Salin Artikel

Biografi Wahidin Sudirohusodo: Peran dalam Pergerakan Nasional dan Budi Utomo

Wahidin tidak hanya berjuang melalui dunia kedokteran saja, namun dia juga fokus pada pendidikan rakyat.

Dalam pemikiran Wahidin, penjajahan di Indonesia bisa diakhiri jika rakyatnya terdidik sehingga kebodohan bisa dihilangkan.

Wahidin Sudirohusodo juga merupakan sosok yang menginspirasi para mahasiswa dokter di STOVIA untuk membentuk Budi Utomo pada 1908.

Profil Wahidin Sudirohusodo

Wahidin Sudirohusodo lahir pada tanggal 7 Januari 1852 di Mlati, Sleman, Yogyakarta.

Wahidin termasuk anak yang beruntung karena bisa mengenyam pendidikan secara layak di masa itu.

Wahidin Sudirohusodo memulai pendidikan di De Scholen der Tweede yang diperuntukkan bagi kalangan rendah.

Tiga tahun bersekolah di sana, Wahidin mendapat pengakuan oleh para guru terkait kecerdasannya.

Guru Wahidin lantas menyarankannya agar melanjutkan ke Sekolah Rendah Eropa atau ELS di Yogyakarta.

Murid di ELS kebanyakan keturunan bangsawan dan Eropa. Wahidin sempat diremehkan saat mulai sekolah di sana.

Namun Wahidin yang cerdas dapat membuktikan bahwa pandangan teman-temannya itu salah.

Wahidin bahkan berhasil lulus dengan predikat lulusan terbaik atau uitmuntend.

Setelah dari ELS, Wahidin Sudirohusodo mendapat kesempatan untuk mengenyam pendidikan dokter di Sekolah Dokter Jawa (STOVIA) di Batavia pada 1869.

Wahidin dapat lulus dari STOVIA dalam waktu 22 bulan. Pada 1872 Wahidin diangkat sebagai Asisten Pengajar di STOVIA.

Wahidin tidak lama menjadi asisten pengajar. Dia keluar dan memilih menjadi pegawai kesehatan di Yogyakarta.

Sebagai seorang dokter rakyat, Wahidin semakin dekat dengan masyarakat.

Dari kedekatan inilah Wahidin dapat menyimpulkan bahwa masalah rakyat adalah kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakangan.

Sehingga, menurut Wahidin, jika bangsa ingin merdeka maka masalah-masalah tersebut harus dihilangkan.

Dari sini Wahidin mulai memberikan bantuan pendidikan kepada masyarakat di sekitarnya.

Dia juga mengutarakan gagasannya terkait masalah-masalah rakyat itu di surat kabar yang ada saat itu.

Bahkan pada tahun 1894, Wahidin mendirikan dan memimpin majalah berbahasa Jawa bernama Retno Dumilah.

Pada awal tahun 1900-an, Wahidin berniat untuk mendirikan lembaga yang bisa memberikan bantuan pendidikan.

Untuk keperluan itu, Wahidin melakukan perjalanan keliling Jawa untuk mencari donatur.

Meski tidak mudah, pada akhirnya Wahidin bisa menemukan donatur untuk lembaga yang digagasnya itu.

Lembaga itu bernama Badan Beasiswa Damoworo. Salah satu tokoh yang menyanggupi bantuan adalah Bupati Serang Akhmad Jayadiningrat.

Rupanya, perjuangan Wahidin Sudirohusodo itu menarik perhatian para juniornya di STOVIA.

Wahidin pada tahun 1907 memang pernah mengunjungi STOVIA dan bertemu dengan Sutomo, Suraji, dan beberapa mahasiswa lain.

Dari pertemuan itu, rupanya Sutomo dan Suraji sangat terkesan. Keduanya lantas merencanakan pendirian organisasi untuk berjuang demi rakyat.

Maka pada 20 Mei 1908, Sutomo, Suraji, dan Gunawan Mangunkusumo pun mendirikan Budi Utomo.

Tanggal pendirian Budi Utomo itu kini dikenang sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

Meski telah berjuang mencerdaskan kehidupan bangsa, namun Wahidin Sudirohusodo tidak mendapat kesempatan melihat kemerdekaan bangsanya.

Wahidin Sudirohusodo meninggal dunia pada 26 Mei 1917 dan dimakamkan di desa kelahirannya.

Untuk mengenang jasanya, pemerintah menetapkan Wahidin Sudirohusodo sebagai Pahlawan Nasional pada 6 November 1973.

Sumber:
Tribunnewswiki.com
Kemsos.go.id

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/02/27/142759578/biografi-wahidin-sudirohusodo-peran-dalam-pergerakan-nasional-dan-budi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke