Salin Artikel

Perajin Tahu Gunungkidul: Tahu Lebih Baik Dibuat dari Kedelai Lokal, tetapi...

Tak seperti para perajin tahu di wilayah lain, Gunungkidul sempat berhenti produksi untuk menstabilkan harga 11 Februari sampai 13 Februari 2022 lalu.

"Sudah pekan lalu kita berhenti produksi untuk menyeragamkan harga selama 3 hari," kata salah satu perajin tahu Padukuhan Sumbermulyo, Nanang Santoso saat ditemui Kompas.com di sela produksi, Senin (21/2/2022).

Dijelaskannya, harga tahu perajin di Padukuhan Sumbermulyo dinaikkan. Tahu rebus sebelumnya Rp 33.000 menjadi Rp 38.000 per cetakan,

Untuk harga tahu Magel atau setengah matang Rp38.000 sampai Rp45.000 per cetakan, dan untuk tahu pong dari Rp 43.000 naik Rp 53.000 per cetakan.

"Harga mulai naik sejak 15 Februari 2022 lalu. Harga ini sesuai kesepakatan bersama," kata dia.

Nanang mengakui produksinya terus menurun sejak pandemi 2020 lalu, semakin parah ketika harga kedelai mulai naik, dan beberapa pekan lalu minyak mulai langka di pasaran.

"Kalau kedelai itu banyak, tetapi harganya naik terus, belum lagi minyak goreng sulit," kata Nanang.

"Saya mengurangi produksi sekitar 50 persen dibandingkan saat normal," kata dia.

Minyak goreng ini juga berpengaruh terhadap pembelian karena sebagian besar merupakan penjual gorengan, karena mereka tergantung minyak goreng.

Sebagian dari pelanggannya memilih mengurangi, bahkan tidak berjualan karena sulitnya dan mahalnya minyak goreng di pasaran.

Disinggung kedelai, Nanang mengakui saat ini untuk kedelai cukup banyak dipasaran tetapi memang harganya naik cukup signifikan.

"Yang paling utama berkaitan dengan kedelai dan minyak goreng," kata dia.

"Sebenarnya kedelai lokal itu lebih baik dari pada yang impor tetapi sekarang sulit didapatkan," kata Nanang.

Hal serupa dikatakan Agung Gunawan pengrajin lainnya. Diakuinya, sebenarnya kedelai lokal lebih baik, karena tahu lebih gurih dan lebih padat.

"Tahu tidak mudah rusak. Sari patinya lebih kental, dan lebih gurih," ucap Agung.

"Kedelai impor itu bijinya gede-gede tetapi kan rasanya sebenarnya kurang. Kalau dianalogikan ayam negeri dan ayam kampung itu kan dagingnya lebih enak yang kampung," kata dia.

Agung mengatakan, untuk kedelai lokal terakhir digunakan untuk bahan campuran kedelai impor 5 bulan lalu.

"Untuk harga waktu itu kedelai lokal Rp 10.000 dan kedelai impor dari Amerika masih Rp 8.000 per kilogramnya," kata dia.

Namun demikian untuk lokal perlu pembersihan ekstra karena kurang bersih dan sering bercampur kotoran.

"Kedelai lokal itukan yang biasa digunakan untuk benih petani, jadi kualitasnya baik," kata Agung.

Dikatakannya, untuk kedelai impor saat ini Rp 10.950 - Rp 11.000 per kilogramnya, tergantung merek dagangnya. Sementara saat normal harganya sekitar Rp 9.000 per kilogramnya.

Diakui Agung, saat ini pihaknya mengurangi produksi karena harga kedelai yang melambung, dan juga harga minyak goreng yang cenderung naik. Harga minyak goreng curah saat ini Rp 18.200 per kilogramnya.

Selain harga naik juga dipengaruhi pandemi karena pedagang gorengan juga mengurangi produksinya.

"Biasanya saya itu giling 2,5 kuintal jadi 1,5 kuintal kedelai, hampir 50 persen," kata dia.

Produksi kedelai di Gunungkidul

Sekretaris Dinas Pertanian dan Pangan Raharjo Yuwono mengakui, minat petani lokal untuk menanam kedelai lokal lebih rendah.

"Dinas sudah mengimbau untuk menanam kedelai, tetapi masih rendah minat petani untuk menanam kedelai," kata Raharjo.

Dijelaskannya beberapa alasan petani untuk enggan menanam kedelai karena ketersediaan benih, juga untuk menanam dibutuhkan perawatan yang ekstra karena banyak hama.

"Petani itu memilih menanam jagung dan kacang tanah, harganya jauh lebih mahal. 1 hektar bisa 3 ton basah (kacang) bisa dapat Rp 25 juta, kedelai sekitar Rp 10 juta," kata Raharjo.

Adapun untuk kedelai tahun 2021 sebesar 4.394 ton, yang diproduksi hampir sebagian besar wilayah Gunungkidul terutama kawasan utara dan tengah.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/02/21/133655378/perajin-tahu-gunungkidul-tahu-lebih-baik-dibuat-dari-kedelai-lokal-tetapi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke