YOGYAKARTA,KOMPAS.com- Beberapa petani tampak duduk di bawah pohon jati pinggir sawah menahan terik matahari di Padukuhan Jatisari, Kalurahan Playen, Gunungkidul, DI Yogyakarta.
Mereka melihat hamparan tumbuhan padi yang berumur dua bulan, yang tanahnya sudah retak karena kurang air.
Tidak jauh dari petani duduk, ada saluran irigasi yang baru saja dibangun, namun masih kering karena di wilayah Gunungkidul sudah tidak hujan sejak sepekan terakhir.
Baca juga: Harapan Jokowi Usai Resmikan Bendungan Semantok: Semoga Bermanfaat bagi Para Petani
Salah seorang petani, Sugiyono berjalan di sela tumbuhan padi sambil mencabut batang padi yang sudah mengering.
Memang tidak semua wilayah itu mengering, karena sebagian sudah dialiri dari sumur bor Jatisari.
“Seminggu sudah tidak hujan, mau mengairi sawah sulit mendapatkan rekomendasi membeli solar,” kata Sugiyono ditemui di Playen Rabu (21/12/2022).
Baca juga: Sulit Dapat Pupuk Bersubsidi, Petani di Pulau Semau NTT Terancam Gagal Panen
Sugiyono memiliki enam petak lahan yang saat ini membutuhkan air bersih. Namun karena rekomendasi dari Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Gunungkidul untuk pembelian solar bersubsidi belum turun, sumur bor belum bisa beroperasi maksimal.
“Apa saya harus meminta surat ke Pak Jokowi ya, katanya petani itu salah satu soko guru perekonomian kok begini nasibnya,” kata dia.
“Kalau begini terus mungkin tahun ini tidak bisa panen, bisa mati semua tanaman padi saya,” kata Sugiyono.
Ketua Paguyuban Petani Pengguna Air (P3A) Jatisari, Wasiman mengatakan, sumur bor di wilayahnya tidak berfungsi optimal lantaran terkendala solar.
Mereka mengaku kesulitan mengakses BBM bersubsidi, sejak kuota pembelian sudah habis November 2022 kemarin.
Setiap bulan kelompoknya mendapatkan jatah 400 liter solar bersubsidi yang bisa ditebus di salah satu SPBU.
Namun hingga kini rekomendasi belum turun, sehingga kesulitan untuk membeli solar bersubsidi menggunakan jeriken dengan harga Rp 6.800 per liternya.
Adapun untuk operasional, setiap jamnya membutuhkan 6 liter solar dan setiap hari sekitar 10 jam operasional sumur bor.
“Karena rekomendasi belum turun, terpaksa membeli dari warga yang memiliki kendaraan diesel. Kita beli solarnya. Daripada petani kekeringan, pokoknya yang penting ada,” kata dia.