KULON PROGO, KOMPAS.com – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta akan menerbitkan surat edaran bagi panewu (camat) hingga lurah (kepala desa) agar menggiatkan normalisasi drainase. Hal ini untuk mengantisipasi potensi banjir di tengah meningkatnya curah hujan.
Terutama bagi desa yang kerap terkena banjir, perlu dilaksanakan pembersihan drainase.
“Secepatnya bergerak karena puncak curah hujan di akhir Desember dan awal Februari,” kata Kepala Pelaksana Harian BPBD Kulon Progo, Joko Satyo Agus Nahrowi di kantornya, Selasa (6/12/2022).
Baca juga: 9 Wilayah di Jakarta Utara Berpotensi Alami Banjir Rob 6-13 Desember 2022
Salah satu langganan banjir terjadi di jalan nasional di bawah jembatan rel kereta api Bandara Yogyakarta International Airport (YIA) pada Kalurahan Kalidengen, Kapanewon Temon.
Banjir berasal dari luapan sungai karena tidak muat masuk ke gorong-gorong di bawah jalan nasional “Lubang gorong-gorong terlalu kecil rawan tersumbat, baik itu batang pisang, pohon dan sampah,” kata Joko.
Pada tempat lain, banjir juga sempat muncul di beberapa wilayah akibat luapan sungai, seperti di wilayah Kalurahan Hargomulyo Kokap karena luapan Sungai Kanjangan, sungai Papah di Sentolo, kali Sen hingga Haisero di Kapanewon Panjatan dan sungai kecil lainnya.
“Sungai Kanjangan genangannya agak besar sampai orang tidak bisa lewat,” kata Joko.
Pemerintah telah meninjau beberapa lokasi bencana, seperti lokasi longsor hingga banjir sebelumnya. Bersih-bersih drainase jadi salah satu langkah mengantisipasi bencana serta kerugian yang timbul karenanya.
Banjir juga sempat merendam RT 8 di Kalimenur pada 5-6 Desember 2022. Hujan deras membuat debit Sungai Papah di pinggir dusun, meningkat.
Baca juga: Sudah 5 Hari Banjir Luapan Sungai Cikapundung Belum Surut, Warga Sebut Belum Ada Penanganan
Dukuh Kalimenur, Eko Yulianto mengungkapkan, pihaknya sudah mengingatkan kemungkinan banjir sejak setelah Senin sore. Pasalnya, curah hujan sangat tinggi, ketinggian air terus meningkat.
Warga melaporkan banjir mulai menggenangi pekarangan di RT 8 sejak 19.30 WIB, Senin kemarin. Benar saja, air naik cepat dan merendam RT 8. Air merendam 25 rumah yang dihuni 28 kepala keluarga.
Air mulai menggenang jalan nasional di Sukoreno pukul 21.30 WIB. “Hanya delapan rumah yang tidak kena banjir,” kata Eko.
RT 8 dihuni mayoritas petani dan pedagang, tapi ada juga pegawai negeri. Warga merugi akibat banyak hasil panen terendam banjir.
Baca juga: Sebagian Wilayah Aceh Timur Kembali Tergenang Banjir
Salah satunya genangan banjir Kalimenur merusak beras, gabah dan jagung di sebuah penggilingan di RT 8 milik Sawijan (61). Air masuk penggilingan pukul 19.00 WIB hingga ketinggian air 60 Cm.
Beras, gabah dan jagung yang berada di tumpukan terbawah terendam dan basah semalaman. Kemungkinan besar rusak dan tidak lagi bisa dipakai.
Ia mengungkapkan, air merendam gabah pada 10-15 karung, beras 3-4 karung, jagung 20 karung. Kerugian puluhan juta Rupiah. “Belum kami hitung kerugiannya,” kata Sawijan.
Ia mengungkapkan, banjir pernah terjadi empat tahun lalu. Saat itu kerugian mencapai Rp 200 juta. “Kali ini kembali terjadi setelah empat tahun,” katanya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.