Salin Artikel

Sudah 3 Hari Tempat Pengolahan Sampah Piyungan Ditutup Warga, Mereka Ingin Bicara Langsung dengan Sultan

Praktis selama ini sampah dari Bantul, Kota Yogyakarta, dan Sleman tidak bisa dibuang sejak Sabtu (6/5/2022) lalu.

Warga membangun posko untuk mencegah truk sampah dari tiga wilayah itu, warga meminta truk sampah yang datang untuk putar balik.

"Posko dijaga 24 jam. Ini untuk menjaga truk sampah yang mau masuk," kata Koordinator aksi "Banyakan Menolak Banyakan Melawan" Herwin Arfianto ditemui wartawan di pintu masuk utama TPST Piyungan, Bantul, Senin (9/5/2022).

Dikatakannya, banyak sopir yang belum mengetahui jika kawasan itu ditutup akhirnya terpaksa putar balik.

Pihaknya tidak menutup seluruh akses agar warga sekitar bisa beraktivitas keluar masuk wilayahnya untuk sekolah hingga kegiatan perekonomian.

Herwin mengatakan, pihaknya akan menutup kawasan TPST sampai bertemu langsung Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X.

Sebab, mereka ingin berdiskusi terkait kelangsungan TPST Piyungan yang semakin lama dampaknya membuat masyarakat resah.

"Tuntutan kita ini ditutup selamanya biar pindah lokasi. Kalau audiensi ya tuntutan tetap TPST ditutup selamanya. Karena dampak air limbah itu sudah parah, apalagi kalau TPST dilebarkan ke sisi utara," kata dia.

Pemerintah DI Yogyakarta melalui Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral sudah berusaha menghubungi.

Mereka mencoba supaya warga agar bisa beraudiensi dengan Sekretaris Daerah (Sekda) DIY, Kadarmanta Baskara Aji. Namun, warga menolak.

Alasan penolakan diskusi dengan sekda karena warga menilai permasalahan ini sudah sejak lama, dan tidak pernah ada respons dari pemerintah.

"Mungkin Pak Gubernur belum mendengar masalah yang ada di akar seperti apa dan bagaimana," kata Herwin.

Namun demikian, pihaknya terbuka agar sampah di tiga wilayah Bantul, Kota Yogyakarta, dan Sleman tidak menumpuk, tetapi harus ada perjanjian jelas.

"Bisa kita terima, asalkan ada hitam di atas putih. Jadi dari kita yang beri jangka waktu untuk toleransi kaya gitu," kata Herwin.

Sementara Kepala Dinas Lingkungan Hidup Bantul Ari Budi Nugroho mengatakan, dampak penutupan TPST Piyungan mengganggu layanan pelanggan sampah.

DLH sementara waktu tidak mengambil sampah dari masyarakat. "Dalam sehari sampah yang dikelola SLH sekitra 90 sampai 100 ton," kata Ari.

Sebelumnya, warga menggelar aksi penutupan pintu masuk TPST Piyungan pada Sabtu. Selain memasang spanduk penolakan warga menutup jalan menggunakan batu.

Petani terdampak

Salah seorang petani di Padukuhan Banyakan III yang tak jauh dari TPST, Paimo (57) mengaku air parit yang tidak jauh dari sawahnya berwarna hitam pekat sejak puluhan tahun silam.

"Ini air limbah, padahal ini tidak bisa bening, kaya gini terus. Ini dari sampah TPA (TPST) Piyungan dan sudah berlangsung selama 28 tahun," kata Paimo.

Apalagi saat hujan deras melanda, air masuk ke sawah, dan ini tidak bisa ditanami padi hanya rumput pakan ternak atau kolonjono.

Tidak hanya air, tetapi juga sampah yang ikut masuk ke area persawahan yang berjarak sekitar 300 meter dari TPST Piyungan.

Dia berharap TPST Piyungan ditutup selamanya. "Harapannya ditutup total TPST itu, soalnya mencemari lingkungan dan menganggu sawah intinya," kata Paimo.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/05/09/184903878/sudah-3-hari-tempat-pengolahan-sampah-piyungan-ditutup-warga-mereka-ingin

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke