YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDI-P) Hasto Kristiyanto mengingat kembali memori 2014 dan 2019, ketika Joko Widodo (Jokowi) diajukan sebagai calon presiden dan KH Maruf Amin menjadi calon wakil presiden.
Hasto mengungkapkan hal itu saat menjawab pertanyaan dari Pengajar Fisipol UGM, Dr. Mada Sukmajati, mengenai calon presiden yang akan diusung di 2024 dan bagaimana memastikan visi serta program partai akan diwujudkan sang calon.
Pertanyaan itu mengemuka dalam Election Corner yang diselenggarakan Fisipol UGM di Yogyakarta, Senin (10/10/2022) yang bertema “Mengembalikan Kembali Politik Programatik di Pemilu 2024”.
Baca juga: PDI-P Cabut Dukungan Politik ke Bupati Alor, Risma: Saya Tahunya dari Pak Hasto Soal Itu...
Hasto memberi penjelasan panjang soal sosok pemimpin yang akan diusung.
Menurut Hasto, di 2024, PDI-P ingin mengusung pemimpin yang mampu membawa Indonesia menjadi pemimpin bagi bangsa-bangsa di dunia. Maka, ia adalah pemimpin yang ideologis, yang memiliki kemampuan teokratis, yang memiliki rekam jejak sejarah yang panjang, dan kuat.
Menurut Hasto, pemimpin itu harus ditopang oleh kekuatan kolektif partai politik atau gabungan partai politik. Jangan sampai terjadi lagi “tsunami” politik di 2014, ketika Jokowi-JK memerlukan 1,5 tahun hanya untuk mengonsolidasikan kekuasaan akibat Parlemen dikuasai parpol non pendukung.
“Itu yang kami persiapkan, merancang satu gabungan partai politik agar pemerintahannya efektif. Dan juga mayoritas dukungan Presiden dari rakyat 50 persen plus 1 tercermin juga di parlemen,” urai Hasto, dalam keterangan tertulis yang diterima KOMPAS.com.
Baca juga: Sindiran Biru Hasto dan Permintaan Nasdem agar PDI-P Hormati Keputusan Partai Lain
“Makanya lobi politik penting. Negosiasi itu perlu, jalan-jalan sehat itu perlu, naik kuda bersama itu perlu. Sekarang naik perahu juga perlu karena Jakarta banjir,” tambah Hasto disertai tawa peserta diskusi.
Hasto lalu menjelaskan soal momentum. Saat ini, Presiden Jokowi masih punya 2 tahun masa jabatan hingga 2024. Dan negara menghadapi penurunan kondisi perekonomian.
“Dalam konteks politik persoalan ekonomi ini yang paling berat saat ini. Ini yang harus kita atasi. Jangan dibawa ke kontestasi politik pemilu 2024 yang terlalu dini. Kita punya komitmen mencapai legacy yang maksimal bagi pak Jokowi,” katanya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.