Salin Artikel

Grojogan Watu Purbo, Air Terjun Bertingkat Enam Penahan Aliran Erupsi Merapi

KOMPAS.com - Yogyakarta memang tidak pernah kehabisan spot wisata menarik untuk memanjakan wisatawan.

Salah satunya adalah pesona air terjun bertingkat enam yang dikenal dengan sebutan Grojogan Watu Purbo di kaki Gunung Merapi.

Air terjun yang berlokasi di Bangunrejo, Tempel, Sleman ini sempat viral sebagai spot foto Instagramable karena pemandangannya yang indah.

Merupakan Bangunan Penahan Lahar Dingin

Grojogan Watu Purbo merupakan air terjun buatan yang semula berfungsi untuk mengatasi dampak erupsi Gunung Merapi.

Hal ini karena aliran air di Grojogan Watu Purbo memang berasal dari Kali Krasak dan Kali Bebeng.

Kedua sungai tersebut diketahui seringkali terdampak aliran lahar dingin Gunung Merapi pasca erupsi.

Pemerintah kemudian membangun dam atau sabo untuk menahan aliran lahar di lokasi ini pada tahun 1957.

Enam tingkat air terjun yang dilihat merupakan bentukan sabo penahan aliran lahar, sementara batu besar di sekitarnya merupakan material batuan alami.

Baru pada tahun 2017 lokasi ini mulai dikelola menjadi tempat wisata oleh Pokdarwis

Bangunrejo setelah banyak wisatawan datang untuk menikmati keindahannya.

Objek wisata ini bisa menjadi pilihan wisata murah di Yogyakarta karena wisatawan tidak dikenakan tarif retribusi.

Wisatawan hanya dikenakan tarif parkir saja, yaitu mulai dari Rp 5.000 untuk motor, Rp 10.000 untuk mobil, hingga Rp 30.000 untuk bus kecil.

Grojogan Watu Purbo buka setiap hari pukul 06.00-18.00 WIB atau sesuai dengan kebijakan pengelola terkait pandemi dan cuaca.

Daya Tarik Grojogan Watu Purbo

Objek wisata alam di Yogyakarta ini memiliki daya tarik utama dari keindahan enam tingkat air terjunnya.

Apalagi pemandangan Grojogan Watu Purbo tersebut dibingkai dengan hijaunya pepohonan di sekitarnya.

Selain berfoto dengan latar belakang air terjun, wisatawan juga ada yang mencoba menyusun bebatuan kecil di bagian bawah aliran sungainya.

Jadi jangan heran jika menemukan beberapa susunan batu di sekitar Grojogan Watu Purbo yang disusun oleh wisatawan yang berkunjung sebelumnya.

Bagi yang suka berkemah, tersedia juga zona khusus yang disediakan oleh pengelola tidak jauh dari lokasi air terjun, di sekitar tempat parkir.

Waktu Terbaik untuk Berkunjung

Debit air di Grojogan Watu Purbo sangat dipengaruhi oleh musim dan cuaca di puncak gunung.

Jika musim kemarau, debit air di lokasi ini sangat kecil sehingga keindahannya tidak muncul.

Oleh karena itu, wisatawan disarankan untuk berkunjung saat musim hujan saat debit airnya melimpah.

Walau begitu, warna airnya bisa berubah jika di puncak gunung tengah hujan karena alirannya akan membawa serta material tanah dan pasir.

Wisatawan juga disarankan untuk menghindari area air apabila tengah terjadi hujan deras karena debitnya bisa meningkat secara tiba-tiba dan berbahaya.

Sumber:
bob.kemenparekraf.go.id 
travel.kompas.com 
jogja.tribunnews.com 

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/02/15/143500578/grojogan-watu-purbo-air-terjun-bertingkat-enam-penahan-aliran-erupsi

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com