Dalam upacara Garebeg, Bregada Surakarsa bertugas mengawal gunungan yang dibawa ke Masjid Gedhe.
Pada saat berjalan, Prajurit Surakarsa akan diiringi dengan Gendhing Plangkenan.
Bregada Wirabraja secara filosofis merupakan prajurit yang sangat berani dan tajam panca inderanya.
Klebet Bregada Wirabraja adalah Gula-klapa yang berbentuk empat persegi panjang dengan warna dasar putih yang pada setiap sudut dihias dengan chentung berwarna merah seperti ujung cabai merah (Kuku Bima) dan di tengahnya terdapat segi empat berwarna merah dan segi delapan berwarna putih pada bagian dalamnya.
Gula-klapa bermakna sebagai pasukan yang berani membela kesucian dan kebenaran.
Senjata Prajurit Wirabraja adalah tombak (waos) dan senapan. Adapun tombak pusaka Bregada Wirabraja bernama Kanjeng Kiai Slamet dan Kanjeng Kiai Santri dengan bentuk ujung (dapur) yang dinamakan Manggaran/ Catursara/ Crengkeng.
Prajurit Wirabraja akan diiringi dengan Gendhing Dhayungan saat berjalan cepat (mars), dan Gendhing Reta Dhedhali saat berjalan lambat (lampah macak).
Bregada Dhaeng awalnya prajurit yang berasal dari Makassar. Namun kini tidak ada lagi orang Makassar dalam bregada ini.
Klebet Bregada Dhaeng adalah Bahningsari yang berbentuk empat persegi panjang dengan warna dasar putih yang di tengahnya terdapat bintang segi delapan berwarna merah.
Bahningsari bermakna sebagai pasukan yang tidak pernah menyerah karena keberaniannya, sama seperti semangat inti api yang tidak pernah kunjung padam.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.