Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pameran Fotografi Memoar Orang-orang Singkawang, Potret Keberagaman di Indonesia

Kompas.com - 11/09/2022, 12:46 WIB
Wisang Seto Pangaribowo,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Memoar orang-orang Singkawang, pameran fotografi digelar di Bentara Budaya Yogyakarta mulai tanggal 10 September 2022 hingga 18 September 2022.

Pameran ini menontonkan hasil belasan fotografer yang memotret kondisi masyarakat Singkawang. Tak hanya foto yang dipampangkan tetapi juga hasil-hasil wawancara dengan warga singkawang juga disajikan dalam pameran ini.

Tak heran, dalam pengerjaan pameran ini membutuhkan waktu yang cukup lama, para fotografer dan penulis bekerja sejak tahun 2013. Hasil karyanya baru bisa dipamerkan pada tahun 2022 ini.

Baca juga: Masyarakat Singkawang Diminta Waspada Banjir Susulan

Pameran foto ini memotret perjalanan warga Singkawang mulai dari datang ke Singkawang, terkena imbas penjajahan Jepang, hingga harus tersingkirkan karena politik identitas.

Lalu pada masa pemerintahan Presiden Gus Dur, orang-orang pendatang dari negeri tirai bambu ini diperbolehkan menggelar acara agama hingga upacara tradisi.

Lamanya mereka tinggal membuat akulturasi budaya dengan warga sekitar terbentuk hingga saat ini.

"Pengerjaan lama dari tahun 2013 Singkawang ini kan salah satu keanekaragman yang dimiliki Indonesia. Dan kalau melihat ceritanya salah satu contoh akulturasi budaya di Indonesia," kata kurator pameran Memoar Orang-orang Singkawang Oscar Motuloh, Sabtu (10/9/2022).

Lamanya pengerjaan pameran ini dikarenakan fotografer maupun penulis harus mengumpulkan data dengan melakukan perjalanan langsung ke Singkawang, bertemu dengan warga Singkawang secara langsung.

"Pengumpulan datanya sulit, teman-teman melakukan perjalanan langsung. Kita mendapatkan gambar-gambar terkini tetapi kita juga butuh foto lama untuk melengakapi ini butuh waktu," ujar dia.

Dia bercerita masyarakat Singkawang juga mendapatkan tekanan-tekanan politik sehingga ada yang pulang ke Tiongkok, namun sampai Tiongkok justru mereka mendapatkan masalah baru.

"Mereka termakan propaganda dari satu negara yang baru merdeka yakni RRC datang kesana ternyata mereka harus buka lahan. Jadi ceritanya cukup panjang, lalu munculah keputusan presiden Gus Dur. Diperbolehkan melakukan kegiatan keagamaan, apapun juga dan ritual tradisi," jelas dia.

para pengunjung saat menikmati pameran foto Memoar Orang-orang Singkawang di Bentara Budaya Yogyakarta, Sabtu (11/9/2022)KOMPAS.COM/WISANG SETO PANGARIBOWO para pengunjung saat menikmati pameran foto Memoar Orang-orang Singkawang di Bentara Budaya Yogyakarta, Sabtu (11/9/2022)

Pameran ini ingin menyampaikan kepada masyarakat luas bahwa Indonesia memiliki keberagaman yang bisa menjadi kelebihan. Kelebihan tersebut berupa masyarakat memiliki lata belakang berbeda tetapi tetap satu.

"Kita ingatkan bahwa Indonesia mempunyai keunikan yang jadi kelebihan yaitu masyarakat punya latar belakang berbeda tetapi satu, kita usung keberadaan dari keberagaman Indonesia, karena kita berbeda maka kita kuat," kata dia.

GM Communication Management & Bentara Budaya, Ilham Khoiri mengatakan, foto-foto dan keramik Singkawang dianggap menarik karena mewakili kematangan budaya toleransi di Indonesia.

Di kota kecil berjarak 145 kilometer dari Kota Pontianak, Kalimantan Barat ini, terdapat komunitas keturunan Tionghoa yang telah menyatu dalam kehidupan masyarakat lokal. Mereka menjadi bagian dari denyut nadi warga setempat sekaligus tetap memiliki identitas sebagai anak cucu imigran dari Cina.

Keberagaman dan toleransi menjadi kekhasan Singkawang. Namun, semua itu diperoleh setelah menempuh perjalanan yang panjang. Di masa silamnya, Singkawang pun mengalami luka serius, termasuk persoalan diskriminasi identitas etnik. Sejarah pahit inilah yang kini membuahkan hasil manis; Singkawang menjadi kota multikultural yang harmonis. Bahkan kini, Singkawang, Kalimantan Barat, dinobatkan sebagai kota paling toleran se-Indonesia tahun 2021.

“Kini, wajah Singkawang telah mencerminkan pertemuan dua budaya. Singkawang dianggap mewakili apa yang disebut sebagai hasil proses akulturasi,” ujarnya.

Singkawang sebagai hasil akulturasi diperlihatkan jelas oleh foto-foto dalam pameran di Bentara Budaya Yogyakarta, serta pameran keramik di Bentara Budaya Jakarta.

Dari foto-foto yang diterbitkan dalam bentuk buku "Memoar Orang-orang Singkawang" (Yayasan Singkawang Luhur Abadi-Yayasan Riset Visual mataWaktu, 2022), kita menemukan jejak-jejak pahit-manis sejarah di daerah ini.

Baca juga: RSUD Singkawang Terendam Banjir, Operasi Pasien Tetap Berjalan

Foto-foto kian menarik karena dilengkapi hasil penelusuran tentang warga Singkawang yang telah bermigrasi mancanegara (seperti Cina, Hongkong, Taiwan), tetapi tetap mempertahankan ikatan emosional dengan “kampung halamannya” di Singkawang.

Sementara dari gerabah, kita mendapatkan jejak-jejak masa silam yang masih melekat pada berbagai bentuk kerajinan dari tanah liat yang dibakar. Ada upaya untuk melestarikan tampilan keramik kuno Cina, tetapi juga hasrat memproduksi bentuk-bentuk yang lebih praktis dan modern untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

“Kedua pameran yang sama-sama mengangkat akulturasi di Singkawang ini menandai komitmen lembaga untuk terus mengawal budaya nusantara. Komitmen yang terus dijaga saat lembaga ini berusia 40 tahun dan semoga dapat dilanjutkan pada masa-masa berikutnya,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Analisis Gempa Magnitudo 5,0 di Gunungkidul Hari Ini, Dirasakan hingga Pacitan dan Trenggalek

Analisis Gempa Magnitudo 5,0 di Gunungkidul Hari Ini, Dirasakan hingga Pacitan dan Trenggalek

Yogyakarta
Gempa Magnitudo 5,0 Guncang Gunungkidul, Tak Berpotensi Tsunami

Gempa Magnitudo 5,0 Guncang Gunungkidul, Tak Berpotensi Tsunami

Yogyakarta
Organda DIY Larang Bus Pasang Klakson Telolet, 'Ngeyel' Bakal Dicopot

Organda DIY Larang Bus Pasang Klakson Telolet, "Ngeyel" Bakal Dicopot

Yogyakarta
Fakta di Balik Fenomena Munculnya Gundukan Lumpur di Grobogan Pascagempa Tuban

Fakta di Balik Fenomena Munculnya Gundukan Lumpur di Grobogan Pascagempa Tuban

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Kamis 28 Maret 2024, dan Besok : Siang Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Kamis 28 Maret 2024, dan Besok : Siang Hujan Ringan

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Kamis 28 Maret 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Kamis 28 Maret 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Ringan

Yogyakarta
Puluhan Lurah di Kulon Progo Bingung Isi LHKPN

Puluhan Lurah di Kulon Progo Bingung Isi LHKPN

Yogyakarta
Saat Pantai Parangtritis Jadi Pantai Paling Berbahaya di Yogyakarta...

Saat Pantai Parangtritis Jadi Pantai Paling Berbahaya di Yogyakarta...

Yogyakarta
Soal Kasus Ferienjob, Menkopolhukam Segera Bentuk Tim Khusus

Soal Kasus Ferienjob, Menkopolhukam Segera Bentuk Tim Khusus

Yogyakarta
Kasus DBD Capai Ratusan, Stok Abate di Gunungkidul Habis

Kasus DBD Capai Ratusan, Stok Abate di Gunungkidul Habis

Yogyakarta
Nekat Merokok, 11 Penumpang KAI Diturunkan Paksa sepanjang 2024

Nekat Merokok, 11 Penumpang KAI Diturunkan Paksa sepanjang 2024

Yogyakarta
Mesum di Sekolah, Dua Guru di Gunungkidul Dipecat

Mesum di Sekolah, Dua Guru di Gunungkidul Dipecat

Yogyakarta
Viral, Video Roda Depan Dicuri tetapi Sepeda Motor Ditinggal di Yogyakarta

Viral, Video Roda Depan Dicuri tetapi Sepeda Motor Ditinggal di Yogyakarta

Yogyakarta
3 Bocah di Gunungkidul Diamankan Polisi, Curi Kotak Infak untuk Beli Bensin dan Rokok

3 Bocah di Gunungkidul Diamankan Polisi, Curi Kotak Infak untuk Beli Bensin dan Rokok

Yogyakarta
13 Pengedar Obat Terlarang di Yogyakarta Ditangkap, Modus Dijual Lewat Facebook

13 Pengedar Obat Terlarang di Yogyakarta Ditangkap, Modus Dijual Lewat Facebook

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com