berusia 10 tahun ini bercita-cita kelak ingin menjadi dokter.

"Pengen merawat orang yang sakit dan yang miskin nanti dikasih gratis, pengen membantu orang. Jadi kalau dokter pengen membantu orang yang miskin," ucap Nisabela Putri.

Tak hanya itu, Nisabela Putri juga memiliki keinginan setelah bekerja akan membahagiakan ibunya. Ia pun ingin mengajak makan ibunya jalan-jalan dan makan saat dihari ulang tahunya.

"Kalau sudah kerja pengen ngajak ibu jalan-jalan. Ingin mengajak ibu makan steak, waktu ulang tahunya ibu," ungkapnya.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/05/11/122521178/cerita-sri-subekti-rela-mengais-rongsokan-demi-pendidikan-kedua-anaknya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke