Salin Artikel

Antisipasi Puncak Sebaran Omicron pada Maret, Pemkot Yogyakarta Percepat Vaksin Booster

Untuk mengantisipasi kenaikan kasus dua bulan dari sekarang, Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta gencarkan vaksin booster kepada masyarakat.

"Makanya kita mempercepat vaksinasi ini baik yang anak-anak kemudian lansia dan kemudian pelayanan publik mereka yang punya mobilitas dan interaksi tinggi itu jagain dulu," kata Ketua Harian Satgas Covid-19 Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi, Rabu (19/1/2022).

Ia menambahkan strategi untuk percepatan vaksin masih seperti tahun lalu, waktu melakukan vaksinasi dosis pertama dan kedua untuk masyarakat Kota Gudeg.

"Percepat vaksinasi untuk lansia dan anak-anak, kemudian pelayan publik dan kita masih menekankan protokol kesehatan," ucapnya.

Disinggung soal kesiapan tempat isolasi terpadu (isoter), sekarang ini di Kota Yogyakarta tersedia satu shelter aktif yakni di Shelter Tegalrejo, Bener, Kota Yogyakarta. Sedangkan satu shelter di Gemawang untuk sementara dinonaktifkan.

"Tetap kita buka kosong. Cuma memang sekarang yang kita buka hanya Bener. Yang Gemawang mulai kita kemasi belum kita tutup tapi kita kemasi," kata dia.

Hingga saat ini sebanyak 7 sampel yang dites whole genome sequencing (wgs) di Kota Yogyakarta hasilnya masih belum keluar. Pemerintah Kota Yogyakarta juga belum mengirim sampel wgs kembali.

"Sampai sekarang belum ada hasilnya, semoga saja nggak," kata dia.

Namun Heroe meyakini bahwa sampel yang dites untuk wgs bukanlah varian Omicron. Karena, saat dilakukan skrining kepada kontak erat tidak ditemukan paparan Covid-19.

"Omicron salah satu cirinya adalah ada sebaran di lingkungan. Kita itu melakukan skrining kontak erat negatif," kata dia.

Heroe menambahkan saat melakukan skrining pada pembelajaran tatap muka (ptm) di sekolah juga tidak menemukan kasus baru.

"Skrining ptm kami tidak menemukan," katanya.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengaku telah menyampaikan kepada Presiden Joko Widodo mengenai prediksi puncak kasus Covid-19 varian Omicron di Indonesia.

Prediksi itu didasarkan pada keadaan penularan Omicron di beberapa negara, di mana kasus akan mencapai puncaknya pada 35-65 hari sejak awal lonjakan.

"Beberapa negara sudah mengalami puncak kasus omicron dan puncak tersebut dicapai secara cepat dan tinggi, waktunya berkisar 35-65 hari," kata Budi dalam keterangan pers yang disampaikan secara virtual, Minggu (16/1/2022).

Budi meminta seluruh pihak agar bersiap mengantisipasi lonjakan kasus ini. Namun, ia meminta agar masyarakat tak perlu merasa panik.

Pasalnya, dari situasi di beberapa negara, tingkat keparahan yang membuat seorang pasien Covid-19 varian Omicron masuk rumah sakit dan perlu dirawat intensif terbilang rendah.

"Sudah terlihat di negara-negara tersebut hospitalisasinya antara 30 persen sampai 40 persen (dibandingkan) dari hospitalisasi Delta. Jadi, walaupun kenaikan lebih cepat dan tinggi, jumlah kasus yang akan lebih banyak dan penularan lebih cepat, tapi hospitalisasi lebih rendah," ujar Budi

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/01/19/192502678/antisipasi-puncak-sebaran-omicron-pada-maret-pemkot-yogyakarta-percepat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke