Salin Artikel

Tahun Baru Imlek, Warga Menunggu Peziarah Bagi-bagi Angpau di Kuburan Tionghoa Kulon Progo

Sepi itu mendadak sirna ketika satu per satu keluarga etnis Tionghoa ziarah kubur, diakhiri dengan bagi-bagi angpao.

Terdengarlah tawa, canda, saling memanggil, suara bocah-bocah saling menyahut, seketika memecahkan kesunyian.

“Kita berbagi, apa yang kami dapat kita bagi. Karena mereka juga ada yang ikut menjaga di (makam) ini. Jadi sebuah tradisi,” kata Fransiska Murlianti, asal Pringgokusuman, Yogyakarta, Selasa (1/2/2022).

Murlianti baru saja selesai usai membagikan angpau pada warga yang dari tadi menunggu di sekitaran makam. Bagi-bagi angpau itu sesi terakhir dirinya di ziarah makam kali ini.

Anak-anak dan para orang tua bubar usai menerima angpau.

Murlianti tiba bersama suaminya, Yohanes Pulunggono sejak pagi. Mereka melakoni ziarah kubur sebagai bagian dari tradisi pada awal Tahun Baru Imlek.

Mereka mengunjungi kubur kedua orangtua, kubur kedua kakek neneknya dan bapak angkat mereka yang seorang pengusaha batik terkenal di masa silam. Semuanya berada dalam satu komplek makam Giripeni.

Tradisi menghormati leluhur tidak pernah dilupakan. "Sempat tidak bisa dilakukan dua tahun kemarin, karena Covid-19," kata Murlianti.

Tahun Baru Imlek 2573 jatuh pada 1 Februari 2022. Seperti tahun-tahun yang lalu, beberapa keluarga Tionghoa datang untuk ziarah, memasang dupa, menabur bunga, dan membersihkan makam.

Sayangnya tidak banyak keluarga Tionghoa yang datang. Penjaga makam Giripeni, Samiyem mengungkapkan, jumlah peziarah semakin sedikit dari waktu ke waktu. Imlek ini saja baru datang empat keluarga.

“Mungkin satu keluarga lagi datang dari Jogja siang ini,” kata Samiyem.

Komplek makam Giripeni pun semakin tidak aktif. Kuburan ini makin terlupakan. Banyak makam yang dipenuhi semak tinggi, dedaunan kering, nisan berjamur dan banyak yang sudah retak merekah.

Tidak sedikit yang hilang tanpa bekas. Sebagian besar areal pemakaman berusia ratusan tahun itu jadi tampak tidak terurus oleh para ahli warisnya.

Namun, beberapa keluarga masih mempercayakan Samiyem untuk membersihkan makam keluarga mereka. “Saya bersihkan terus, apalagi sebelum mereka datang hari ini,” kata Samiyem.

Upah dari bersih-bersih diterima ketika peziarah datang seperti Imlek sekarang atau saat hari Cheng Beng setelah Imlek. Samiyem mengungkapkan, upahnya tidak besar.

Biasanya diberikan bersama saat orang-orang lain ikut mencari angpau. Akibatnya, nilainya sama dengan yang lain. Samiyem tak persoalkan itu.

"Sebenarnya saya saja yang bersih-bersih beberapa makam itu. Yang lain hanya datang saja. Dikasih semua, sama, tidak dibedakan," kata Samiyem.

Samiyem mengungkapkan, kebanyakan peziarah dari luar Kulon Progo, utamanya Yogyakarta. Pasalnya, keturunan suku Tionghoa minoritas di Kulon Progo. “Kebanyakan dari Yogya,” kata Samiyem.

Saat ini diperkirakan tersisa empat keluarga saja di Kulon Progo. Salah satu peziarah asal Kulon Progo bernama Heri mengungkapkan, mereka ada yang menjalankan aktivitas sebagai pemilik dealer, bengkel, hingga toko.

"Kalau di Kulon Progo ini sepertinya hanya ada empat keluarga saja," kata Heri seraya menyebut satu-satu keluarga itu.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/02/02/120112878/tahun-baru-imlek-warga-menunggu-peziarah-bagi-bagi-angpau-di-kuburan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke