Kursi itu sandarannya cukup tinggi, namun sisa kursi yang sama tidak ada lagi.
Tidak ada perawatan khusus untuk merawat Joglo, Limasan, dan Kampung ukurannya termasuk luas. Di bagian belakang, ada bak penampungan dari batu bata putih.
Suwardi mengaku tidak tergiur dengan uang untuk mengganti rumahnya untuk dibeli. Selain itu, pernah ada turis bersepeda dan kebetulan melewati rumahnya.
"Banyak yang menawar tapi tidak. Pernah ada turis Jepang dan Amerika pas kebetulan lewat dan mampir. Tanya rumah ini dijual atau tidak. Saya langsung jawab tidak," kata Suwardi.
Suwardi mengatakan, rumah ini merupakan warisan yang akan terus dijaga. "Sampai kapanpun tetap harus dijaga," kata dia.
Dia mengatakan, masih memiliki ikatan saudara dengan Kolonel Infanteri (Anumerta) Sugiyono Mangunwiyoto, yakni pamannya.
"Kolonel Sugiyono, itu om saya, tepatnya adik dari almarhum bapak saya," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.