Salin Artikel

Mobil Mercy Dirusak Massa, Sosiolog UGM Jelaskan sebab Orang Bisa Beringas di Jalan

Pengemudi mobil awalnya terlibat cekcok dengan tukang parkir karena berhenti mendadak.

Saat pengemudi meninggalkan lokasi sebelum masalah selesai,  dia dikejar hingga berakhir terjadi perusakan mobil.

Sosiolog Kriminal Universitas Gadjah Mada (UGM) Soeprapto mengatakan, seharusnya pengemudi tidak meninggalkan lokasi sampai permasalahan benar-benar selesai.

Kalaupun merasa diri terancam, pengemudi dapat menuju ke pos polisi atau kantor polisi terdekat.

"Dari situ memang pengemudi ada andil salah, tapi memang dalam peraturan lalu lintas ketika orang menyrempet, nabrak, dan lain-lain dan merasa tidak aman memang boleh lari tetapi bukan lari sembunyi, tetapi lari ke pos polisi terdekat, harusnya seperti itu," ujar Sosiolog Kriminal Universitas Gadjah Mada (UGM) Soeprapto saat dihubungi, Sabtu (29/01/2022).

Soeprapto menyampaikan situasi dalam kerumunan secara terori memang sangat sensitif.

Satu perilaku yang muncul teresonansi karena teriakan. Orang lain kemudian secara spontan bertindak.

"Secara teoritik dalam situasi yang berkerumun orang melakukan sesuatu apakah itu teriakan atau dia mengaduh, itu akan mudah terjadi resonansi atau tindakan spontan yang disebut collective behavior apakah itu positif, ataukah negatif," tuturnya.

Perusakan ini, diduga Soeprapto, berawal dari ada orang yang berteriak maling.

Masyarakat yang mendengar teriakan tersebut, mengira itu mobil curian atau orang yang lari tersebut adalah pencuri.

"Permasalahannya adalah kenapa kemudian sasarannya mobil dihancurkan, itu pasti ada informan yang memengaruhi untuk melakukan itu. Saya kira itu perlu diketahui siapa aktor di situ," tandasnya.


Soeprapto tidak menampik, aksi main hakim sendiri sering terjadi.

Terlepas benar pelaku pencurian atau hanya diteriaki pencuri, orang cenderung untuk bertindak anarkis atau main hakim sendiri.

Khususnya ketika mereka merasa kuat dalam kerumunan.

"Saya kira ini yang perlu diluruskan sehingga masyarakat ataupun para pelaku itu juga harus menyadari bahwa sesalah apa pun orang melakukan tindak kekerasan ataupun kriminal tidak boleh main hakim sendiri apalagi dengan merusak, itu juga tidak dibenarkan," tegasnya.

Menurut Soeprapto, jalanan mempunyai potensi yang lebih besar untuk terjadi collective behavior yang sifatnya negatif, seperti tindakan main hakim sendiri.

"Lokasi sangat memengaruhi, jadi di area parkir, jalanan di perempatan itu memiliki potensi yang lebih besar melakukan tindakan-tindakan anarkis dibandingkan dengan misalnya di dalam kampung, atau gang yang kecil. Intinya ketika merasa dirinya kuat, merasa dirinya tidak mudah dikontrol," ucapnya.

Soeprapto mengungkapkan, sebenarnya masyarakat sudah tahu tindakan main hakim sendiri tidak boleh dilakukan.

Edukasi secara intensif ke masyarakat agar tidak main hakim sendiri sangatlah penting.

Namun, dalam hal ini edukasi tidak cukup hanya dengan sosialisasi. Perlu ada upaya-upaya pemantuan untuk melihat masyarakat sudah meresapi antikekerasan.

"Itu sebenarnya bisa, tapi perlu dilakukan panjang, intensif terutama bagi mereka yang pekerjaannya berada di tempat-tempat yang ramai, yang berpotensi konflik," ungkapnya.

Musibah kecelakaan bisa terjadi kapan saja dan di mana saja.


Ketika itu sudah terjadi, menurut Soeprapto, pengemudi seharusnya tidak meninggalkan lokasi tapi menyelesaikan dan bertanggung jawab.

"Saya yakin kok misalnya sekasar-kasarnya tidak akan kok kemudian emosional kalau tidak disulut oleh itu tadi iktikad bertanggungjawabnya itu," ujarnya.

Diberitakan sebelumnya, video yang memperlihatkan mobil Mercedes Benz dirusak massa di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta viral di media sosial.

Peristiwa ini bermula dari cekcok antara pengendara Mercy dengan seorang tukang parkir.

Video perusakan mobil itu viral di media sosial Twitter pada Kamis (27/1/2022) petang.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/01/29/150606978/mobil-mercy-dirusak-massa-sosiolog-ugm-jelaskan-sebab-orang-bisa-beringas

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke