Salin Artikel

[POPULER YOGYAKARTA] Mudik Pakai Sepeda dari Tangerang ke Gunungkidul | Penangkapan Pria Berbaju Agamis yang Diduga Terlibat Pencurian Motor

KOMPAS.com - Nanda Anjas Yuliansyah (26) mudik dari Tangerang, Banten, ke Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menggunakan sepeda.

Untuk sampai ke tujuan, warga Tangerang ini setiap harinya menempuh 100 kilometer sebelum beristirahat.

Berita lainnya, polisi menangkap seorang pria berbaju agamis yang diduga terlibat pencurian sepeda motor di Notoyudan, Pringgo Kusunan, Gedongtengen, Kota Yogyakarta, DIY.

Pria yang membawa ember untuk sumbangan itu sempat terekam kamera pengawas di lokasi pencurian kendaraan.

Berikut berita-berita yang populer di sub-rubrik Yogyakarta pada Jumat (29/4/2022).

Setelah dua tahun tak mudik gara-gara pandemi Covid-19, Anjas akhirnya merasakan pulang kampung ke rumah orangtuanya di Gunungkidul.

Anjas memilih mudik memakai sepeda. Dia berangkat dari Tangerang sejak 10 April 2022.

"Rencananya mau ke Gatak, Karangmojo," ujarnya, Rabu (27/4/2022).

Dalam perjalanan panjangnya, Anjas memilih gowes saat siang hari.

Ketika malam, ia beristirahat di kota-kota yang disinggahi, di rumah kenalannya yang menetap di kota itu.

Tim Buru Sergap Kepolisian Resor (Polres) Kulon Progo menangkap seorang pria berpakaian gamis, berkopiah, dan menenteng ember ungu berisi uang.

Pemuda tersebut dicurigai terlibat pencurian sepeda motor di Kota Yogyakarta.

Kepala Seksi Hubungan Masyarakat (Kasi Humas) Polres Kulon Progo Iptu I Nengah Jeffry Prana Widyana mengatakan, pria itu memiliki ciri-ciri yang mirip dengan pencuri yang terekam kamera pengawas di lokasi kejadian.

Dari pemuda itu, polisi mendapat surat tanda nomor kendaraan (STNK) yang sama persis seperti sepeda motor yang hilang.

“Polisi menangkapnya pada Kamis kemarin antara pukul 15.00-17.00 WIB,” ucapnya, Jumat.

Baca selengkapnya: Pemuda Berpenampilan Agamis Bawa Ember Berisi Uang Sumbangan Ditangkap, Dicurigai Terkait Pencurian Motor di Yogyakarta

Kecelakaan terjadi di Jalan Daendels, Kabupaten Kulon Progo, DIY, Jumat. Sembilan orang luka berat dan ringan akibat kecelakaan itu.

Kasi Humas Polres Kulon Progo Iptu I Nengah Jeffry Prana Widyana Peristiwa menuturkan, peristiwa ini menimbulkan korban jiwa, yakni seorang bayi berusia 9 bulan.

“Di TKP tidak ada yang meninggal dunia. (Setelah korban tiba) di rumah sakit ada satu yang meninggal dunia,” ungkapnya, Jumat.

Nur Ahsan, Ketua RT 07 Pedukuhan 2, Pleret, menerangkan, kecelakaan bermula saat sebuah mobil menghindari lubang lebar pada jalan aspal.

Saat menghindari lubang, laju mobil tak terkendali hingga akhirnya terjun ke jurang sedalam 1,5 meter.

Baca selengkapnya: Korban Kecelakaan di Jalan Daendels Jadi 10 Orang, Bayi 9 Bulan Meninggal Dunia

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Yogyakarta, Markus Yuwono; Kontributor Yogyakarta, Dani Julius Zebua | Editor: Ardi Priyatno Utomo, Robertus Belarminus, Dita Angga Rusiana)

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/04/30/054000478/-populer-yogyakarta-mudik-pakai-sepeda-dari-tangerang-ke-gunungkidul

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com