YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Masa tanam yang tergantung pada cuaca membuat serapan pupuk bersubsidi di tingkat petani Gunungkidul, DI Yogyakarta belum maksimal. Hingga kini, baru 25 persen pupuk bersubsidi yang diserap petani dari kuota yang disediakan.
"Daerah lain dengan sistem irigasi yang ada, maka masa tanam tak berpengaruh dengan musim. Tapi, untuk Gunungkidul sangat bergantung karena mayoritas sawah yang ada merupakan tadah hujan," kata Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Gunungkidul, Rismiyadi saat di gudang pupuk Kapanewon Wonosari Kamis (1/9/2022).
Baca juga: Kasus Korupsi Pupuk Bersubsidi di Madiun, PPL Diduga Tak Verifikasi Lahan Petani
Dijelaskannya daerah lain seperti Sleman dan Bantul, sudah mengambil pupuk pada di triwulan pertama dan kedua. Namun petani Gunungkidul baru mulai di triwulan ketiga.
Misalnya untuk pupuk jenis urea mendapatkan alokasi sebanyak 17.139 ton. Namun baru tersalurkan 4.281,8 ton atau tersisa 12.857,1 ton.
Sementara untuk jenis phonska, kuota yang disediakan sebanyak 8.020 ton. Tapi baru terserap sekitar 2.994,3 ton atau masih tersimpan sebanyak 5.025 ton.
"Masih kecil penyerapannya, tapi bukan soal karena saya yakin akan terserap maksimal hingga akhir tahun," kata dia.
Bupati Gunungkidul Sunaryanta mengatakan, pupuk bersubsidi disalurkan untuk petani seperti wilayah Kapanewon Girisubo dan Rongkop.
"Seperti saat ini ada 88 ton pupuk bersubsidi yang disalurkan ke petani, dan ini akan terus berjalan," kata Sunaryanta.
Diakuinya, meski belum signifikan, tetapi terus terjadi peningkatan dari sebelumnya.
Selain pupuk bersubsidi, bantuan benih padi pun juga disiapkan. Untuk itu petani diharapkan bisa memaksimalkan bantuan dari pemerintah.
"Saya harapkan para petani segera melakukan penebusan sesuai kuotanya masing-masing," kata Sunaryanta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.