Salin Artikel

Terdampak Longsor, Lebih dari Sepekan Warga di Kulon Progo Hidup Tanpa Listrik

Tidak begitu terang, tapi cahayanya cukup untuk membaca dan menulis.

Asap hitam lampu keluar dari ujung lidah api membuat aroma sangit memenuhi ruang tengah rumah Wagiman (57) pada Pedukuhan Sengir, Kalurahan Kalirejo, Kapanewon Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.

“Kadang malam belajar terpaksa pakai sentir (lampu minyak tanah),” kata Wagiman di rumahnya yang gelap, Minggu (10/4/2022).

Mati lampu memang membuat kehidupan warga Sengir jadi rumit. Listrik tidak menyala memasuki hari ke-10 sejak peristiwa tanah longsor pada Kamis (31/3/2022) tengah malam.

Anak-anak kadang terpaksa belajar di bawah penerangan minim adalah salah satu kerumitan, terlebih bila mengejar penyelesaian tugas.

Selain itu, pengeluaran jadi lebih banyak untuk beli lilin, minyak tanah, bahkan sumbu lampu. Wagiman berhitung, tiap hari menghabiskan sedikitnya Rp 5.000 untuk ongkos membeli minyak dan lain-lain.

“Lebih mahal karena listrik itu Rp 50.000 (per bulan), kalau setiap hari paling tidak Rp 2.000,” kata Wagiman.

Belum lagi setiap hari belanja karena tidak bisa menyimpan sayur. Menjalankan ibadah puasa dan menyiapkan segala sesuatunya juga rumit. Tidak terdengar azan baik tanda sahur, imsak, waktu shalat hingga buka puasa.

Tanah longsor terjadi di Kulon Progo pada Kamis (31/3/2022) tengah malam. Bencana terparah dirasakan warga Kalurahan Kalirejo.

Salah satu dampaknya listrik untuk tiga pedukuhan putus dan belum normal hingga kini, yakni di sebagian Plampang II, Sengir dan Plampang III. Hal ini diakibatkan tujuh tiang listrik rusak, terutama di area longsor paling parah.

Dukuh (kepala dusun) Sengir, Heri Suyatino mengungkapkan, listrik mati dialami 76 rumah atau dirasakan 300-an jiwa pada enam RT di Dusun Sengiri.

Ia mengharapkan kondisi normal segera terwujud karena situasi gelap gulita kerap menyulitkan warga.

Lurah Kalirejo, Lana mengungkapkan, sebanyak 92 rumah rusak dalam kondisi ringan hingga berat terjadi akibat bencana kemarin.

Jalan Plampang II – Plampang III sampai tertutup total akibat tumpukan tanah.

Pemerintah desa terus berupaya agar warga kembali hidup normal, terutama pemulihan akses utama warga dan tersambungnya aliran listrik bagi warga pegunungan.

Setelah 10 hari bekerja, Lana memastikan akses jalan utama sudah mulai terbuka, meski baru bisa dilewati roda dua.

Lima dari tujuh tiang listrik sudah berdiri. Rencananya dua tiang kembali berdiri Senin besok.

“Setelah itu segera kabel disambung dan listrik bisa mengalir ke rumah warga,” kata Lana.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/04/11/085043078/terdampak-longsor-lebih-dari-sepekan-warga-di-kulon-progo-hidup-tanpa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke