Salin Artikel

Kisah WNA Belgia Jualan Ayam Panggang, Sulap Tempat Tak Terawat, Gunakan Resep Turun-temurun Belgia

Bermodalkan resep masakan turun-temurun dari nenek, Michael bersama Veronica akhirnya membuka warung ayam panggang.

Mereka pun menyulap gudang tak terawat menjadi sebuah warung yang dinamai "Chicken Shack".

Awalnya, tempat tersebut hanya tempat tak terawat yang kemudian dibersihkan dan direnovasi.

"Shack dipilih karena jika diartikan adalah gudang, jadi dulunya ini berantakan. Saya dengan istri membersihkan, mengecat, menanam tanaman. Kita lakukan berdua untuk irit ongkos," kata Michael di warungnya, Jumat (26/3/2021).

Lokasi Tirtodipuran dipilih karena berdekatan dengan Prawirotaman yang dikenal sebagai kampung warga negara asing.

Di sekitar lokasi pun banyak hotel sehingga diharapkan bisa menarik wisatawan.

Karena pandemi Covid-19, tak ada lagi yang bisa mereka kerjakan.

"Mau gimana lagi, satu tahun tidak ada kerja ini buat hidup. Sebenarnya istri saya sudah pengin buka usaha, nekat saja buka usaha ini," ucap Michael.

Baru empat bulan yang lalu mereka memulai berbisnis kuliner.

Menu di warung ini merupakan khas dari Belgia, seperti Vol-au-vent, Belgium Stew, Roasted Chicken, dan Belgium Meatballs in Tomatoes Sauce.

Menurut Michael, ayam panggang di warungnya halal.

"Di sini halal, karena pakai daging sapi. Kalau ada yang menggunakan bir sudah ada keterangannya," ucapnya.

Resepnya pun turun-temurun dari sang nenek hingga kini dipelajari Veronica.

"Kalau keluarga saya di Belgia ini ada tradisi, nenek saya ada buku resep makanan. Lalu diturunkan ke ibu saya, lalu saya turunkan lagi ke istri saya," katanya.

Jam operasional yang dibatasi membuat pedagang kelimpungan.

"Waktu PPKM pertama kali itu sangat terpukul, karena buka maksimal jam 19.00. Itu kan waktunya orang makan malam, kalau sekarang pukul 21.00 sudah mending," ungkap dia.

Selanjutnya, mereka ingin mengembangkan bisnis dengan membuka layanan pesan antar.

"Pengin investasi lagi beli motor lalu ada layanan antar, kalau pakai ojek online ongkosnya mahal," katanya.

Sementara itu, Veronica menilai cukup mudah menemukan bahan untuk masakan Belgia di Yogyakarta maupun toko online.

"Seperti daun laurier itu seperti daun salam, tapi lebih pekat rasanya. Kalau pakai daun laurier empat buah, kalau diganti daun salam bisa delapan buah," ucap dia.

Cara mengolahnya pun, Veronica tidak mengalami kesulitan.

Sumber: Kompas.com (Penulis : Kontributor Yogyakarta, Wisang Seto Pangaribowo | Editor : Khairina)

https://yogyakarta.kompas.com/read/2021/03/27/074802078/kisah-wna-belgia-jualan-ayam-panggang-sulap-tempat-tak-terawat-gunakan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke