YOGYAKARTA,KOMPAS.com- Ada ratusan nama padukuhan di Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta, yang menggunakan nama pohon untuk penanda kewilayahan.
Misalnya pring atau bambu, jati, klepu, dan nama-nama pohon lainnya jamak digunakan masyarakat untuk menandai wilayahnya, dan upaya pelestarian lingkungan.
"Total dari 1.431 padukuhan, ada 543 padukuhan atau 38,2 persen nama padukuhan menggunakan nama pepohonan," kata salah satu pendiri dan juga anggota Komunitas Resan Gunungkidul Edi Padmo saat dihubungi wartawan Selasa (1/11/2022).
Dikatakannya, hal itu diketahui dari pendataan asal usul kewilayahan di Gunungkidul bersama komunitas yang selama ini sudah menanam ribuan pohon ini.
Adapun nama pepohonan sebanyak 50 padukuhan di Kapanewon Rongkop, 47 padukuhan di Kapanewon Semin, 44 padukuhan di Kapanewon Tepus, dan 39 padukuhan di Kapanewon Girisubo.
Sementara untuk 14 kapanewon lainnya bervariasi mulai dari 10 hingga 37 padukuhan.
Padukuhan dengan nama pohon paling banyak banyak pring atau bambu sebanyak 30 padukuhan.
Selanjutnya ada asem sebanyak 23 padukuhan, elo ada 15 padukuhan, jati sebanyak 14 padukuhan, klepu ada 13 padukuhan, mojo ada 12 padukuhan dan ploso sebanyak 11 padukuhan.
Misalnya Jatisari, Klepu dan nama lainnya.
"Untuk nama pohon paling banyak Pring atau bambu," kata dia.
Baca juga: Setelah Sepekan Kosong, Dinkes Gunungkidul Mulai Kedatangan Vaksin Covid-19
Ke depan, lanjut Edi pihaknya akan melakukan pendataan nama kalurahan dan wilayah.
Namun, yang masih menjadi pekerjaan rumah dirinya dan Komunitas Resan tentang pendataan sumber mata air.
"Untuk sumber mata air itu yang cukup sulit, semoga kami bisa menyelesaikan pendataannya sehingga bisa dilestarikan," ucap dia.
Anggota Komunitas Resan, Alif menambahkan pendataan ini upaya mengingatkan masyarakat untuk kelesatrian lingkungan.
Sebab, penamaan wilayah menggunakan nama pohon ini salah satu bukti leluhur menghormati aspek lingkungan.
Dikatakannya, penamaan wilayah ada tiga unsur penting. Selain ada sebuah peristiwa, juga menganut pada nama pohon atau hewan.
"Yang kami data untuk asal usul menggunakan pepohonan," kata dia.
Alif berharap masyarakat merawat dan menjaga lingkungan, karena pohon salah satunya untuk menyimpan air.
Komunitas Resan sendiri sudah menanam ribuan pohon di berbagai wilayah, dan melakukan pengerukan kembali sumber air yang sudah lama mati. Upaya ini diharapkan bisa menjadi solusi kedepan karena selama ini Gunungkidul dianggap daerah kurang air.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.