Salin Artikel

Ternak Mati karena Antraks Bertambah, Pemkab Gunungkidul Minta Masyarakat Tak Khawatir

YOGYAKARTA, KOMPAS.com -Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta (DIY), mencatat ada tambahan hewan ternak jenis sapi mati karena antraks di Kalurahan Gombang, Kapanewon Ponjong pada Jumat (4/2/2022).

Kuat dugaan kematian ini karena di lokasi tersebut merupakan daerah zona merah antraks.

"Dini hari tadi (Jumat) saya ditelepon pak Lurah (Gombang) kalau ada sapi mati lagi di Gombang," Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Gunungkidul drh Retno Widyastuti kepada wartawan di Kapanewon Patuk, Jumat.

Dia meminta kepada Lurah Gombang agar langsung mengubur sapi tersebut, agar tidak dilakukan penyembelihan sapi dan dagingnya dibagikan kepada masyarakat sehingga kasusnya tidak akan semakin panjang.

"Nah, tadi (seekor sapi yang mati di Gombang) yang di depan (hidung) tidak tapi di anusnya berdarah. Kalau itu bodon (kasat mata) saja sudah jelas (antraks) tapi kan tidak masalah kalau langsung dikubur," ucap Retno.

Retno mengatakan, sehingga total ada 16 hewan ternak mati, meski tidak semua keluar uji laboratorium positif antraks, tetapi semua ternak itu mati akibat bakteri antraks.

Sebab, sampel tanah yang diambil di lokasi matinya ternak, khususnya di dua kalurahan positif antraks.

Adapun lokasi itu yaitu Kalurahan Gombang di Kapanewon Ponjong dan Kalurahan Hargomulyo di Kapanewon Gedangsari.


Minta masyarakat tidak khawatir

Retno menyampaikan, pihaknya bersama Dinas Perdagangan Gunungkidul melakukan sidak tempat pemotongan hewan (TPH) yang berada di Kapanewon Semanu, Karangmojo, Semin dan Wonosari, Jumat (4/2/2022) dini hari.

"Dari TPH yang disidak semuanya kondisinya sehat dilihat dari pemeriksaan post mortum," kata Retno.

Dijelaskannya, pihaknya sebenarnya sudah rutin melakukan pemantauan di TPH yang ada, namun setelah munculnya kasus antraks akan semakin ditingkatkan pengawasannya.

Pihaknya berharap masyarakat tidak perlu khawatir berkaitan dengan kasus antraks yang terjadi saat ini karena pencegahan terus dilakukan agar tidak meluas, salah satunya dengan penyuntikan vaksinasi.

Retno mengatakan, saat ini pihaknya masih melakukan penyuntikan antibiotik hingga sekarang sudah menyasar ke 1.000 hewan ternak dan proses ini masih dilakukan, lalu setelah penyuntikan ini dalam rentang waktu dua minggu akan diberikan vaksin.

"Nantinya penyuntikan akan mengacu pada peta zonasi yang dikeluarkan oleh Balai Besar Veteriner. Tapi yang jelas, ternak di dua kalurahan yang terdapat kasus semuanya akan divaksin," kata Retno.

Selain itu untuk lalu lintas ternak diharapkan dimaksimalkan karena sudah ada dua posko milik pemerintah DIY di Bedoyo, Kapanewon Ponjong dan Sambirejo, Kapanewon Ngawen.

Kepala Dinas Perdagangan Gunungkidul, Kelik Yuniantoro yang ikut serta dalam agenda Sidak mengutarakan niat akan membatasi lalu lintas ternak baik keluar maupun masuk ke Gunungkidul.

Pihaknya berencana membuat pos pengawasan lalu lintas ternak bekerja sama dengan Pemda DIY.

"Mudah-mudahan dengan berbagai cara ini, maka kasus antraks bisa dkendalikan," kata Kelik.


Berharap pemerintah rutin sosialisasi

Salah satu pemilik TPH di Kapanewon Semanu, Sutiyem membenarkan permintaan daging berkurang dibanding beberapa waktu sebelumnya.

"Permintaan memang menurun, tapi sedikit. Pelanggan kami paling banyak pedagang bakso. Beberapa hari terakhir memang permintaan dari mereka menurun," kata Sutiyem.

Sutiyem juga mengaku, selama ini selalu memperhatikan kesehatan sapi yang hendak disembelih.

"Yang diutamakan menjaga reputasi dan kepuasan pelanggan," kata dia.

Pemilik TPH lainnya Suwardi mengakui ada kekhawatiran dari pelangganya sejak kasus antraks muncul beberapa waktu lalu.

Dirinya berharap pemerintah rutin melakukan sosialisasi jika daging di Gunungkidul aman.

"Semoga ada sosialisasi terus menerus jika daging aman," kata Suwardi.

Diberitakan sebelumnya, Kepala Balai Besar Veteriner (BBVet) Wates Hendra Wibawa membenarkan ada belasan hewan ternak yang mati akibat terpapar antraks di Gunungkidul.

"Seperti yang disampaikan Pak Bupati, di hewan memang sudah terkonfirmasi terkena bakteri antraks. Kalau hasil dari investigasi kami bersama Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Gunungkidul) total kematian hewan itu ada 11 sapi dan 4 kambing," ujarnya saat di kantor Pemkab Gunungkidul Senin (31/1/2022).

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/02/05/131919878/ternak-mati-karena-antraks-bertambah-pemkab-gunungkidul-minta-masyarakat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke