Salin Artikel

Cerita Pernikahan di Dalam Goa Ngingrong Yogyakarta dengan Maskawin Belalang Goreng

Pasangan ini menikah harus menuruni lembah sedalam puluhan meter sebelum masuk goa untuk mengikat janji suci mereka.

Kedua pasangan ini menikah dengan maskawin unik, yakni seperangkat alat shalat, dan setoples belalang goreng makanan khas Gunungkidul.

Kompas.com berkesempatan ikut menuruni lembah untuk mengikuti prosesi pernikahan keduanya.

Sebelum masuk goa, salah satu pengantin pria bernama Rumadi (36) memberikan bunga kepada pasangannya, Rika (37) menggunakan flying fox menyeberang lembah Ngingrong.

Rombongan terdiri dari KUA Wonosari, panewu, lurah, hingga pasangan menuruni tangga alami yang sudah dipasang pegangan dari besi, sebelumnya mereka diberikan pengarahan oleh pengelola.

Meski menggunakan kebaya, dan beskap,maupun jas mereka berhati-hati karena jalanan bebatuan cukup licin karena hujan semalam.

Setelah perjalanan kurang lebih 20 menit, sampai di dasar lembah harus menyeberang sungai kecil dengan jalanan cukup licin.

Setelah beristirahat sekitar 30 menit, ijab qabul dimulai. Kedua pasangan, yakni Yudi Nuryanto (29) warga Wukirsari, Cangkringan, Sleman, dan Arismawati (48), warga Pekembinangun, Sleman.

Serta Rumadi warga Ringinharjo, Bantul, dan RIka Warga Ringinharjo, Bantul, duduk di batuan sekitar mulut goa Ngingrong.

Sebelumnya dilantunkan ayat suci Al Quran surat Al ‘Alaq menggema di dalam goa, dilanjutkan prosesi ijab qabul dipimpin langsung Kepala KUA Wonosari Harsono.

Saksi nikah adalah Lurah Desa Mulo Sugiyarto, Panewu Wonosari Siswanto, dan Ryan Budi Nuryanto, Ketua Golek Garwo Fortais & Nikah Bareng Nasional

"Saya nikahkan Rika dengan mas kawin seperangkat alat shalat dan setoples belalang goreng dibayar tunai," kata Kepala KUA Wonosari Harsono. Hal serupa diucapkan Harsono pada pasangan kedua.

Suara gemuruh saat dinyatakan sah dan tepuk tangan memecah keheningan di dalam gua.

Rumadi mengatakan, saat mengutarakan keinginannya menikahi Rika, dirinya diberi tahu salah seorang temannya untuk menghubungi Ryan Budi Nuryanto, Ketua Golek Garwo Fortais & Nikah Bareng Nasional.

"Selain itu, niat saya ikut nikah unik ini biar bisa menikah sebelum bulan Ramadhan. Motivasinya di sini tidak ada keluarga dan ibaratnya saya duda lihat dia di sini tidak ada keluarga lalu saya nikahi saja," kata Rumadi.

Disinggung mengenai sebelum menikah dirinya sempat menaiki flying fox, Rumadi mengaku senang dan sedikit gemetar.

"Susah-susah senang ini, tadi agak gemetar naik flying fox karena baru pertama kali. Tapi karena tekad saya dan disemangati tadi maka harus saya lakukan," ucap dia.

Pasangan yang lain, Arismawati (48) mengaku senang dan kagum karena menikah di dalam gua. Pernikahan kali ini sudah ketiga kalinya.

"Jadi selisihnya 19 tahun, ketemunya di Facebook dan ketemuan pertamanya jajan bakso dan setelah itu kok sudah ketemu masih bocah dan saya bimbang, akhirnya 2-3 bulan diajak ketemu lagi tapi saya bilang masih pikir-pikir, dan karena dia sabar itu saya akhirnya maju lagi," kata Arismawati

"Semoga ini yang terakhir, dan lebih baik dari kemarin-kemarin karena saya sudah tiga kali ini menikah," ucap dia.

Ketua Golek Garwo Fortais & Nikah Bareng Nasional Ryan Budi Nuryanto menyampaikan, pernikahan unik ini jadi yang pertama di Indonesia.

"Mungkin ini yang pertama di Indonesia, menikah di dalam goa, termasuk yang pertama di Gunungkidul," kata Ryan.

Menurutnya, prosesi nikah unik sengaja dilakukan dalam rangka menyambut datangnya Ramadhan. Sekaligus untuk mempromosikan Goa Ngingrong sebagai salah satu destinasi alam dari Gunungkidul.

Ryan menyampaikan kekayaan alam, budaya, hingga kuliner di Gunungkidul layak diangkat dalam cara unik seperti pernikahan.

Bahkan, mahar pernikahan yang digunakan adalah Belalang Goreng.

"Kami jadikan walang goreng satu toples sebagai mahar pernikahan untuk kedua pasangan," ucap Ryan. Dia berharap acara ini bisa mencuri perhatian publik luas.

Selain karena pernikahannya yang unik, juga mengangkat dan mengenalkan Gua Ngingrong sebagai salah satu destinasi wisata unggulan di Gunungkidul.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/03/29/143808878/cerita-pernikahan-di-dalam-goa-ngingrong-yogyakarta-dengan-maskawin

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com