Salin Artikel

Sejarah Purworejo, Daerah Penghasil Batuan Andesit yang Banyak Lahirkan Pahlawan Nasional

Pembicaraan itu terkait dengan rencana pemerintah membangun Bendungan Bener di Kabupaten Purworejo.

Untuk membangun bendungan ini, diperlukan pasokan batuan andesit yang besar sebagai material pembangunan.

Untuk memenuhi kebutuhan batuan andesit ini, rencananya akan diambil dari Desa Wadas. Penambangan batu andesit di Desa Wadas mencapai 145 hektare.

Rencana penambangan ini yang ditolak oleh warga Desa Wadas, karena dikhwatirkan akan merusak 28 titik sumber mata air warga desa.

Tak hanya itu, penambangan batu andesit di Desa Wadas juga dikhawatirkan akan membuat desa tersebut semakin rawan longsor.

Pasalnya, proyek tambang di Desa Wadas ini merupakan tambang quarry atau penambangan terbuka (dikeruk tanpa sisa) yang rencananya berjalan selama 30 bulan.

Penambangan batu itu dilakukan dengan cara dibor, dikeruk, dan diledakkan menggunakan 5.300 ton dinamit atau 5.280.210 kilogram, hingga kedalaman 40 meter.

Tambang quarry batuan andesit di Desa Wadas menargetkan 15,53 juta meter kubik material batuan andesit untuk pembangunan Bendungan Bener.

Situasi memanas ketika aparat kepolisian masuk ke Desa Wadas dengan dalih untuk mengamankan pengukuran lahan milik warga yang setuju.

Hanya saja dalam proses pengamanan itu sempat terjadi ketegangan, yang berujung pada penangkapan 64 orang warga dan aktivis Desa Wadas.

Sejarah Purworejo

Kabupaten Purworejo termasuk wilayah yang memiliki sejarah panjang sejak masa kejayaan Kerajaan Mataram Islam.

Pada saat itu, Purworejo masih disebut dengan nama Bagelan.

Bagelen ini merupakan wilayah yang dihormati dan disegani lantaran banyaknya prajurit Mataram Islam yang berasal dari sana.

Termasuk pasukan Sutawijaya, atau pendiri dan raja pertama Mataram Islam yang bergelar Panembahan Senopati juga banyak yang berasal dari Bagelan.

Berdasarkan catatan sejarah, prajurit yang berasal dari Bagelen dikenal pilih tanding dan setia terhadap Panembahan Senopati.

Selain karena keprajuritan, Bagelen juga disegani lantaran adanya seorang wali yang menyebarkan ajaran Islam di sana dan sekitarnya.

Wali ini bernama Sunan Geseng. Dia merupakan ulama besar yang berhasil mengislamkan wilayah timur Sungai Lukola dan pengaruhnya sampai ke Yogyakarta dan Magelang.

Sementara dalam Perang Jawa atau Perang Diponegoro, wilayah Purworejo atau Bagelen termasuk dalam arena pertempuran.

Pangeran Diponegoro juga mendapat dukungan luas dari masyarakat Bagelen, bahkan sang pangeran menyinggung daerah ini dalam Babad Diponegoro yang ditulisnya.

Belanda lantas membentuk pemerintahan, dengan membagi wilayah Begelen menjadi empat kabupaten, yaitu Brengkelan, Semawung, ungaran, dan Karang Duhur.

Wilayah yang sekarang dikenal dengan Purworejo ini dalam pembagian itu menjadi Kabupaten Brengkelan.

Brengkelan sendiri merujuk pada nama benteng militer Belanda yang didirikan saat Perang Jawa.

Untuk memimpiin Brengkelan, diangkatlah seorang adipati bernama Kanjeng Raden Tumenggung Tjokrojoyo.

Namun pada tanggal 27 Februari 1831, yang bertepatan dengan tanggal 14 Ramadan, nama Brengkelan pun diubah menjadi Purworejo.

Perubahan nama itu disampaikan langsung oleh Tjokrojoyo seusai menunaikan salat tarawih.

Selain mengubah nama Brengkelan menjadi Purworejo, sang adipati juga mengubah namanya dari Tjokrojoyo menjadi Raden Adipati Arya Tjokronegoro.

Nama Purworejo sendiri terdiri dari dua kata dalam bahasa Jawa, yaitu purwo yang artinya awal dan redjo yang artinya kemakmuran.

Sehingga, Purworejo dapat diartikan dengan awal kemakmuran, yaitu sebuah harapan tentang kemajuan dan kemakmuran rakyatnya.

Sementara tanggal 27 Februari 1831 ditetapkan sebagai Hari Jadi Kabupaten Purworejo.

Purworejo Kota Pejuang

Purworejo dikenal dengan julukan sebagai Kota Pejuang.

Julukan tersebut merujuk pada banyaknya pejuang dan tokoh Republik Indonesia yang lahir dan tumbuh di kota ini.

Beberapa tokoh asal Purworejo antara lain Jenderal Ahmad Yani, Jenderal Urip Sumoharjo, Sarwo Edy Wiboyo.

Selain itu ada juga nama Wage Rudolf Supratman, yaitu komponis yang menciptakan lagu kebangsaan Indonesia Raya.

Kiai Sadrach, seorang Tokoh Penginjil Jawa yang menyebarkan agama Kristen juga merupakan tokoh dari Purworejo.

Sumber:
Kompas.com
Purworejokab.go.id
Jatengprov.go.id

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/02/10/085602078/sejarah-purworejo-daerah-penghasil-batuan-andesit-yang-banyak-lahirkan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke