Salin Artikel

Polemik Keppres No 2 Tahun 2022, Sejarawan UGM Bantah Penghapusan Nama Soeharto

Terkait hal itu, Sejarawan UGM Sri Margana membantah nama Soeharto dihilangkan dalam Keppres No 2 Tahun 2022. Margana menyampaikan nama Letkol Soeharto disebut sebanyak 48 kali dalam naskah akademik.

"Belakangan ada semacam protes kenapa dalam Keppres Pak Harto tidak masuk. Bahkan ada yang mengatakan menghilangkan peran Soeharto, itu tidak benar," katanya pada acara Memahami Keppres No 2 Tahun 2022 tentang Hari Penegakan Kedaulatan Negara di YouTube Humas Jogja, Senin (7/3/2022).

"Dalam naskah akademik kami jelas sekali peran Letkol Suharto sebagai orang yang ditunjuk untuk memimpin. Di naskah ada nama Pak Harto sebanyak 48 kali, ini menunjukkan peran beliau sebagai pemimpin Serangan Umum 1 Maret," imbuh dia. 

Lanjut Margana Keppres bukanlah historiografis, Keppres bertujuan sebagai sebuah dokumen administratif untuk menetapkan hari besar nasional, sehingga tidak semua nama disebut dalam peristiwa yang melibatkan 2 ribu orang termasuk dari polisi dan laskar, sehingga hanya nama-nama pemimpin atau representasi yang disebut.

"Yang disebut cukup pemimpin-pemimpin tertinggi atau perwakilan representatif yang mewakili institusi yang disebut," katanya.

Ia menjelaskan peran dari Letkol Soeharto adalah melakukan penyerangan dari Kuncen ke arah Patuk bersama pasukannya, lalu bergabung dengan Mayor Sardjono di Vredeburg.

Margana menyebut, peristiwa Serangan Umum 1 Maret bukanlah kisah lone ranger, yakni kisah satu orang yang mengalahkan ribuan musuh. Menurutnya Serangan Umum 1 Maret adalah peristiwa kolaborasi yang melibatkan banyak tokoh.

"Bukan peristiwa lone ranger yang dilakukan satu orang tetapi peristiwa kolektif dengan koordinasi militer yang sangat kuat," jelas dia.

Margana menyebut beberapa tokoh yang memiliki peran sentral dalam peristiwa ini, dirinya juga menjabarkan siapa saja tokoh-tokoh yang terlibat dan perannya.

Pertama ialan Soedarisman Poerwokusumo yang pada saat itu menjabat sebagai Wali Kota Yogyakarta. Soedarisman diundang Gubernur DIY saat itu, Sri Sultan Hamengku Buwono IX untuk mengikuti rapat. Sultan HB IX merupakan inisiator Serangan Umum 1 Maret.

"Pada waktu itu wali kota Yogyakarta Bapak Soedarisman Poerwokusumo itu penting. Ia diundang melakukan rapat dengan Sri Sultan HB IX untuk membicarakan Serangan Umum 1 Maret," jelas Margana.

Lanjut dia, Soedarisman memiliki tugas yang berat karena mengondisikan Kota Yogyakarta saat perang seperti mendirikan dapur umum, hingga mengatur jalan keluar masuk prajurit.

"Beliau diminta untuk menyediakan shelter, tempat-tempat prajurit untuk masuk ke kota secara diam-diam, lalu pada hari H melakukan penyerangan. Ia juga bertugas menghimpun logistik, dapur umum, dan sebagainya," urai dia.

Lebih lanjut, Margana menjelaskan jalan keluar bagi para prajurit setelah berperang penting, karena Serangan Umum 1 Maret menggunakan strategi gerilya hanya menduduki selama 6 jam.

Tokoh lainnya yang memiliki peran penting adalah Jenderal Soedirman, pada saat itu Jenderal Sudirman adalah pimlinan tertinggi militer dan mengerti persis serangan ini. Sri Sultan HB IX meminta izinnya untuk melakukan Serangan Umum 1 Maret.

"Jenderal Soedirman tahu persis karena Sri Sultan minta izin kepada beliau dan Sultan agar menghubungi Letkol Soeharto," imbuh dia.

Serangan ini juga melibatkan Kolonel Gatot Subroto, yang saat itu menjabat sebagai Komandan Divisi II. Menurut Margana, Gatot Subroto memiliki tugas mengadang pasukan Belanda dari arah Solo.

"Gatot Subroto bertugas untuk mencegah pasukan Belanda yang ada di Solo dan berhasil melakukannya," katanya.

Margana menyampaikan dalam peristiwa ini juga melibatkan Kolonel Bambang Sugeng yang merupakan Komandan Divisi III bertugas mengkonsep Serangan Umum 1 Maret. Salah satu peran pe tingnya adalah mencegah datangnya pasukan Belanda dari arah barat dan utara.

"Kolonel Bambang Sugeng itu yang membuat perintah siasat, Serangan Umum 1 Maret bukan hanya 1 Maret saja tetapi ada juga sebelumnya, atas oerintah dari Bambang Sugeng," katanya.

Tokoh selanjutnya ialah Kolonel TB Simatupang, yang disebut Margana memiliki tugas mengonsepkan berita untuk disiarkan ke luar negeri. Menurut dia dalam sebuah pertempuran diperlukan kerja jadi intelijen.

"TB Simatupang memiliki tugas mengonsepkan berita ke luar negeri. Selain itu juga berrugas menyebar intelijen agar operasi ini berhasil baik tanpa diketahui Belanda," ungkap dia.

Lanjut Margana tokoh yang berperan lainnya adalah Mayor Sardjono dan Letkol Vince Samuel yang merupakan pimpinan pertempuran dalam jarak dekat di Benteng Vredeburg, Kota Yogyakarta.

"Ada nama Mayor Sardjono dan Letkol Vince Samuel berjuan di garis depan, langsung berhadapan di Benteng Vredeburg untuk menyerang pasukan Belanda. Benar di garis depan," katanya.

Ada pula Mayor Soekasno dalam peristiwa Serangan Umum Satu Maret yang bertugas untuk menghalau bala bantuan untuk pasukan Belanda.

Mayor Soekasno menghalau bantuan dari Magelang untuk memasuki area Yogyakarta, pada saat itu bantuan yang seharusnya datang dalam waktu 2 jam bisa ditahan dan baru masuk area Yogyakarta setelah 4 jam.

"Pasukan Pak Soekasno ini mencegah bala bantuan dari Magelang, terjadi pertempuran yang dahsyat juga di sana," imbuhnya.

Nama terakhir yang Margana sebut adalah Mayor Soedjono, yang pada saat itu menduduki Bandara Maguwo sehingga, pasukan Belanda tidak bisa menggunakan pesawat untuk bertempur.

"Memastikan supaya Belanda tidak menggunakan pesawat tempur untuk menghajar pasukan Indonesia," katanya.

Dari berbagai tugas itu menurut Margana, Serangan Umum 1 Maret bukanlah kejadian yang bersifat Lone Ranger. Tetapi dalam peristiwa ini terdapat strategi yang kompleks dan memiliki peran masing-masing.

"Misalkan kalau Gatot Subroto tidak berhasil mencegah dari Solo ya itu mungkin Serangan Umum 1 Maret gagal juga," ungkapnya.

Hal itu juga berlaku bagi pasukan lainnya, seperti jika Soekasno gagal menghadang pasukan Belanda menurut Margana Serangan Umum 1 Maret juga akan gagal.

"Ini kerja kolektif strategi militer yang dirancang sangat kompleks, keberhasilan ini tidak bisa diklaim satu individu saja," tutup dia.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/03/07/192657578/polemik-keppres-no-2-tahun-2022-sejarawan-ugm-bantah-penghapusan-nama

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke