YOGYAKARTA,KOMPAS.com - Seorang balita di Kapanewon Sedayu, Kabupaten Bantul meninggal dunia pada 25 September 2022 setelah mengalami gagal ginjal akut.
Dari cerita ayahnya, anaknya tersebut tidak pernah mengkonsumsi obat. Putrinya yang berusia 7 bulan lebih 2 hari tersebut hanya mengonsumsi air susu ibu (ASI) dan makanan pendamping ASI. MPASI yang dikonsumsi pun merek umum dan buatan sendiri.
Sedangkan sang ibu memang sempat mengkonsumsi obat, itu pun beberapa hari sebelum putrinya mengalami demam.
Baca juga: Pasien Gagal Ginjal Akut di RSUP dr Sardjito Yogyakarta yang Sembuh Bertambah, Total 4 Anak
Terkait kasus tersebut, Ketua Cabang Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Tunjung Wibowo mengatakan, ada banyak penyebab gagal ginjal.
Bahkan, kekurangan cairan pun bisa menyebabkan gagal ginjal.
"Semakin kecil individunya itu semakin mudah gagal ginjal, semakin muda usianya semakin sensitif ginjal itu. Saya dokter bayi, sehingga bayi-bayi itu kalau kita merawatnya nggak benar ada infeksi dan sebaginya mudah juga terjadi gagal ginjal," ujar Ketua Cabang IDAI DIY Tunjung Wibowo dalam jumpa pers di RSUP dr Sardjito Yogyakarta, Selasa (25/10/2022).
Baca juga: Menderita Gagal Ginjal Akut, Seorang Bayi Meninggal dan Satu Orang Anak Dirawat ICU
Tunjung Wibowo menjelaskan, tubuh memiliki mekanisme "pertahanan" sehingga zat-zat tertentu yang dikonsumsi ibu, tidak serta merta akan masuk ke ASI.
"Jadi ada mekanisme penyaringan, di mana obat-obat tertentu pun, itu kan dia tidak akan masuk banyak, hanya sedikit sekali kadang masuknya," ucapnya.
Sehingga, kalau misalnya ibunya yang minum sirupnya atau meminum obat yang mengandung etilen glikol, lanjut Tunjung Wibowo, harusnya ibunya dahulu yang gagal ginjal sebelum ke bayinya.
"Karena untuk masuk ke bayinya itu kan perlu kadar yang tinggi sekali itu di dalam darahnya, karena ada penyaringan itu tadi sebelum menjadi ASI," urainya.
Tunjung Wibowo mengungkapkan dalam kasus ini tidak terbukti ibu dari anak tersebut minum yang mengandung etilen glikol.
"Di kasus itu kan juga tidak terbukti ibunya minum yang kemungkinan mengandung itu, juga tidak ada. Sehingga mungkin pada bayi ini bukan masalah intoksikasi, karena itu ya, mungkin masalah lainya, masih sangat mungkin," jelasnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.