Salin Artikel

Penganiayaan di Danurejan Yogyakarta Berawal dari Saling Tatap

Pelaku penganiayaan S (18) mengatakan, insiden tersebut berawal dari saling tatap antar-kelompok saat berpapasan di Jalan Gajah Mada, Kecamatan Danurejan.

"Lihat-lihatan," ujar S singkat di Polsek Danurejan, Senin (3/1/2022).

Ia mengaku kegiatan keliling yang dilakukan dengan kelompoknya tidak sering dilakukan olehnya. "Nggak sering," kata dia.

Ditanya soal sajam yang dibawa oleh rombongannya, S mengaku bahwa sebenarnya ia bersama rombongan berencana ke suatu tempat untuk mencari seseorang pelaku yang memukuli adik tersangka utama.

"Bawa senjata rencana ke salah satu tempat adik tersangka utama habis dipukulin di Keparakan," ungkap dia.

Namun, dia mengaku tidak tahu sajam yang dibawa apakah digunakan untuk menyabet korban atau tidak karena dia hanya bertugas sebagai joki motor.

"Kurang tahu kalau itu. Saya sebagai joki," katanya.

Sementara itu Kanit Reskrim Iptu Suranta menyampaikan, dirinya tidak berani menduga-duga apakah pelaku utama menggunakan sajam saat melakukan penganiayaan. Karena dibutuhkan bukti berupa hasil visum ditambah lagi pelaku belum tertangkap.

"Belum berani, iya menunggu visum dan kedua harus tertangkap pelakukanya. Sudah lidik rumahnya nggak ada tempat nongkrongnya juga nggak ketemu," kata dia.

Sebelumnya, Polsek Danurejan berhasil menangkap satu orang pelaku penganiayaan berinisial S (18) di Kecamatan Danurejan, Kota Yogyakarta.

Kapolsek Danurejan Kompol Wiwik Hari Tulasmi bantah kasus penganiayaan yang terjadi di wilayah Kecamatan Danurejan pada malam pergantian tahun adalah klitih.

Menurut Wiwik kasus tersebut merupakan pengeroyokan yang diawali dengan cekcok antara kedua kelompok yang berpapasan di jalan.

"Saya sangat menyangkal karena tidak sama sekali ada kasus klitih ini murni kasus pengeroyokan ya terjadi cek cok. Di ilmu kepolisian tidak ada istilah klitih adanya kejahatan jalanan," katanya saat ditemui di Polsek Danurejan, Kota Yogyakarta, Senin (3/12/2022).

Wiwik menjelaskan kasus ini tidak masuk kasus klitih karena penganiayaan berawal dari cek cok antar kelompok. Kasus klitih terjadi ketika ada seorang membawa sajam langsung membacok.

"Ini sempat beradu mulut atau cekcok ya bahkan mengeluarkan kata-kata kotor. Sehingga oleh sekelompok pelaku dan kelompok korban cekcok berantem," kata dia.

Lebih lanjut dia menjelaskan kronologis berawal pada tanghal 1 Januari 2022 pukul 04.30 WIB, korban beserta rombongan dengan sepeda motor melintas di Jalan Gajah Mada. Lalu berpapasan denhan rombongan pelaku.

"Salah satu rombongan pelaku meneriaki kata kotor ba*****. Rombongan kotban berhenti dan melihat rombongan pelaku. Kemudian rombongan pelaku ada yang berteriak ngopo (kenapa), kemudian dijawab rombongan korban lha ngopo (kenapa). Terjadi cekcok mulut dan rombongan korban lari ke arah utara menuju ke hayam wuruk," jelas dia.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/01/03/150539278/penganiayaan-di-danurejan-yogyakarta-berawal-dari-saling-tatap

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com