Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mural "Mataram is Love" Jembatan Perdamaian Antara 3 Kelompok Suporter

Kompas.com - 04/10/2022, 20:58 WIB
Wisang Seto Pangaribowo,
Khairina

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Tragedi Kanjuruhan Malang yang menewaskan ratusan nyawa menjadi duka tak hanya bagi insan sepak bola tetapi juga seluruh bangsa Indonesia.

Rivalitas panas antar klub sepak bola tak hanya di Malang (Arema) dan Surabaya (Persebaya) saja.

Rivalitas macam ini juga banyak ditemui pada klub-klub lain, seperti saat derby Mataram antara Persis Solo berhadapan PSIM Yogyakarta, serta derby Yogyakarta antara PSS Sleman berhadapan dengan PSIM Yogyakarta.

Baca juga: Akhiri Rivalitas, Ratusan Suporter Persis Solo Berangkat ke Stadion Mandala Krida Yogyakarta untuk Doa Bersama

Kejadian memilukan di Kanjuruhan Malang membuka mata para suporter bahwa rivalitas kebablasan memiliki dampak yang buruk.

Suporter PSIM Yogyakarta Brajamusti ingin menyudahi rivalitas dengan kedua klub yakni Persis Solo dan PSS Sleman. Cara yang ditempuh untuk mewujudkannya juga cantik dilakukan, yakni dengan seni mural.

Tulisan "Mataram is Love" berukuran kurang lebih 5 x 1.5 meter itu dibuat di simpang empat Jalan Brigjen Katamso atau di sekitar simpang empat Pojok Beteng Wetan.

Di ujung tulisan "Mataram is Love", terdapat gambar hati dengan warna biru, merah, dan hijau melambangkan warna kebanggaan dari tiga klub sepak bola PSIM Yogyakarta, Persis Solo, dan PSS Sleman.

Di sisi bawah juga terdapat tulisan "Pray for Malang" dan di sisi utara ada juga tulisan "Malang Kamu Tidak Sendiri".

Pemural dan juga anggota Brajamusti Andri mengatakan tulisan itu bentuk dari respon dari cuitan akun suporter Persis Solo untuk membuka pintu perdamaian.

"Saya dan teman-teman meresponsnya juga bahwa intinya sampai kapan kita ber-rivalitas sampai keblabasan karena kejadian yang di Malang itu menjadi contoh. Memang tidak ada bentrok cuma kan awalnya karena rivalitas yang kekencengen akhirnya jika salah satu klub dalam derby kalah efeknya kecewa sampai turun ke lapangan dan lain-lain," katanya saat dihubungi, Selasa (4/10/2022).

Baca juga: Malam Ini, Berbagai Elemen Suporter Persis Solo Ikuti Doa Bersama Suporter Yogyakarta

Lanjut Andri, dengan peristiwa itu dia dan kawan-kawan tidak mau terulang di kota-kota lainnya. Cukup peristiwa Kanjuruhan menjadi yang terakhir kalinya.

"Rivalitas kebablasan memang tidak ada efek baiknya sama sekali," imbuh Andri.

Mural dipilih karena sebagian besar suporter masih berusia muda dan memiliki spot mural di seputaran Pojok Beteng Wetan dimanfaatkan untuk memvisualkan apa yang dia serta rekan-rekannya rasakan.

"Kita sedang berusaha membangun pintu komunikasi dengan teman-teman Pasoepati (suporter Persis), Brigata Curva Sud (suporter PSS Sleman), dan Slemania (suporter PSS). Kita ingin selesai sampai di sini, memutus tali rivalitas yang tidak sehat, dengan menjalin perdamaian," kata dia.

Dalam proses pembuatan mural ia bersama 40 rekannya patungan untuk membeli cat dan perlengkapan lainnya. Lalu pukul 22.00 lalu dimulailah pembuatan mural.

Dia berharap peristiwa di Kanjuruhan Malang diusut tuntas dari mulai panpel hingga standar penanganan suporter.

"Di dalam stadion sudah tidak layak menggunakan gas air mata dan lain-lain jadi ya sedangkan suporter sekarang masuk saja bawa botol saja enggak boleh gitu kan. Masa cara penanganan suporter kok seperti itu, itu sudah enggak layak standar FIFA," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Analisis Gempa Magnitudo 5,0 di Gunungkidul Hari Ini, Dirasakan hingga Pacitan dan Trenggalek

Analisis Gempa Magnitudo 5,0 di Gunungkidul Hari Ini, Dirasakan hingga Pacitan dan Trenggalek

Yogyakarta
Gempa Magnitudo 5,0 Guncang Gunungkidul, Tak Berpotensi Tsunami

Gempa Magnitudo 5,0 Guncang Gunungkidul, Tak Berpotensi Tsunami

Yogyakarta
Organda DIY Larang Bus Pasang Klakson Telolet, 'Ngeyel' Bakal Dicopot

Organda DIY Larang Bus Pasang Klakson Telolet, "Ngeyel" Bakal Dicopot

Yogyakarta
Fakta di Balik Fenomena Munculnya Gundukan Lumpur di Grobogan Pascagempa Tuban

Fakta di Balik Fenomena Munculnya Gundukan Lumpur di Grobogan Pascagempa Tuban

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Kamis 28 Maret 2024, dan Besok : Siang Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Kamis 28 Maret 2024, dan Besok : Siang Hujan Ringan

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Kamis 28 Maret 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Kamis 28 Maret 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Ringan

Yogyakarta
Puluhan Lurah di Kulon Progo Bingung Isi LHKPN

Puluhan Lurah di Kulon Progo Bingung Isi LHKPN

Yogyakarta
Saat Pantai Parangtritis Jadi Pantai Paling Berbahaya di Yogyakarta...

Saat Pantai Parangtritis Jadi Pantai Paling Berbahaya di Yogyakarta...

Yogyakarta
Soal Kasus Ferienjob, Menkopolhukam Segera Bentuk Tim Khusus

Soal Kasus Ferienjob, Menkopolhukam Segera Bentuk Tim Khusus

Yogyakarta
Kasus DBD Capai Ratusan, Stok Abate di Gunungkidul Habis

Kasus DBD Capai Ratusan, Stok Abate di Gunungkidul Habis

Yogyakarta
Nekat Merokok, 11 Penumpang KAI Diturunkan Paksa sepanjang 2024

Nekat Merokok, 11 Penumpang KAI Diturunkan Paksa sepanjang 2024

Yogyakarta
Mesum di Sekolah, Dua Guru di Gunungkidul Dipecat

Mesum di Sekolah, Dua Guru di Gunungkidul Dipecat

Yogyakarta
Viral, Video Roda Depan Dicuri tetapi Sepeda Motor Ditinggal di Yogyakarta

Viral, Video Roda Depan Dicuri tetapi Sepeda Motor Ditinggal di Yogyakarta

Yogyakarta
3 Bocah di Gunungkidul Diamankan Polisi, Curi Kotak Infak untuk Beli Bensin dan Rokok

3 Bocah di Gunungkidul Diamankan Polisi, Curi Kotak Infak untuk Beli Bensin dan Rokok

Yogyakarta
13 Pengedar Obat Terlarang di Yogyakarta Ditangkap, Modus Dijual Lewat Facebook

13 Pengedar Obat Terlarang di Yogyakarta Ditangkap, Modus Dijual Lewat Facebook

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com