YOGYAKARTA,KOMPAS.com- Warga Bantul, DI Yogyakarta berhasil merubah limbah plastik menjadi pakaian dan aksesoris yang menarik.
Pemasaran melalui digital membuat hasil karya Dikko Andrey Kurniawan (26) warga Padukuhan Wirosutan, Kalurahan Srigading, Kapanewon Sanden, bisa merambah sampai seluruh Indonesia.
Dikko menceritakan dirinya sudah tertarik untuk melestarikan lingkungan sejak SMA di mana waktu itu ikut aktif dalam penanaman pohon.
Baca juga: Kisah Eko, Sulap Limbah Plastik Jadi Lukisan Kolase Bernilai Seni
Setelah beberapa lama aktif dalam penanaman pohon dilanjutkan upaya memanfaatkan sampah yang dibuang masyarakat.
Diawali dengan mengubah tutup botol dan kantong yang terbuat dari plastik menjadi barang bernilai jual pada tahun 2019.
Awalnya Dikko mengubah tutup botol yang dileburkan menjadi pelindung gawai.
"Dari berbagai riset yang dilakukan akhirnya kita dapat merubah sampah plastik menjadi sebuah tenun dan kita inovasikan ke berbagai produk yang lekat dengan kehidupan sehari-hari," kata Dikko kepada wartawan di workshopnya, Wirosutan, Bantul, Selasa (25/10/2022).
Baca juga: Kreatif, IRT di Cianjur Sulap Limbah Plastik Jadi Bunga Hias Warna-warni
Akhirnya dia mampu menciptakan alat tenun bukan mesin (ATBM) yang diciptakan selama dua bulan pada 2020.
Dikko menjelaskan, untuk membuat tenun dari plastik diawali dengan mengumpulkan kantong plastik dari bank sampah di Wirosutan.
Setelah dipersihkan, sampah plastik dipotong memanjang sekitar satu sentimeter, menggunakan ATBM lalu dirangkai menjadi pengganti benang.
Setelah menjadi kain plastik, lalu dipadukan dengan bahan lainnya sehingga menjadi tas, topi, dompet, maupun aksesoris. Adapun untuk kain tenunan plastik satu meter persegi rata-rata dibutuhkan 30-35 plastik.
Untuk produknya dijual Rp 15.000 sampai Rp 100.000 per produk.
"Dalam sehari kita bisa hasilkan 5 sampai 8 lembar anyaman plastik," kata Dikko.
Lulusan S1 Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) akhirnya menamai produknya 'Sawokecik', diambil dari dua kata Sansekerta yaitu 'sarwo' dan 'becik'.
Untuk pemasaran Dikko mengaku mengandalkan secara online dan mengikuti berbagai pameran.
"Pemasaran baru di seluruh Indonesia," kata dia.
Dikko mengakui sulit itu mengajarkan dan memberi pemahaman kepada masyarakat bahwa sampah plastik yang selama ini dibuang ternyata bisa dimanfaatkan. Namun kini menjadi mudah ketika sudah mengetahui hasilnya.
Selain itu dia mengaku puas bisa melestarikan lingkungan tersalurkan dalam bentuk kegiatan ekonomi. Salah satunya mempekerjakan warga sekitarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.