Salin Artikel

Cerita Jumini, Korban Longsor di Kulon Progo, Merayap di Celah Puing dan Lewati Lumpur Sepinggang

Rumah lansia empat cucu tersebut rusak karena terkena longsor pada Jumat (1/6/2022) malam.

Tak hanya itu, Jumini juga sempat tertimbun puing rumahnya. Seorang diri, ia merangkak keluar dari puing rumahnya untuk menyelamatkan diri.

Jumini tinggal seorang diri di lereng Bukit Plambang II yang terjal di bagian paling atas. Sang suami, Waidi, sudah meninggal dunia, sedangkan dua anaknya sudah menikah dan tinggal di kota.

Jarak rumah Jumini sekitar 1 kilometer dari gedung sekolah dasar. Untuk menuju ke rumah Jumini harus melewati jalan samping sekolah yang menanjak dan berbatu.

Ia menempati dua rumah gebyok model limasan dari kayu. Satu rumah untuk tempat tidur, sedangkan di sebelahnya ada ruang tamu dan tempat menyimpan gamelan.

Dua rumah tersebut berada di samping jurang yang dalam. Pada sisi yang lain dari rumah adalah tanah samping tebing yang lahannya sudah terkupas.

Lahan dan tebing merupakan tanah keluarga Jumini yang tengah disewa konsesi tambang.

Jumini yang sedang mengirim pesan di WhatsApp kepada anaknya di Semarang mendengar suara seperti batu yang retak merekah.

Ia pun beranjak dan hendak melihat kondisi melalui jendela. Namun, tiba-tiba rumahnya bergerak hebat dan ia pun tak sadarkan diri.

“Saya tahunya semua gelap. Tidak bisa bergerak. Kaki ada yang menjepit. Saya berada di dalam sesuatu yang padat tapi berair, itu lumpur, basah semua,” kata Jumini, Rabu (6/4/2022).

Saat sadar, Jumini berada di dalam puing rumah. Ia sempat berteriak meminta tolong, tetapi kalah dengan suara hujan.

Saat kilat menyambar, ia melihat celah untuk bisa meloloskan diri. Jumini berusaha menarik kakinya dalam lumpur yang terjepit puing.

Ia kemudian merayap ke celah yang lubangnya seukuran badannya.

Setelah berhasil meloloskan diri, Jumini harus melewati lumpur sepinggang untuk sampai ke rumah tetangganya terdekat, Wagini (57).

Rumah Jumini dan Wagini hanya berjarak 20 meter. Jumini dengan tubuh dipenuhi tanah dari ujung rambut ke kaki duduk di teras rumah Wagini.

Ia kemudian memanggil Wagini untuk meminta bantuan. Sementara itu, Wagini mengaku sempat ragu untuk keluar.

“Saya kira apa, kami takut. Dia kelihatan penuh dengan lumpur sekujur badan dan muka, seperti orang keluar dari tanah (kubur),” kata Wagini menerangkan bagaimana mereka sempat ragu.

Saat Wagini keluar rumah, Jumini berteriak, “Omahku kebrukan (rumahku keruntuhan)”.

Setelah itu Wagini meminta Jumini untuk mandi dan mengenakan pakaian yang bersih.

Setelah hujan reda, Jumini ditemani Wagini serta keluarganya mengecek lokasi dan menemukan tempat tinggal Jumini sudah rata dengan tanah.

Menurut Jumini, dua anaknya sudah beberapa kali meminta dirinya untuk tinggal bersama di kota.

Namun, ia tak siap untuk meninggalkan rumah kenangan bersama suaminya. Ia mengatakan, sang suami, Waidi, adalah pegawai negeri di dinas tenaga kerja dan transmigrasi.

"Bukan bondho (harta) yang saya berat hati meninggalkan semua ini, tapi kenangan rumah ini begitu banyak. Dari kami hidup susah, lalu bisa berhasil," kata Jumini sambil menangis.

Ia menegaskan, kenangan itu tidak ternilai. Setelah peristiwa tersebut, ia berniat akan tinggal bersama salah satu anaknya di kota. Namun, sesekali ia akan menengok bekas rumahnya.

Hingga saat ini, bantuan terus mengalir ke rumahnya. Bantuan itu terutama dari warga pedukuhan dan kalurahan serta bantuan sembako lewat dukuh (kepala dusun) setempat hingga Kementerian Sosial.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Dani Julius Zebua | Editor : Teuku Muhammad Valdy Arief)

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/04/08/150500678/cerita-jumini-korban-longsor-di-kulon-progo-merayap-di-celah-puing-dan

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com