Salin Artikel

Muhammadiyah Tak Diundang Saat Sidang Isbat, Sekretaris: Wajar Saja, karena...

Sekretaris Muhammadiyah Agung Danarto menyampaikan, pihaknya tidak mempermasalahkan Muhammadiyah tidak diundang dalam sidang isbat yang dilakukan oleh Kementerian Agama (Kemenag).

"Muhammadiyah tidak diundang di isbat ya wajar saja karena Muhammadiyah sudah menetapkan. Karenanya hadir tidak hadir Muhammadiyah tidak terlalu penting, putusan isbat Muhammadiyah tetap dengan putusannya, pemerintah tetap dengan putusannya," katanya ditemui di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

Perbedaan metode

Pihaknya tidak merasa bahwa Muhammadiyah dinomorduakan dalam penentuan 1 Ramadhan.

Menurutnya tidak diundangnya Muhammadiyah, murni lantaran perbedaan metode antara kedua organisasi ini.

"Enggak juga, konsekuensi yang wajar karena pilihan metode yang berbeda," kata dia.

Agung mengungkapkan bahwa pada tahun lalu Muhammadiyah diundang dalam sidang isbat.

Namun keputusan Kemenag tidak mengundang, menurut dia, tidak perlu dipertanyakan.

Apalagi mengingat masyarakat muslim Indonesia juga sudah terbiasa dengan perbedaan awal puasa.

"Enggak perlu ditanyakan ke Kemenag karena kita paham posisi masing-masing. Perbedaan Ramadhan bagi masyarakat Muslim sudah biasa, sudah berulang kali enggak usah diperpanjang, jalan saja toleransi," katanya.


Penentuan 1 Ramadhan

Pemerintah melalui Kementerian Agama memutuskan 1 Ramadhan 1443 Hijriah yang menjadi penanda awal ibadah puasa jatuh pada Minggu (3/4/2022).

"Secara mufakat 1 Ramadhan jatuh pada Ahad, 3 April 2022. Ini hasil sidang isbat yang disepakati bersama," kata Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, dalam konferensi pers seusai sidang isbat, Jumat (1/4/2022).

Sidang isbat mempertimbangkan informasi awal berdasarkan hasil perhitungan secara astronomis (hisab) dan hasil konfirmasi lapangan melalui mekanisme pemantauan (rukyatul) hilal.

Berdasarkan pantauan hilal di 101 titik, Yaqut menjelaskan, tidak ada satu pun yang melihat hilal.

Peneliti Astronomi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Djamaluddin mengungkapkan, posisi hilal di Indonesia belum memenuhi kriteria Ramadhan 1443 Hijriah.

Sebab, posisinya baru berada di ketinggian 1 hingga 2 derajat dan belum tampak di seluruh wilayah di Indonesia.

Berdasarkan ketentuan para menteri agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Singapura (MABIMS), kondisi itu belum memenuhi syarat penentuan bulan Ramadhan.

Dengan mengacu pada ketentuan itu, awal bulan baru dipastikan jika ketinggian hilal berada di ketinggian 3 derajat sampai 6,4 derajat.

“Kalau gunakan kriteria baru, Indonesia jauh dari kriteria MABIMS, yang artinya di Indonesia hilal terlalu rendah, dan tidak mungkin untuk terlihat hilal,” ujar Thomas.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/04/02/190833278/muhammadiyah-tak-diundang-saat-sidang-isbat-sekretaris-wajar-saja-karena

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke