Bentuk andong mengadopsi kereta-kereta kuda para bangsawan atau keluarga keraton Yogyakarta.
Secara garis besar, bagian-bagian andong adalah cagak, payonan, senderan, buntutan, kenekan (boncengan belakang), bangkon (tempat duduk), per, roda (belakang), pancatan, slebor, roda (depan), onderstel, dan lampu.
Baca juga: Andong dan Becak, Sebuah Refleksi Sistem Transportasi di Yogyakarta
Bentuk andong Yogyakarta mengalami evolusi. Pada sekitar 1940-an, bangkon atau tempat duduk hanya terdiri dari dua baris, yaitu baris pengemudi dengan satu penumpang di sebelahnya.
Kemudian, baris kedua untuk dua penumpang menghadap ke depan.
Pada sekitar 1950-1960-an dengan adanya pengaruh gaya andong Klaten-Solo, ada penambahan satu baris dibelakang kemudi yang menghadap belakang.
Sehingga, penumpang di belakang pengemudi akan saling berhadapan.
Ada beberapa sarana transportasi yang ditarik oleh kuda, salah satunya dokar.
Alat transportasi ini banyak terdapat di Jawa Tengah, sebelum kendaraan bermesin menguasai sarana transportasi.
Perbedaan andong dan dokar adalah andong memiliki roda empat dengan bentuk roda berdiameter kecil di bagian depan, sedangkan dua roda berdiameter besar di bagian belakang.
Umumnya, andong ditarik oleh dua kuda, sedangkan alat traspotasi lainnya ditarik dengan satu kuda.
Andong bisa digunakan untuk mengangkut hingga delapan orang, sedangkan alat trasportasi berbasis kuda lainnya, termasuk dokar, hanya bisa digunakan untuk mengangkut sebanyak empat hingga lima orang.
Dokar memiliki roda dua dengan diameter besar dan ditarik oleh seekor kuda.
Sumber:
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.