Salin Artikel

Mudik Diperbolehkan, Penjual Belalang Goreng Gunungkidul Naikkan Produksi Berlipat

Setelah sekitar 2 tahun sepi pembeli karena pandemi, kini kembali bergeliat menunggu pemudik dan wisatawan yang datang ke Bumi Handayani dengan mempersiapkan beberapa kali lipat belalang goreng.

Seperti yang dilakukan Marsini, warga Padukuhan Jelok, Kalurahan Pacarejo, Semanu.

Sejak beberapa hari terakhir, dirinya sudah menambah produksi belalang goreng dengan berbagai varian rasa seperti bacem, dan gurih.

Dijelaskannya, penambahan stok belalang goreng ini salah satunya karena tahun ini diperbolehkan mudik tidak seperti 2 tahun terakhir, praktis tidak banyak pemudik dan wisatawan yang datang ke Gunungkidul.

"Nambah dibandingkan hari biasa, tahun kemarin gak boleh mudik to? Tahun ini saya kira lebih baik dibandingkan sebelumnya," kata Marsini ditemui di rumahnya, Minggu (24/4/2022).

Setiap hari pada hari biasa pandemi dirinya mengolah 5 sampai 7 kilogram belalang kayu goreng, pada beberapa hari terakhir ini dirinya mengolah beberapa kali lipat dibandingkan hari biasa.

Wanita yang sudah sejak tahun 2003 berjualan belalang goreng ini mengakui, harga minyak yang cukup tinggi menyebabkan harga belalang goreng naik.

Adapun harga belalang goreng yang diberi label p' Heri saat ini 1 toples Rp 40.000, dan 1 kilogramnya Rp 450.000.

"Untuk lebaran tahun ini nambahnya bisa beberapa kali lipat ya. Dibantu beberapa orang tetangga untuk membersihkan belalang dan menggoreng," kata dia.

Untuk mencukupi kebutuhan belalang kayu bukan perkara mudah, karena belalang lokal Gunungkidul tidak sebanyak beberapa belas tahun silam.

Dirinya harus mendatangkan belalang mentah dari berbagai kabupaten seperti Kulon Progo. "Dari sini tidak mencukupi, harus mendatangkan dari Kulon Progo," kata Marsini.

Marsini menyebut, sejak beberapa hari terakhir dirinya sudah menitipkan belalang goreng yang dikemas dalam toples kecil.

Di rumahnya pun masih banyak belalang goreng yang siap dikemas untuk dijual.

Selain belalang goreng matang, 5 bulan lalu dibantu LIPI (sekarang BRIN) dirinya memproduksi belalang kaleng. Namun belum maksimal, karena pembeli harus menggoreng sendiri.

"Ada pembeli yang takut minyaknya menyebabkan alergi bagi keluarga lainnya. Jadi mendingan membeli yang matang," kata dia.

Salah seorang pembeli, Anjar mengaku sengaja membeli langsung di rumah Marsini karena kebetulan melintas di wilayah Semanu. "Untuk lauk dan cemilan nanti sore," kata Anjar.

Perlu diketahui, tahun ini diperkirakan 3,9 Juta pemudik akan pulang ke DI Yogyakarta.

Salah satu kantong pemudik adalah Gunungkidul, selain itu kawasan wisata di Bumi Handayani ini akan dipadati wisatawan saat libur lebaran nanti.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/04/25/065501378/mudik-diperbolehkan-penjual-belalang-goreng-gunungkidul-naikkan-produksi

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com