Salin Artikel

[POPULER YOGYAKARTA] 3 Alat Peringatan Dini di Lereng Gunung Merapi Belum Berfungsi | Warga Mengaku Dipukul Pakai Kaca

KOMPAS.com - Tiga alat early warning system (EWS) atau peringatan dini yang ada di lereng Gunung Merapi belum bisa berfungsi.

Ketiga alat itu berad di Desa Banjarsari, Desa Srunen, dan Desa Tangkisan.

Selain tiga alat itu, ada satu alat yang hilang curi.

Sementara itu, seorang warga mengaku dipukul menggunakan kaca oleh pengendara motor.

Akibat kejadian itu, korban mengalami luka sobek di pipi.

Saat ini polisi masih melakukan penyelidikan terkait dengan kejadian itu.

Berikut populer Yogyakarta selengkapnya:

Kepala Seksi Mitigasi Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman Joko Lelono mengatakan, alat yang belum berfungsi berada di Desa Banjarsari, Desa Srunen, dan Desa Tangkisan.

Ketiga desa itu, sambungnya, berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Kata Joko, di Srunen, EWS ada dua. Satu EWS tidak berfungsi karena ampli dalam kondisi mati.

Sama halnya dengan EWS di Tangkisan juga tidak berfungsi karena ampli mati.

"Kalau yang Srunen untuk awan panas. Tapi Srunen ada dua, yang satu aktif siap untuk dibunyikan tapi yang satu itu yang statusnya ampli mati," kata Joko, Rabu (6/4/2022).

 

2. Warga Mengaku Dipukul Pakai Kaca

Sebuag unggahan seorang warga yang mengaku dipukul pengedara motor dengan kaca di Jalan Brawijaya atau ring road selatan, Kabupaten Bantul, Rabu (6/4/2022) dini hari sekitar pukul 01.30 WIB, viral di media sosial.

Akibat kejadian itu, korban mengalami luka sobek di pipi.

Terkait itu, Kapolsek Kasihanm Kompol Anton Nuhroho Wibowo mengatakan, pihaknya masih melakukan penyelidikan.

"Baru keterangan korban (soal dikepruk kaca). Nah saksi belum ada yang tahu jadi mungkin nunggu penyelidikan dulu ya," kata Anton saat dihubungi wartawan Rabu.

Pihaknya berharap masyarakat tidak menyimpulkan kasus ini sebagai aksi klitih. Sebab, polisi masih mendalami kasus ini kejahatan jalanan atau persoalan lain.

"Jangan mudah ngomong klitih karena belum rillnya seperti apa," kata Anton.

 

Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi menyebut, kejahatan jalanan muncul saat pihaknya mulai melonggarkan aturan aktivitas atau kegiatan saat pandemi Covid-19.

"Ini sudah lama nggak ada selama pandemi hampir ga ada, muncul justru saat melonggarkan kegiatan," kata Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi, Rabu (6/4/2022).

Heroe mengaku, untuk mencegah kejahatan jalan pihaknya sudah melakukan secara maksimal dengan mengaktifkan kampung panca terbit, lalu ada kampung ramah anak, ada juga tim yang dibentuk masyarakat yang berkoordinasi dengan kepolisian.

"Dari aspek pencegahan sudah maksimal, karakter-karakter yang muncul dalam klitih kita petakan apakah terkait dengan berkumpulnya anak-anak dalam masa pembelajaran," ungkapnya.

 

Kepala Disdikpora Bantul, Isdarmoko mengizinkan nama sekolah dicantumkan jika ada pelajar yang terlibat kejahatan.

"Ndak apa-apalah bagi saya, tetapi harus bener lho kecuali kalau keliru. Kalau memang datanya akurat bener gak apa-apa. Yang gak terima sekolahannya nanti konfirmasinya ke saya," kata Isdarmoko saat dihubungi Kompas.com, Rabu (6/4/2022).

Isdarmoko mengaku prihatin dengan kondisi akhir-akhir ini, di mana banyak kekerasan yang melibatkan pelajar.

Sealain itu, pihaknya juga mendukung langkah kepolisian untuk menindak tegas para pelaku kejahatan jalanan meski itu masih berstatus pelajar.

 

(Penulis : Kontributor Yogyakarta, Markus Yuwono, Wijaya Kusuma | Editor : Ardi Priyatno Utomo, Teuku Muhammad Valdy Arief)

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/04/07/053600978/-populer-yogyakarta-3-alat-peringatan-dini-di-lereng-gunung-merapi-belum

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke