Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta

Kompas.com - 01/03/2023, 20:40 WIB
Puspasari Setyaningrum

Editor

KOMPAS.com - Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949 atau Monumen Serangan Oemoem adalah sebuah bangunan cagar budaya yang juga menjadi ikon dari kawasan nol kilometer Yogyakarta.

Letak Monumen Serangan Umum 1 Maret berada di jalan Panembahan Senopati tepatnya di sekitar area Benteng Vredeburg, atau di seberang bangunan Kantor Pos Besar Yogyakarta.

Baca juga: Sejarah Singkat Serangan Umum 1 Maret 1949 dan Hari Penegakan Kedaulatan Negara

Monumen ini dibangun untuk memperingati peristiwa serangan tentara Indonesia terhadap Belanda yang terjadi di Yogyakarta pada 1 Maret 1949.

Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta dimulai tepat pukul 06.00 WIB ketika sirine dibunyikan sebagai tanda serangan dimulai.

Baca juga: Ketika Nama Soeharto Tak Masuk Keppres Jokowi Soal Serangan Umum 1 Maret 1949

Serangan dilakukan serentak di seluruh wilayah Yogyakarta dan sekitarnya dengan sasaran utama yaitu Benteng Vredeburg, kantor pos, istana kepresidenan, Hotel Tugu, stasiun kereta api, dan Kotabaru.

Pemimpin Serangan Umum 1 Maret 1949 terbagi di beberapa sektor yaitu sektor kota yang dipimpin Letnan Amir Murtono dan Letnan Masduki, sektor barat sampai ke batas Malioboro yang dipimpin Letkol Soeharto, sektor timur yang dipimpin Ventje Sumual, sektor selatan yang dipimpin Mayor Sardjono, dan sektor utara yang dipimpin Mayor Kusno.

Baca juga: Tokoh-tokoh Serangan Umum 1 Maret 1949

Pada peristiwa tersebut, tentara dan rakyat Indonesia bersatu dan bergerilya sehingga berhasil menguasai Yogyakarta selama 6 jam.

Walau begitu, peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 sangat berdampak dalam perjuangan mempertahankan kedaulatan Indonesia di mata dunia Internasional.

Hal inilah yang kemudian menjadi latar belakang dibangunnya monumen di tempat di mana peristiwa tersebut pernah terjadi.

Dilansir dari Kompas.com (01/03/2020), pembangunan Monumen Serangan Umum 1 Maret dilakukan atas prakarsa Pangdam VII/Diponegoro Mayjen Widodo dan diresmikan tepat tanggal 1 Maret 1973 oleh Presiden Soeharto.

Bangunan utama monumen ini terdiri dari tembok beton putih dan lima patung perunggu yang dipahat oleh seorang seniman bernama Saptoto.

Kelima patung tersebut terdiri dari tiga sosok tentara yang membawa senapan, dengan satu patung di depan terlihat mengacungkan bendera merah putih.

Sementara dua patung di sisi kanan dan kiri melambangkan sosok rakyat sipil laki-laki dan perempuan yang turut bersatu membantu dalam perjuangan melawan penjajah kala itu.

Di sekitar monumen kemudian dibangun tembok dari batu andesit dengan relief yang bercerita tentang sejarah peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 yang terjadi di Yogyakarta.

Ada juga sebuah gunungan yang dipasang pada bagian belakang, di atas tulisan Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dorong Hak Angket Usai Putusan MK, Pakar Hukum UGM: Yang Merusak Demokrasi Harus Bertanggungjawab

Dorong Hak Angket Usai Putusan MK, Pakar Hukum UGM: Yang Merusak Demokrasi Harus Bertanggungjawab

Yogyakarta
Ketum PP Muhammadiyah Menghargai Sikap Kenegarawanan Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud soal Putusan MK

Ketum PP Muhammadiyah Menghargai Sikap Kenegarawanan Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud soal Putusan MK

Yogyakarta
Singgih Raharjo Terancam Gagal Penjaringan Bakal Calon Wali Kota Yogyakarta Melalui Golkar

Singgih Raharjo Terancam Gagal Penjaringan Bakal Calon Wali Kota Yogyakarta Melalui Golkar

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Selasa 23 April 2024, dan Besok : Siang Hujan Sedang

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Selasa 23 April 2024, dan Besok : Siang Hujan Sedang

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Selasa 23 April 2024, dan Besok : Siang Hujan Sedang

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Selasa 23 April 2024, dan Besok : Siang Hujan Sedang

Yogyakarta
Pelaku UMKM Wajib Urus Sertifikasi Halal Sebelum 18 Oktober, Sanksi Tunggu Regulasi

Pelaku UMKM Wajib Urus Sertifikasi Halal Sebelum 18 Oktober, Sanksi Tunggu Regulasi

Yogyakarta
Kecelakaan Bus Wisatawan di Bantul, Uji KIR Mati Sejak 2020

Kecelakaan Bus Wisatawan di Bantul, Uji KIR Mati Sejak 2020

Yogyakarta
Nyamuk Wolbachia di Kota Yogyakarta Diklaim Turunkan Kasus DBD 77 Persen

Nyamuk Wolbachia di Kota Yogyakarta Diklaim Turunkan Kasus DBD 77 Persen

Yogyakarta
Gempa Pacitan Dirasakan Warga Gunungkidul dan Bantul

Gempa Pacitan Dirasakan Warga Gunungkidul dan Bantul

Yogyakarta
9 Kasus Flu Singapura Ditemukan di Kota Yogyakarta, Ini Imbauan Dinkes

9 Kasus Flu Singapura Ditemukan di Kota Yogyakarta, Ini Imbauan Dinkes

Yogyakarta
Nekat Lewati Jalur Jip Lava Tour Merapi, Mobil Wisatawan Terjebak Satu Jam di Kali Kuning

Nekat Lewati Jalur Jip Lava Tour Merapi, Mobil Wisatawan Terjebak Satu Jam di Kali Kuning

Yogyakarta
Pilkada Yogyakarta, Pj Wali Kota Singgih Raharjo Ambil Formulir Penjaringan Bakal Calon Partai Golkar

Pilkada Yogyakarta, Pj Wali Kota Singgih Raharjo Ambil Formulir Penjaringan Bakal Calon Partai Golkar

Yogyakarta
DPD Golkar Gunungkidul Buka Pendaftaran Pilkada 2024, Siapa Saja yang Sudah Mendaftar?

DPD Golkar Gunungkidul Buka Pendaftaran Pilkada 2024, Siapa Saja yang Sudah Mendaftar?

Yogyakarta
Cerita Warga Sleman Yogyakarta soal Penyebaran Nyamuk Wolbachia, Kasus DBD Turun dan Tidak Merasakan Dampak Negatif

Cerita Warga Sleman Yogyakarta soal Penyebaran Nyamuk Wolbachia, Kasus DBD Turun dan Tidak Merasakan Dampak Negatif

Yogyakarta
Perempuan Asal Kuningan Ditemukan Tewas Mengenaskan di Tepi Rel Kulon Progo

Perempuan Asal Kuningan Ditemukan Tewas Mengenaskan di Tepi Rel Kulon Progo

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com