NEWS
Salin Artikel

Menjawab Mitos Ombak Pantai Parangtritis yang Kerap Makan Korban secara Ilmiah

KOMPAS.com - Pantai Parangtritis yang menjadi tempat wisata populer di daerah selatan Yogyakarta sering dikaitkan dengan mitos-mitos, terutama karena kerap memakan korban.

Salah satu mitos yang paling terkenal adalah tentang sosok ratu penguasa laut selatan yang dalam mitos disebut terkait erat dengan raja-raja Mataram, Nyi Loro Kidul.

Menjawab mitos tersebut, ternyata ada penjelasan ilmiah tentang mengapa ombak Pantai Parangtritis kerap memakan korban.

Melansir laman Tribun Jogja (21/10/2016), Pakar Geomorfologi Pesisir UGM, Prof Sunarto pernah menyebut bahwa potensi bahaya terseret arus di pantai pesisir selatan DIY termasuk di Pantai Parangtritis sangat tinggi dan mematikan.

Bentuk Pantai Parangtritis yang berkeluk dan pantai‑pantai lain di pesisir Gunungkidul yang biasanya berbentuk teluk dengan berbatas batuan tinggi.

RIP Current ini biasanya muncul di tengah cekungan pantai yang curam dan lokasinya bisa berpindah pindah untuk pantai seperti Parangtritis.

"Ada yang menyebut palung, ada yang menyebut lebengan, ada yang menyebut sungai di dalam laut. Sebenarnya ini arus permukaan bukan arus dalam," jelas Sunarto saat itu.

Adanya ombak pemangsa ini juga selama ini kurang dipahami oleh wisatawan yang bermain di tepi pantai.

Menurut Sunarto wisatawan akan cenderung memilih area ini karena memiliki gelombang lebih kecil dan tenang.

Padahal di sana justru ada RIP Current yang merupakan pantulan dari dua kekuatan gelombang yang menghantam pantai yang mengalir dari tepi pantai yang kembali ke laut dengan kecepatan tinggi.

Melansir laman resmi Pusat Meteorologi Maritim BMKG, RIP Current yang juga dikenal dengan Boleran adalah arus kuat air laut yang bergerak menjauh dari pantai.

Kekuatan arus ini bahkan dapat menyeret perenang terkuat sekalipun jauh ke tengah laut.

RIP Current disebabkan adanya pertemuan ombak yang sejajar dengan garis pantai sehingga menyebabkan terjadinya arus balik dengan kecepatan arus yang tinggi.

Kecepatan arusnya ini bervariasi tergantung pada kondisi gelombang, pasang surut dan bentuk pantai.

RIP Current yang telah diukur kecepatannya dapat melebihi 2 meter per detik, sehingga sangat berbahaya bagi para wisatawan yang berenang di bibir pantai.

Menjadi sangat berbahaya, RIP Current ini kadang tidak terlihat atau diamati secara kasat mata.

Melansir dari Kompas.com (5/9/2020) Kepala Sub Bidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Siswanto juga sempat menjelaskan bahwa peristiwa wisatawan terseret arus di Pantai Parangtritis diduga disebabkan oleh RIP Current.

Saat itu empat orang wisatawan asal Madiun, Jawa Timur dilaporkan terseret arus saat mandi di pantai.

"(Peristiwa itu) karena RIP Current. Palung laut selatan Jawa itu jauh. Lebih dari 200 mil posisinya," ujar Siswanto kepada Kompas.com.

Siswanto juga menyebut kemunculan RIP Current ini tidak bisa ditebak, oleh karena itu disebut juga pembunuh yang sunyi.

Meski begitu, Sunarto membagikan cara mendeteksi lokasi RIP Current, yakni:

1. Melemparkan Benda ke Air

Melemparkan benda ke air bisa menjadi cara mendeteksi keberadaan RIP Current.

"Di atas air yang tenang bisa diletakkan sebuah benda yang mengapung, misalnya batok kelapa, ke atas ombak yang bergerak ke arah pantai," ungkapnya.

Jika benda itu terseret sampai menuju ke lepas pantai pada jalur air yang tenang, maka bisa dipastikan terjadi RIP Current.

2. Memperhatikan Permukaan Laut

Permukaan laut yang cenderung lebih tenang daripada sekitarnya memiliki potensi lebih besar sebagai lokasi adanya RIP Current.

"Perhatikan buih ombak yang datang, bila ada celah di antara buih-buih gelombang itu, maka kemungkinan di sekitar area itu sedang terjadi rip current atau arus pecah," kata Siswanto.

3. Memperhatikan Warna Air Laut

Warna air laut yang menjadi lokasi RIP Current akan cenderung lebih keruh karena arus yang kuat akan membawa serta material dari pantai.

Namun untuk itu pengamatan harus dilakukan dari tempat yang lebih tinggi.

Menurut Siswanto, RIP Current sering terjadi di ujung cekungan pantai sehingga wisatawan seharusnya perlu mewaspadai permukaan pantai yang lebih cekung daripada sekitarnya.

Sumber:
maritim.bmkg.go.id 
jogja.tribunnews.com 
kompas.com 

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/01/13/155539778/menjawab-mitos-ombak-pantai-parangtritis-yang-kerap-makan-korban-secara

Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Tingkat Inflasi Sulsel di Bawah Nasional, Pengamat Ekonomi: Bravo Pemprov Sulsel

Tingkat Inflasi Sulsel di Bawah Nasional, Pengamat Ekonomi: Bravo Pemprov Sulsel

Regional
Hadiri Milad Ke-111 Muhammadiyah, Gubernur Riau: Bersama Kita Hadapi Tantangan

Hadiri Milad Ke-111 Muhammadiyah, Gubernur Riau: Bersama Kita Hadapi Tantangan

Regional
Pemkot Tangsel Buka Lelang Barang Milik Daerah, Catat Tanggal dan Cara Daftarnya!

Pemkot Tangsel Buka Lelang Barang Milik Daerah, Catat Tanggal dan Cara Daftarnya!

Regional
Pelopor Smart City, Aplikasi Milik Pemkot Tangerang Telah Direplikasi 47 Daerah di Indonesia

Pelopor Smart City, Aplikasi Milik Pemkot Tangerang Telah Direplikasi 47 Daerah di Indonesia

Regional
Turunkan Stunting di Jembrana, Bupati Tamba Fokus Bantu 147 Keluarga Kurang Mampu

Turunkan Stunting di Jembrana, Bupati Tamba Fokus Bantu 147 Keluarga Kurang Mampu

Regional
Implementasi Program BAAS, Bupati Tamba Bagikan Bahan Makanan Sehat untuk Anak Stunting

Implementasi Program BAAS, Bupati Tamba Bagikan Bahan Makanan Sehat untuk Anak Stunting

Regional
Fokus Pembangunan Kalteng pada 2024, dari Infrastruktur, Pendidikan, hingga Perekonomian

Fokus Pembangunan Kalteng pada 2024, dari Infrastruktur, Pendidikan, hingga Perekonomian

Regional
Sekdaprov Kalteng Paparkan Berbagai Inovasi dan Strategi KIP Kalteng, dari Portal PPID hingga Satu Data

Sekdaprov Kalteng Paparkan Berbagai Inovasi dan Strategi KIP Kalteng, dari Portal PPID hingga Satu Data

Regional
Pabrik Biomassa Segera Berdiri di Blora, Target Produksi hingga 180.000 Ton Per Tahun

Pabrik Biomassa Segera Berdiri di Blora, Target Produksi hingga 180.000 Ton Per Tahun

Regional
Atasi Banjir di Kaligawe dan Muktiharjo Kidul, Mbak Ita Optimalkan Koordinasi Lintas Sektor

Atasi Banjir di Kaligawe dan Muktiharjo Kidul, Mbak Ita Optimalkan Koordinasi Lintas Sektor

Regional
Komitmen Jaga Kelestarian Satwa Burung, Mas Dhito: Kami Terbuka dengan Masukan dari Masyarakat

Komitmen Jaga Kelestarian Satwa Burung, Mas Dhito: Kami Terbuka dengan Masukan dari Masyarakat

Regional
Soal Pembebasan Lahan Tol Kediri-Kertosono, Pemkab Kediri: Tinggal 2 Persen

Soal Pembebasan Lahan Tol Kediri-Kertosono, Pemkab Kediri: Tinggal 2 Persen

Regional
Turunkan Angka Stunting di Sumut, Pj Gubernur Hassanudin Lakukan 2 Langkah Ini

Turunkan Angka Stunting di Sumut, Pj Gubernur Hassanudin Lakukan 2 Langkah Ini

Regional
Hadiri Pelantikan Ketua KONI Kalteng, Gubernur Sugianto Harap Prestasi PON Meningkat

Hadiri Pelantikan Ketua KONI Kalteng, Gubernur Sugianto Harap Prestasi PON Meningkat

Regional
Matangkan Pengadaan Lahan Tol Serpong-Balaraja, DPRKP Banten Gelar Konsultasi Publik

Matangkan Pengadaan Lahan Tol Serpong-Balaraja, DPRKP Banten Gelar Konsultasi Publik

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke