Salin Artikel

5 Rumah Adat Jawa Tengah, Keunikan, Ciri Khas, dan Fungsi

KOMPAS.com - Rumah adat Jawa Tengah merupakan gaya bangunan yang masih sering digunakan hingga saat ini.

Nama rumah adat Jawa Tengah ini salah satunya adalah Joglo yang dari segi budaya memiliki filosofi yang mendalam. Walau begitu, ternyata Jawa Tengah masih memiliki beberapa bentuk rumah adat lainnya.

Meski mengalami banyak penyesuaian, gaya rumah adat Jawa Tengah masih kerap diadopsi dalam pembangunan tempat tinggal maupun bangunan lain.

Menarik untuk dipelajari, berikut adalah beberapa jenis rumah adat dari Jawa Tengah serta ciri khas dan keunikannya.

Nama rumah adat Joglo berasal dari tajug loro yang berarti dua gunung atau juglo.

Hal ini identik dengan bentuk atap rumah Joglo yang menyerupai kenampakkan dua gunung.

Rumah Joglo memiliki beberapa ruangan seperti pendhapa atau pendopo, pringgitan, dan omah dalem atau omah njero.

Bagian unik yang jadi ciri khas rumah adat Jawa Tengah ini adalah adanya 4 tiang di bagian tengah yang disebut soko guru.

Meski terlihat sederhana, rumah Joglo dulunya hanya dimiliki oleh kalangan priyayi atau bangsawan karena materialnya yang mahal dan waktu pembuatannya yang memakan waktu lama.

Tak hanya Joglo, rumah adat Limasan asal Jawa Tengah juga masih diminati hingga saat ini.

Keunikan bangunan ini diambil dari gaya atapnya yang memiliki bentuk limas.

Adapun bentuk tubuh bangunananya tetap menggunakan bentuk persegi seperti bangunan lainnya.

Sementara tiang penyangga rumah Limasan beragam tergantung pada besar-kecilnya bangunan.

Selain itu bentuk bangunan limasan juga sederhana sesuai dengan nilai-nilai kehidupan yang dianut orang Jawa.

Konsep rumah adat Tajug digunakan hanya pada bagunan-bangunan tertentu di Jawa Tengah.

Sebutan Tajug berasal dari kata Taj atau Taju yang dalam bahasa Arab berarti mahkota.

Bangunan rumah adat dari Jawa Tengah yang memiliki atap Tajug biasanya berbentuk persegi.

Bangunan Tajug biasanya digunakan sebagai tempat ibadah dan mengadakan kegiatan sakral.

Jenis rumah adat dari Jawa Tengah ini biasanya digunakan sebagai warung atau tempat berjualan.

Melihat fungsinya maka rumah Adat Cakrik atau Panggang Pe memiliki ukuran besar dengan tiang sebanyak enam buah.

Tiang bagian depan memiliki ukuran lebih pendek daripada ukuran tiang yang digunakan di bagian belakang.

Gaya arsitektur rumah Adat Cakrik atau Panggang Pe yang indah dan elegan masih kerap digunakan hingga saat ini.

Nama rumah adat Kampung berasal dari kata kapung atau katepung yang artinya dihubungkan.

Rumah ini digunakan sebagai rumah tinggal biasa dengan bentuk bangunan yang besar.

Hal ini karena atap rumahnya dilakukan dengan cara menghubungkan dua bidang atap dan yang menghilangkan komponen kayu lainnya dari bentuk sebelumnya.

Keunikan lainnya adalah keberadaan dua buah teras pada bagian depan dan belakang bangunannya.

Sementara karena ukurannya yang besar, tiang pada rumah adat Jawa Tengah ini memiliki jumlah kelipatan empat atau minimal delapan.

Sumber:

https://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Rumah%20Adat%20Nusantara-Laskar%20Bahasa%20v-Final_0.pdf

https://www.gramedia.com/literasi/rumah-adat-jawa-tengah/#5_Rumah_Adat_Limasan

https://budaya.jogjaprov.go.id/artikel/detail/Mengenal-Bangunan-Berarsitektur-Tradisional-Jawa-Jenis-Bangunan-Menurut-Bentuknya-Tajug-Joglo-Limasan-dan-Kampung

https://yogyakarta.kompas.com/read/2021/12/27/204430678/5-rumah-adat-jawa-tengah-keunikan-ciri-khas-dan-fungsi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke