Pabrik Gula Madukismo saat ini juga dikenal sebagai tempat wisata yang dikemas dengan nama Agrowisata PT. Madubaru PG PS Madukismo.
Agrowisata ini dibuka untuk masyarakat pada tanggal 17 April 1993 dan diresmikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X.
Melalui kegiatan ini. pengunjung Pabrik Gula Madukismo bisa mendapatkan edukasi mengenai proses pengolahan tebu menjadi kristal gula dan proses juga pembuatan alkohol jenis spiritus.
Tak hanya itu, pengunjung juga bisa menaiki kereta yang kerap digunakan sebagai pengangkut tebu atau lori untuk mengelilingi area pabrik.
Pabrik Gula Madukismo juga dikenal dengan tradisi Cembengan yaitu sebuah ritual untuk memohon doa restu agar proses penggilingan berjalan dengan lancar.
Namun dalam perkembangannya, tradisi Cembengan berubah menjadi layaknya pesta rakyat yang meriah bagi masyarakat sekitar pabrik.
Pelaksanaan tradisi Cembengan disebut mengadopsi tradisi Cing Bing yang berasal dari etnis Tionghoa yang menetap di Jawa.
Tradisi ini dilaksanakan dengan ziarah makam, ritual sesaji atau doa permohonan keselamatan, dan pergelaran wayang kulit.
Cembengan juga dikenal dengan tradisi manten tebu yakni menikahkan dua batang tebu sebelum masuk ke penggilingan.
Tradisi manten tebu ini dilakukan layaknya pernikahan manusia dengan dua batang tebu pria dan wanita diberi nama Kyai Sukro dan Nyai Manis.
Kedua tebu tersebut dinikahkan dengan makna yaitu sebuah harapan agar tebu tersebut dapat memberikan keturunan berupa tanaman tebu yang banyak dan berkualitas.
Sumber:
jogja.tribunnews.com
kebudayaan.kemdikbud.go.id
bantulpedia.bantulkab.go.id
sibakuljogja.jogjaprov.go.id
warisanbudaya.kemdikbud.go.id
regional.kompas.com