NEWS
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Salin Artikel

Nasir Abbas Sosialisasi Kontra Radikalisme di Kulon Progo: Jangan Klitih, Jangan Tawuran, Ini Incaran Rekrutmen

Setelah bertobat, Nasir menjadi narasumber dan pembicara di layar kaca maupun berbagai forum untuk mengusung kontra radikalisme dan deradikalisasi, terutama di negeri ini.

Nasir Abbas hadir ke Pondok Pesantren Al Ghifari di Kalurahan Sidorejo, Kapanewon Lendah, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu (20/4/2022) siang. Ia berbicara tentang benteng generasi muda melawan paham radikalisme.

Dalam ceramahnya, ia menyampaikan bagaimana anak-anak yang terbiasa dengan kekerasan dan menyukai kerusakan menjadi incaran kelompok radikal.

Kekerasan di jalanan, seperti tawuran, klitih, hingga bullying, dinilai sebagai sikap yang membentuk anak untuk menyakiti orang lain. Mereka menjadi incaran orang yang punya niat untuk direkrut jadi bagian radikalisme.

“Tawuran jangan dibiasakan. Tawuran membentuk diri kita untuk menyakiti orang lain. Klitih jangan dibiasakan. Membuli teman, menyakiti teman jangan. Mereka yang terbiasa menyakiti orang lain akan diincar oleh orang yang punya niat. Wah ini bagus, dia berani. Dia direkrut. Ini bahaya,” kata Nasir dalam salah satu paparannya di ponpes, sebagaimana dalam rilis berita yang dikirim Humas Polres Kulon Progo, Kamis (21/4/2022).

“Awalnya biasa menyakiti sesama. Nanti berikutnya mulailah melawan pemerintah,” kata Nasir kemudian.

Pengetahuan dan kekayaan akan ilmu bisa menjadi benteng. Pelajar harus membekali diri dengan banyak pengetahuan, sekolah yang tinggi, menolak ajakan berhenti sekolah dengan alasan bukan ilmu agama, hingga haus ilmu pengetahuan.

Ilmu dan pengetahuan membebaskan orang dari berbagai pengaruh dan kesesatan. Ia tidak mudah menganggap paham di luar dirinya adalah salah dan harus dimusnahkan. Dengan pengetahuan, orang semakin bijaksana dalam mempertimbangan sesuatu.

"(Dulu) saya membatasi ilmu maka saya kurang ilmu. Kurang ilmu maka jadi ikut sana ikut sini," kata Nasir. "Jangan ikut tanpa (punya) pengetahuan. Jangan cukup satu pengetahuan," imbuhnya.

Nasir menceritakan masa muda dahulu. Paham radikalisme sebenarnya telah merasuk hingga ke generasi anak-anak sejak lama.

Nasir mengenal paham itu mulai usia 16 tahun. Ia sampai berani memilih berhenti sekolah, meski baru setingkat SMP. Nasir muda belajar agama saja dan mulai berani menegur maupun menghujat ibadah sesama Muslim bila dianggapnya salah.

Ia mudah terpesona oleh sosok berkharisma dan tidak menyaring informasi didapat karena tidak kaya wawasan dan pengetahuan.

Nasir tumbuh dengan pemahaman radikalisme yang memiliki keinginan mengubah tatanan sosial politik secara drastis. Itu berarti bisa lewat jalan kekerasan.

Ia sampai belajar di Afghanistan hingga jadi pemimpin gerakan terorisme untuk kawasan Timur Asia. Ia bahkan menjadi buronan berbagai negara.

Nasir mengaku, semakin tenggelam dalam paham radikalisme makin jauh dari keluarga. Ia jadi sangat jarang bertemu ibunya, hingga akhir hayat.

“Saya sudah jauh dari ibu. Tidak pulang dalam waktu lama, terus pergi ke berbagai negara. Saya tidak bertemu ibu dan kematiannya di 2012, saya tidak datang. Semangat bela Islam itu begitu tinggi, tapi melupakan ibu. Saya menyesalinya seumur hidup, hingga tidak bisa memaafkan diri saya sampai sekarang,” kata Nasir.

Nasir berubah sejak polisi Indonesia menangkap dirinya di 2003, setelah Bom Bali. Ia tersadarkan bahwa pemerintah dengan aparatnya bukan memerangi Islam, melainkan perbuatan orang-orang yang melakukan kekerasan dan menimbulkan korban.

Nasir lalu berkeliling Indonesia menyiarkan kontra radikalisme selepas dari penjara.

Ia mengatakan bahwa Indonesia tidak bisa menjadi negara Islam. Hal ini sudah final sebagai kesepakatan sejak kemerdekaan Indonesia. Para pendiri bangsa mengikat kuat semua elemen masyarakat dengan UUD 45, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI dan dasar negara Pancasila.

“Indonesia ini negara konsensus demi menjaga keutuhan persatuan dan kesatuan dari Sabang sampai Merauke, yang berbeda bangsa dan agama, maka para ulama dan founder memutuskan Indonesia tidak menjadi negara agama. Menolak (negara agama) dijalankan di Indonesia. Tidak menolak dijalankan oleh negara lain,” kata Nasir.

Nassir berbicara penuh semangat di Al Ghifari. Ia datang bersama AKBP Erlan Munaji dari Divisi Humas Polri.

Kehadiran mereka sejatinya silahturahmi Kamtibmas (Keamanan Ketertiban Masyarakat) sekaligus rangkaian program kegiatan kontra radikal dengan para kyai beserta santriawan dan santriwati di ponpes tersebut.

“Kami ingin memberikan pemahaman terkait membentengi diri dari aliran-aliran radikal. Setelah dapat memahami nantinya tidak ada yang terjerumus ke dalam aliran atau paham radikal,” kata Erlan.

Sejumlah pejabat teras kehumasan juga hadir, seperti Kabid Humas Polda DIY Kombes Pol Yuliyanto, Kasubbid Penmas Bidang Humas Polda DIY AKBP Verena Sri Wahyuningsih dan Wakapolres Kulon Progo Kompol Sudarmawan.

Para petinggi di tingkat kecamatan hingga lurah hadir di sana. Rombongan diterima pemimpin Ponpes Al Ghifari KH Nur Hadi Widoro, para santriawan dan santriwati.

Pada kesempatan tersebut sekaligus penyerahan tali asih sarana dan paket sembako secara simbolis dari Erlan pada Nur Hadi.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/04/21/154341678/nasir-abbas-sosialisasi-kontra-radikalisme-di-kulon-progo-jangan-klitih

Rekomendasi untuk anda
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Gelar Mudik Gratis Jakarta-Sumenep, Bupati Kampung Targetkan Ribuan Penumpang

Gelar Mudik Gratis Jakarta-Sumenep, Bupati Kampung Targetkan Ribuan Penumpang

Regional
Bupati Jekek Paparkan Prestasi Pemkab Wonogiri, dari Pertumbuhan Ekonomi hingga Penghargaan Tingkat Nasional

Bupati Jekek Paparkan Prestasi Pemkab Wonogiri, dari Pertumbuhan Ekonomi hingga Penghargaan Tingkat Nasional

Regional
Realitas Tata Kelola Transportasi Laut yang Mengecewakan

Realitas Tata Kelola Transportasi Laut yang Mengecewakan

Regional
Tata Kelola Danau Toba Pasca-F1H20

Tata Kelola Danau Toba Pasca-F1H20

Regional
Gencarkan Citra “Makassar Kota Makan”, Walkot Danny Ajak Apeksi Nikmati 50 Jenis Makanan Tradisional

Gencarkan Citra “Makassar Kota Makan”, Walkot Danny Ajak Apeksi Nikmati 50 Jenis Makanan Tradisional

Regional
Patriarki dan Kekerasan terhadap Perempuan Adat

Patriarki dan Kekerasan terhadap Perempuan Adat

Regional
Buku Bupati Hamim “Belajar dari Bone Bolango” Tuai Banyak Respons Positif

Buku Bupati Hamim “Belajar dari Bone Bolango” Tuai Banyak Respons Positif

Regional
Jokowi Larang ASN Bukber, Bupati Sumenep: Kami Ikuti Arahan Pak Presiden

Jokowi Larang ASN Bukber, Bupati Sumenep: Kami Ikuti Arahan Pak Presiden

Regional
Tatkala Jawa Mulai Rusak

Tatkala Jawa Mulai Rusak

Regional
Sejalan dengan Soekarno, PDI-P Jatim Tolak Kehadiran Israel di Jatim

Sejalan dengan Soekarno, PDI-P Jatim Tolak Kehadiran Israel di Jatim

Regional
Papeda: Antara Jatuh Gengsi dan Masa Depan Ketahanan Pangan

Papeda: Antara Jatuh Gengsi dan Masa Depan Ketahanan Pangan

Regional
Dukung Kemerdekaan Palestina, Ganjar Harap Piala Dunia U-20 Digelar Tanpa Israel

Dukung Kemerdekaan Palestina, Ganjar Harap Piala Dunia U-20 Digelar Tanpa Israel

Regional
Gus Muhaimin Silaturahmi ke IAY Darul Azhar Tanah Bumbu, Bupati Zairullah Ucapkan Rasa Syukur

Gus Muhaimin Silaturahmi ke IAY Darul Azhar Tanah Bumbu, Bupati Zairullah Ucapkan Rasa Syukur

Regional
Sejahterakan Umat, Danny Pomanto Raih Penghargaan Baznas Award 2023

Sejahterakan Umat, Danny Pomanto Raih Penghargaan Baznas Award 2023

Regional
Pemkot Cilegon Teken MoU dengan PT KAS dan PT CAP untuk Proyek Pembangunan Pelabuhan Warnasari

Pemkot Cilegon Teken MoU dengan PT KAS dan PT CAP untuk Proyek Pembangunan Pelabuhan Warnasari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke