Salin Artikel

Usaha Kue Keranjang di Yogyakarta yang Kembali Menggeliat Jelang Imlek

Beberapa orang mulai memasak kue keranjang untuk persiapan perayaan Imlek.

Rumah berpagar biru itu penuh dengan nampan yang terbuat dari bambu, di atasnya kue keranjang yang didinginkan masih berada di dalam loyang kue berbentuk bulat dengan diameter kurang lebih 15 sentimeter.

Terdapat enam pekerja yang sibuk dalam produksi kue keranjang ini, tiga orang bertugas mengeluarkan kue dari loyang.

Sedangkan tiga orang lainnya bertugas mencuci loyang di depan teras yang tidak begitu besar.

Mereka mengejar waktu, mengingat proses memasak kue keranjang bisa memakan waktu 12 jam. 

Bahan baku utama berupa ketan dan gula pasir sudah disiapkan, setumpuk karung berisi gula pasir diletakkan di dapur belakang.

Dapur ini terasa panas enam kompor minyak digunakan memasak dalam waktu yang lama.

Kompor minyak dipertahankan karena demi kestabilan panas yang dibutuhkan.

Pasalnya, saat minyak sudah mulai habis para pekerja bisa bergegas mengisi kembali. Sedangkan jika menggunakan kompor gas saat mengganti tabung cenderung lebih repot.

Usaha pembuatan kue ini sudah dirintis kurang lebih 60 tahun silam, saat ini diteruskan oleh generasi kedua yakni Sulistyowati.

Resep pembuatan kue keranjang diwariskan dari orangtuanya sebagai perintis pertama usaha kue keranjang ini.

Pesanan dari dalam Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) membeludak bahkan pesanan juga sampai ke Lampung. 

Tahun ini, Sulistyowati mulai memproduksi kue keranjang pada 15 Januari 2022.

Dalam sehari, dia bersama karyawannya bisa memproduksi ratusan kue keranjang.

“Setiap harinya itu bisa habis 200 kilo ketan, kue keranjang kan bahan bakunya ketan,” kata Sulistyowati saat ditemui di rumah produksi Jalan Tegal Panggung, Kota Yogyakarta, Kamis (20/1/2022).

Dia baru akan berhenti produksi saat menjelang Imlek, pada 25 Januari 2022.

Alasannya hanya satu, Sulistyowati ingin beristirahat dan menghabiskan waktu menjelang Imlek dengan keluarga.

Usaha yang sudah berusia 60 tahun ini sempat berhenti produksi pada tahun lalu.

“Tahun kemarin nggak produksi, takut saya. Kan lagi ramai pandemi,” katanya.

Tahun ini dengan adanya harapan pandemi mulai melandai, Sulistyowati memberanikan diri kembali memproduksi kue keranjang.

“Sekarang kan sudah mulai ramai jadi berani, pesanan per harinya bisa ratusan kue keranjang. Di sini rata-rata pesanan orang, sempat kirim ke Lampung ke tempat adik saya,” kata dia.


Satu kotak kue keranjang seharga Rp 45.000. Setiap kotak berisi 4 hingga lima kue keranjang berbentuk bulat.

Kue keranjang ramai dicari karena selain untuk dinikmati juga digunakan untuk sembayang saat Imlek.

Dia berharap usaha yang sudah berjalan selama 60 tahun ini dapat diteruskan oleh anak-anaknya, tetapi tentu saja jika sang anak mau untuk meneruskan usahanya dengan senang hati.

“Kalau mau ya silakan, anak sekarang kan agak sulit,” katanya.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/01/21/083538578/usaha-kue-keranjang-di-yogyakarta-yang-kembali-menggeliat-jelang-imlek

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com