Salin Artikel

Tradisi Ruwatan Rambut Gimbal di Dieng, Berharap Nasib Sial Menjauh dan Berkah Menyertai

Prosesi potong rambut gimbal dilakukan satu tahun sekali terhadap anak-anak Dieng yang kebetulan berambut gimbal.

Sebagaimana umumnya upacara adat, ruwatan rambut gimbal dilakukan masyarakat dengan harapan akan adanya kebaikan yang menyertainya.

Asal-usul Ruwatan Rambut Gimbal

Rambut gimbal yang dipotong dalam prosesi adat tersebut merupakan rambut asli dan bukan buatan salon.

Rambut gimbal itu tumbuh hanya pada beberapa anak tertentu di dataran tinggi Dieng.

Konon, anak-anak berambut gimbal itu merupakan titisan dari seorang tokoh yang dipercaya sebagai pendiri daerah Dieng.

Ada yang menyebut tokoh itu bernama Kiai Kolodete, namun ada pula yang menyebutnya dengan nama Ki Demang Rewok.

Keberadaan rambut gimbal ini diyakini masyarakat akan menimbulkan masalah di kemudian hari.

Untuk itu, rambut gimbal pada anak-anak itu dipotong. Namun prosesi pemotongan harus dilakukan dalam upacara adat.

Tata Cara Ruwatan Rambut Gimbal

Selain harus dalam upcara adat atau ruwatan, potong rambut gimbal ini juga hanya bisa dilakukan jika sang anak sudah mengizinkan.

Biasanya, anak-anak yang akan diruwat akan diminta untuk meminta apapun, dan orang tuanya harus mengabulkan permintaan itu.

Nantinya, setelah rambut gimbal itu dipotong, masyarakat percaya akan mendatangkan rezeki dan kemakmuran.

Sebaliknya, jika syarat seperti harus dipotong dalam upacara adat, atau permintaan anak tidak dikabulkan, maka rambut gimbal yang sudah dipotong itu akan kembali lagi.

Sebelum prosesi ruwatan dimulai, masyarakat dipimpin oleh tokoh yang dituakan akan menggelar doa bersama di beberapa tempat.

Tempat-tempat doa itu antara lain di Candi Dwarawati, Candi Arjuna, Sendang Maerokoco, Candi Gatot Kaca, Telaga Balai Kambang.

Kemudian Candi Bima, Kawah Sikidang, hingga kompleks pertapaan Mandalasari dan pemakaman Dieng.

Setelah doa, pada malam hari akan digelar ritual jamasan pusaka, yaitu pencucian pusaka yang akan dibawa saat anak-anak rambut gimbal dikirab.

Pada keesokan harinya, anak-anak yang akan dipotong rambut gimbalnya akan dikirab dari rumah sesepuh adat menuju Sendang Maerokoco.

Selama kirab anak-anak itu akan didampingi oleh para sesepoh, tokoh masyarakat, hingga kelompok seni tradisional.

Ruwatan Menjadi Pertunjukan Budaya

Tradisi ruwatan rambut gimbal menarik perhatian masyarakat luas, terutama dari luar kawasan Dieng.

Saat ini, tradisi budaya itu sudah menjadi pertunjukan, yaitu dengan digelarnya ruwatan masal dan menjadi bagian dari Festival Budaya Dieng atau Dieng Culture Festival.

Selain itu, ruwatan rambut gimbal saat ini juga sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia dari Jawa Tengah oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Sumber:
Kompas.com
Jogjaprov.go.id
Jatengprov.go.id

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/01/20/222606378/tradisi-ruwatan-rambut-gimbal-di-dieng-berharap-nasib-sial-menjauh-dan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke