YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Episentrum gempa bumi DIY, dan Jawa Tengah 27 Mei 2006 diketahui berada di Padukuhan Potrobayan, Kalurahan Srihardono, Kapanewon Pundong, Bantul, Yogyakarta.
Warga saat itu mendengar suara dentuman dan sumur airnya menghilang.
Saat ini, berdiri monumen mengenang gempa bumi, didirikan sekitar 400 meter dari tempuran Sungai Opak dan Oya.
Di bawahnya ditengarai sebagai pusat gempa. Monumen dibangun tepat 10 tahun gempa bumi tahun 2016 lalu.
Sabtu pagi saat itu, warga Potrobayan, Fitri Yuniarti (36), sedang menyapu halaman rumah.
Baca juga: 16 Tahun Gempa Yogyakarta, Menumbuhkan Semangat Kebersamaan Menghadapi Potensi Bencana
Tiba-tiba tanah bergetar hebat. Debu beterbangan di hadapannya.
"Cepat itu dan langsung debu-debu semua di depan saya. Ternyata itu karena banyak bangunan roboh," kata Fitri, kepada wartawan, di Potrobayan, pada Jumat (26/5/2023).
Setelah beberapa saat kaget, dirinya langsung menengok neneknya yang berada di dalam rumah.
Saat itu, sang nenek tertimpa triplek, dan langsung dibawa ke RSUD dr Sardjito.
Setelah gempa, Fitri hidup di pengungsian selama sebulan. Saat itu, gempa masih sering terjadi.
Suara dentuman didengarnya dengan sangat jelas, dan Fitri menduga suara tersebut berasal dari tempuran Sungai Opak.
"Trauma ya masih, kadang kalau ada gempa lagi pasti saya takut. Tapi, semua itu berangsur-angsur bisa terkendali juga," kata dia.
Ketua RT 003 Pedukuhan Potrobayan, Kasiyoto mengatakan, saat gempa dirinya sedang di ladang menanam kacang.
Kasiyoto menggambarkan, gempa pada pukul 05.55 WIB saat itu guncangannya seperti saat menaiki perahu yang sedang menghadapi ombak.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.