Salin Artikel

Terduga Teroris di Sukoharjo Berprofesi Dokter, Pengamat Sebut Ideologi Radikal Bisa Sasar Siapa Saja

KOMPAS.com - Terduga teroris berinisial SU (54) tewas ditembak saat hendak ditangkap tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri.

Peristiwa ini terjadi di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Rabu (9/3/2022), sekitar pukul 21.15 WIB.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan mengatakan, sosok SU merupakan anggota organisasi Jamaah Islamiyah (JI).

"Yang bersangkutan juga pernah menjabat sebagai Amir Khidmat. Jabatan adalah deputi dakwah dan informasi dan yang bersangkutan sebagai nasihat Amir JI dan juga penanggung jawab Ilal Ahmar Society," ujarnya dalam konferensi pers virtual, Kamis (10/3/2022).

SU diketahui berprofesi sebagai dokter. Hal ini telah dikonfirmasi oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Sukoharjo.

Pandangan pengamat

Terkait profesi SU sebagai dokter, pengamat terorisme dan intelijen Stanislaus Riyanta menuturkan bahwa ideologi radikal bisa menyasar ke siapa pun.

“Ini sebenarnya bukan hal yang mengejutkan. Bahkan, sempat ada (terduga teroris) yang ditangkap berlatar dosen, pegawai BUMN, PNS, dan lain-lain,” ucapnya saat dihubungi Kompas.com, Jumat (11/3/2022).

Dari kasus-kasus tersebut, Stanislaus menuturkan bahwa pola-pola jaringan JI telah berubah. Organisasi itu sekarang lebih inklusif.

Menurut dia, perubahan pola merupakan strategi mereka supaya lebih diterima masyarakat.

Selain itu, perubahan tersebut dimaksudkan agar aktivitas kelompok tersebut tidak mudah dipantau dan untuk memudahkan dalam penggalangan dana.

“Ini adalah suatu adaptasi model aksi. Ini merupakan strategi JI supaya lebih survive,” ungkapnya.


Kekerasan menjadi non-kekerasan

Stanislaus menjelaskan, Jamaah Islamiyah mengubah strategi mereka usai Abu Bakar Ba'asyir ditangkap.

Strategi mereka adalah mengubah kekerasan menjadi non-kekerasan. Mereka memandang bahwa kekerasan hanya akan merugikan kelompoknya.

“Mereka akan membuat kegiatan-kegiatan yang diterima orang banyak,” terangnya.

Menurut Stanislaus, apa yang dilakukan JI ini adalah target jangka panjang.

“Bila tidak dilakukan pencegahan, 10-15 tahun ke depan mereka akan berbahaya,” tuturnya.

Jika kegiatan mereka tidak dicegah atau diintervensi, mereka akan membesar. Apalagi, kata Stanislaus, JI berafiliasi dengan Al Qaeda yang memiliki pola-pola rapi.

“Mereka punya Pedoman Umum Perjuangan Jamaah Islamiyah. Di dalamnya ada bagaimana caranya kaderasisasi, konsolidasi, dan lain-lain,” jelasnya.

Stanislaus mengandaikan, bila kegiatan mereka tidak dicegah, bisa saja kader-kader mereka ada yang masuk ke organisasi pemerinatahan.

“Bayangkan, bagaimana jadinya bila mereka memiliki kekuasaan dan bisa mengambil keputusan?” tanyanya.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Kota Solo, Fristin Intan Sulistyowati | Editor: Teuku Muhammad Valdy Arief, Candra Setia Budi)

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/03/11/165500778/terduga-teroris-di-sukoharjo-berprofesi-dokter-pengamat-sebut-ideologi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke