Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Kue Apem Identik dengan Tradisi Ruwahan?

Kompas.com - 05/03/2023, 07:11 WIB
Puspasari Setyaningrum

Editor

KOMPAS.com - Masyarakat Jawa memiliki tradisi menyambut bulan Ramadhan dengan tradisi Ruwahan.

Ruwahan berasal dari kata Ruwah yaitu sebutan masyarakat Jawa untuk bulan Sya’ban dalam kalender Islam.

Baca juga: Filosofi Ketan Kolak Apem, Sajian Khas dalam Tradisi Ruwahan

Ada pula yang menyebut Ruwahan berhubungan dengan istilah dalam bahasa arab yaitu ruh atau arwah.

Istilah tersebut terkait dengan anggapan masyarakat Jawa yang memandang bulan Sya’ban sebagai waktu melakukan budaya dalam bentuk ritual khusus untuk mengingat kematian seperti ziarah kubur.

Baca juga: Tradisi Menyambut Ramadhan, dari Balimau di Riau hingga Ruwahan di Jawa

Namun ada juga masyarakat Jawa di beberapa daerah yang melaksanakan tradisi Ruwahan dengan membuat kue apem.

Baca juga: Sejarah Tradisi Yaqowiyu, Festival Penyebaran Kue Apem di Klaten

Apem dalam Tradisi Jawa

Apem adalah jajan atau kue tradisional berbahan dasar tepung beras, santan, tape singkong, gula pasir, gula jawa dan garam.

Apabila dimasak secara tradisional, adonan kue apem tersebut akan dimasak di atas wajan dengan tungku berupa anglo berbahan bakar kayu bakar hingga matang.

Kue apem merupakan makanan sederhana yang sudah ada sejak zaman dahulu dan melekat kepada budaya masyarakat Jawa, termasuk dalam pelaksanaan beberapa ritual termasuk Ruwahan.

Hal ini karena kue apem pada zaman dahulu kerap digunakan sebagai sesaji yang memiliki nilai pengharapan, kebersamaan, dan kesederhanaan.

Sementara dalam tradisi Ruwahan, keberadaan kue apem konon dipengaruhi dari asal penamaannya.

Dilansir dari Kompas.com, nama kue apem merujuk pada kata ‘afuan, afwan, affan, atau afuwwun’ yang dalam bahasa Arab yang berarti maaf atau pengampunan.

“Dalam konteks ini, apem dipandang sebagai simbol permohonan ampun atas berbagai kesalahan. Orang Jawa menyederhanakan kata Arab ini dengan ‘apem’,” kata Travelling Chef Wira Hardiansyah ketika dihubungi Kompas.com, Rabu (19/8/2020).

Kue apem juga dijadikan representasi dari hubungan manusia dengan Tuhannya.

“Tujuan penggunaanya adalah agar masyarakat terdorong untuk selalu memohon ampun kepada Sang Pencipta,” lanjutnya.

Adapun kue apem diyakini merupakan variasi dari kue Khamir di Arab yang biasa disantap untuk sarapan dan kudapan di sore hari.

Sementara dilansir dari laman Kemendikbud, kue apem disebut juga berasal dari India yang bernama Appam.

Ada pula yang menyebut bahwa masuknya kue apem ke budaya Jawa dibawa oleh Ki Ageng Gribik yakni keturunan Prabu Brawijaya dan salah satu murid Sunan Kalijaga yang baru pulang dari ibadah haji.

Ruwahan dengan membuat sajian ketan kolak apem, tradisi menyambut ramadhan di Jawa Shutterstock/Satab Gnana Ruwahan dengan membuat sajian ketan kolak apem, tradisi menyambut ramadhan di Jawa

Apem yang Identik dengan Tradisi Ruwahan

Kegiatan pembuatan apem sebagai tradisi Ruwahan ada yang disebut sebagai Apeman atau tradisi Ngapem Massal yang menyajikan Ketan Kolak Apem.

Kue apem memiliki filosofi sebagai harapan agar manusia selalu bisa memberi maaf atau memaafkan kesalahan orang lain, yang juga dimaknai sebagai pertobatan manusia yang memohon ampun.

Jika ditarik kesimpulan, makna Apem dalam tradisi Ruwahan ini memiliki makna bahwa manusia harus selalu ingat dan memohon ampun atas segala dosa dan kesalahan kepada Sang Pencipta, yaitu Tuhan Yang Maha Esa.

Meski begitu, mengingat nilai filosofis dan historisnya yang penuh makna memang kue apem tak hanya melekat pada tradisi ruwahan saja, namun digunakan dalam perayaan dan tradisi lain dalam budaya Jawa.

Sumber:
radioedukasi.kemdikbud.go.id  
desapucung.gunungkidulkab.go.id  
kadipatenkel.jogjakota.go.id  
kompas.com  (Penulis : Syifa Nuri Khairunnisa, Editor : Yuharrani Aisyah)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Singgih Raharjo Terancam Gagal Penjaringan Bakal Calon Wali Kota Yogyakarta Melalui Golkar

Singgih Raharjo Terancam Gagal Penjaringan Bakal Calon Wali Kota Yogyakarta Melalui Golkar

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Selasa 23 April 2024, dan Besok : Siang Hujan Sedang

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Selasa 23 April 2024, dan Besok : Siang Hujan Sedang

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Selasa 23 April 2024, dan Besok : Siang Hujan Sedang

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Selasa 23 April 2024, dan Besok : Siang Hujan Sedang

Yogyakarta
Pelaku UMKM Wajib Urus Sertifikasi Halal Sebelum 18 Oktober, Sanksi Tunggu Regulasi

Pelaku UMKM Wajib Urus Sertifikasi Halal Sebelum 18 Oktober, Sanksi Tunggu Regulasi

Yogyakarta
Kecelakaan Bus Wisatawan di Bantul, Uji KIR Mati Sejak 2020

Kecelakaan Bus Wisatawan di Bantul, Uji KIR Mati Sejak 2020

Yogyakarta
Nyamuk Wolbachia di Kota Yogyakarta Diklaim Turunkan Kasus DBD 77 Persen

Nyamuk Wolbachia di Kota Yogyakarta Diklaim Turunkan Kasus DBD 77 Persen

Yogyakarta
Gempa Pacitan Dirasakan Warga Gunungkidul dan Bantul

Gempa Pacitan Dirasakan Warga Gunungkidul dan Bantul

Yogyakarta
9 Kasus Flu Singapura Ditemukan di Kota Yogyakarta, Ini Imbauan Dinkes

9 Kasus Flu Singapura Ditemukan di Kota Yogyakarta, Ini Imbauan Dinkes

Yogyakarta
Nekat Lewati Jalur Jip Lava Tour Merapi, Mobil Wisatawan Terjebak Satu Jam di Kali Kuning

Nekat Lewati Jalur Jip Lava Tour Merapi, Mobil Wisatawan Terjebak Satu Jam di Kali Kuning

Yogyakarta
Pilkada Yogyakarta, Pj Wali Kota Singgih Raharjo Ambil Formulir Penjaringan Bakal Calon Partai Golkar

Pilkada Yogyakarta, Pj Wali Kota Singgih Raharjo Ambil Formulir Penjaringan Bakal Calon Partai Golkar

Yogyakarta
DPD Golkar Gunungkidul Buka Pendaftaran Pilkada 2024, Siapa Saja yang Sudah Mendaftar?

DPD Golkar Gunungkidul Buka Pendaftaran Pilkada 2024, Siapa Saja yang Sudah Mendaftar?

Yogyakarta
Cerita Warga Sleman Yogyakarta soal Penyebaran Nyamuk Wolbachia, Kasus DBD Turun dan Tidak Merasakan Dampak Negatif

Cerita Warga Sleman Yogyakarta soal Penyebaran Nyamuk Wolbachia, Kasus DBD Turun dan Tidak Merasakan Dampak Negatif

Yogyakarta
Perempuan Asal Kuningan Ditemukan Tewas Mengenaskan di Tepi Rel Kulon Progo

Perempuan Asal Kuningan Ditemukan Tewas Mengenaskan di Tepi Rel Kulon Progo

Yogyakarta
Nyamuk Wolbachia Disebar di Bantul Tahun 2022, Kasus DBD Menurun

Nyamuk Wolbachia Disebar di Bantul Tahun 2022, Kasus DBD Menurun

Yogyakarta
Bertemu Petahana Bupati, PAN dan PKS Jajaki Usung Sunaryanta dalam Pilkada Gunungkidul 2024

Bertemu Petahana Bupati, PAN dan PKS Jajaki Usung Sunaryanta dalam Pilkada Gunungkidul 2024

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com