Salin Artikel

Alasan Pemerintah DIY Tetap Relokasi PKL Malioboro pada Januari sampai Februari

Sekretaris Daerah (Sekda) DIY Kadarmanta Baskara Aji menjelaskan, relokasi dilakukan pada akhir Januari hingga awal Februari ini bertujuan agar saat libur Lebaran, para wisatawan sudah mengetahui bahwa lokasi jualan PKL berpindah di tempat yang lebih layak.

"Saat menjelang Lebaran keinginan belanja tinggi, tentu akan mencari tempat jualan Malioboro di mana. Justru orang seluruh Indonesia tahunya jualan pindah di sebuah tempat tidak di jalan, tetapi tempat yang layak," kata Aji saat audiensi dengan Pansus PKL Malioboro di DPRD Provinsi DIY, Rabu (26/1/2022).

Lanjut Aji, pihaknya menjamin pemerintah tetap akan membantu pemasaran PKL Malioboro dengan cara memasang rambu-rambu penunjuk jalan bagi wisatawan yang hendak berbelanja.

"Bahkan nanti kita buka dari Jalan Mataram masuk ke lokasi ini, sehingga ada pertanyaan dari PKL kok dapat di belakang. Mereka berada di belakang kalau wisatawan masuk dari pintu barat tetapi menjadi berada di depan saat masuk dari pintu timur, nanti parkirnya berada di timur," jelas dia.

Tidak hanya memasang rambu penunjuk arah, pihaknya juga berencana mengundang musisi jalanan untuk bermain di tempat relokasi PKL Malioboro, dengan tujuan lokasi ini menjadi ramai pengunjung.

"Bu Siwi (Kapala Dinas Koperasi dan UMKM DIY) memikirkan mendatangkan pengamen untuk masuk supaya penonton lebih banyak kita support-lah," ujar dia.

Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi dan UMKM DIY Srie Nurkyatsiwi menyampaikan, jumlah total PKL Malioboro yang akan direlokasi sebanyak 1.838. Sebanyak 799 PKL direlokasi ke eks Gedung Bioskop Indra dan sisanya direlokasi ke eks Gedung Dinas Pariwisata.

"Dari total 1.838, di eks Gedung Bioskop Indra sebanyak 799 sisanya di eks Gedung Dinas Pariwisata," kata dia.

Proses relokasi sendiri dimulai pada tanggal 26 Januari 2022 diawali dengan Wilujengan (syukuran) dan pengundian setelah itu pada awal Februari dimulai PKL pindah.

"Tadi malam terakhir pendaftaran, lalu mulai diundi sampai dengan akhir Januari dan target selesai pertengahan Februari semakin cepat semakin bagus," kata dia.

Sebelumnya, kegiatan Wilujengan ini ditanggapi oleh PKL Malioboro, yakni ketua paguyuban angkringan Padma Yati Dimanto menyampaikan bahwa dirinya hanya bisa pasrah jika relokasi tetap dilakukan.

"Kita terpaksa pasrah, begitu hanya bisa masuk tempat relokasi kita masuk ke area Pelan Pelan Bisa Mati (PPKM)," katanya ditemui di Gedung DPRD Provinsi DIY, Rabu (26/1/2022).

Ia menyayangkan sikap pemerintah yang begitu cepat melakukan relokasi PKL Malioboro. Menurut dia, PKL Malioboro masih bisa dipercantik tanpa harus memindahkan PKL kedua lokasi tersebut.

"Tempatnya itu (relokasi) itu bagus, tetapi akses jalan hanya ada satu pintu. Tempat kita di kantong benar-benar masuk, kita sudah cek, kasihanlah sama rakyatnya," ujar dia.

Dirinya menyampaikan keinginan PKL Malioboro adalah penundaan sampai setelah hari raya Idul Fitri, penundaan itu nantinya dimanfaatkan untuk mencari bekal modal karena saat relokasi dirinya bersama PKL lain harus mencari pelanggan baru.

"Harapan PKL ini ya minta ditunda minimal sampai habis Lebaran. Kita itu habis terpuruk pandemi dua tahun sampai sekarang belum selesai. Ben oleh sangu sitik-sitik (dapat bekal sedikit) saat relokasi," kata dia.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/01/26/152039278/alasan-pemerintah-diy-tetap-relokasi-pkl-malioboro-pada-januari-sampai

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com