Salin Artikel

5 Hal Soal Dokter Terduga Teroris yang Tewas di Sukaharjo, Sering Gratiskan Pengobatan Pasien

Petugas terpaksa menindak tegas SU karena mencoba kabur dan melawan saat ditangkap.

Peristiwa tersebut terjadi saat Densus 88 menggebek rumah Sang Dokter di Desa Gayam, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo pada Rabu malam sekitar pukul 21.00 WIB.

Sebelum ditembak, SU mencoba melarikan diri dengan mobil dan menabrak pagar rumah warga di Kelurahan Sugihan, Kecamatan Bendosasri.

Dan berikut 5 hal soal sosok SU yang dirangkum Kompas.com:

1. Sering gratiskan pasien

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Sukoharjo dr Arif Budi Satria membenarkan bahwa terduga teroris SU selama ini berprofesi sebagai dokter dan praktik di rumahnya di Gayam, Kecamatan Sukoharjo.

"Betul, beliau dokter umum masih aktif," ungkap dia kepada TribunSolo.com, Kamis (10/3/2022).

Ia mengatakan dokter SU sering melakukan kegiatan sosial dan mengobati pasien secara gratis.

"Beliau berpraktik untuk sosial, banyak yang digratiskan oleh beliau," kata dia memeberkan.

Meski membenarkan profesi SU, Arif mengaku tak mengenal sosok S secara personal. Dirinya mengatakan jarang bertemu dengan SU yang juga anggota IDI Sukoharjo.

"Kami jarang ketemu, tetapi sebagai sesama anggota IDI tentu tahu, karena beliau kan kalau mengurus surat izin praktek ke kami," aku dia.

Di sisi lain ia ikut berbelasungkawa terkait peristiwa tersebut.

"Kami prihatin karena yang diblow up dokternya, padahal mengenai kegiatan perilaku masing-masing kan bukan berbasis profesi, tapi lebih ke pribadi. Jadi kami prihatin," jelas dia.

Di bagian jendela rumah yang berpagar putih tersebut tertempel plakat bertuliskan nama Dokter SU. Di bawahnya tercantum jam praktek dirinya yakni pukul 06.00-08.00 dan 17.00-20.00.

Sepanjang membuka praktek medis, Bambang sendiri juga tak pernah menyaksikan praktek S ramai.

"Kalau saya lewat ya tidak ramai, sepi artinya tidak ada banyak pasien," katanya.

Tak hanya itu, Bambang mengatakan sosok dokter SU jarang bersosialisasi dengan warga sekitar.

"Semenjak saya megang Ketua RT dari 2019 itu saya mengadakan pertemuan kegiatan warga dia tidak pernah ada, tidak pernah datang, tidak pernah sosialisasi," ungkapnya heran.

3. Berjalan dengan tongkat bantu

Bambang mengatakan selama tinggal di kawasan tersebut tak pernah bertegur sapa atau mengobrol dengan SU.

Hingga ia pun tak pernah menyakan alasan yang bersangkutan tak bersosialisasi dengan warga.

Ia juga menjelaskan dokter bertubuh gempal tersebut menggunakan tongkat bantu saat berjalan karena kakinya pernah mengalami kecelakaan.

Bahkan Bambang menyebut jika SU tak tak pernah membayar iuran sampah Rp 25.000 per bulan.

"Tidak sama sekali, boleh dicek di bendahara saya, kalau yang namanya pak SU itu tidak pernah iuran. Padahal iuran di tempat saya cuma Rp 25.000 per bulan," katanya.

Hanya saja ia beberapa lagi berpapasan dengan SU saat ke masjid.

"Biasanya kalau saya ketemu itu pas maghrib sama isya. Itu aja kadang tidak ketemu, ya tidak rutin, ya cuma pernah salat disitu," jelas dia.

"Sekali lagi pesan dari keluarga, keluarga sedikit pun tidak meyakini kalau pak S itu terlibat kasus terorisme," terang dia rumah duka, Kamis (10/3/2022).

Selain itu, keluarga turut menyayangkan adanya tindak kekerasan yang dilakukan kepolisian hingga membuat S meregang nyawa.

"Yang jelas kita menyayangkan sikap penegakan hukum yang kemudian ada sebuah kekerasan apalagi tembak mati," terang dia.

"Mestinya ada upaya paksa, atau upaya hukum yang sifatnya melumpuhkan, bukan mematikan," tambah dia.

Terkait kekecewaanya, keluarga masih belum akan menempuh jalur hukum karena masih berkabung dan fokus memakamkan S.

"Proses hukum sudah ada yang mendekati kami, cuma belum kami sampaikan kepada pihak keluarga, tak etis masih berkabung," jelas dia.

Jenazah tiba di rumah duka pada Kamis sore sekitar pukul 16.43 WIB. Pekikan takbir dari sempat menggema saat menggotong peti jenazah memasuki kediaman S.

Dari teras rumah sempat ada penolakan saat awak media berusaha mengambil foto.

"Jangan difoto, hapus semua fotonya," kata salah seorang pria yang membawa kertas bertuliskan 'Dilarang memfoto/memotret'.

Selepas itu, perwakilan keluarga yakni Endro Sudarsono mengatakan bahwa S dimakamkan pada Kamis malam setelah waktu Isya.

Menurut Endro yang juga Sekretaris The Islamic Study and Action Center (ISAC) Surakarta, sosok S dimakamkan di pemakaman muslim Polokarto.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis : Fristin Intan Sulistyowati | Editor : Teuku Muhammad Valdy Arief), Tribun Solo

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/03/11/085200278/5-hal-soal-dokter-terduga-teroris-yang-tewas-di-sukaharjo-sering

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke