YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Memoar orang-orang Singkawang, pameran fotografi digelar di Bentara Budaya Yogyakarta mulai tanggal 10 September 2022 hingga 18 September 2022.
Pameran ini menontonkan hasil belasan fotografer yang memotret kondisi masyarakat Singkawang. Tak hanya foto yang dipampangkan tetapi juga hasil-hasil wawancara dengan warga singkawang juga disajikan dalam pameran ini.
Tak heran, dalam pengerjaan pameran ini membutuhkan waktu yang cukup lama, para fotografer dan penulis bekerja sejak tahun 2013. Hasil karyanya baru bisa dipamerkan pada tahun 2022 ini.
Baca juga: Masyarakat Singkawang Diminta Waspada Banjir Susulan
Pameran foto ini memotret perjalanan warga Singkawang mulai dari datang ke Singkawang, terkena imbas penjajahan Jepang, hingga harus tersingkirkan karena politik identitas.
Lalu pada masa pemerintahan Presiden Gus Dur, orang-orang pendatang dari negeri tirai bambu ini diperbolehkan menggelar acara agama hingga upacara tradisi.
Lamanya mereka tinggal membuat akulturasi budaya dengan warga sekitar terbentuk hingga saat ini.
"Pengerjaan lama dari tahun 2013 Singkawang ini kan salah satu keanekaragman yang dimiliki Indonesia. Dan kalau melihat ceritanya salah satu contoh akulturasi budaya di Indonesia," kata kurator pameran Memoar Orang-orang Singkawang Oscar Motuloh, Sabtu (10/9/2022).
Lamanya pengerjaan pameran ini dikarenakan fotografer maupun penulis harus mengumpulkan data dengan melakukan perjalanan langsung ke Singkawang, bertemu dengan warga Singkawang secara langsung.
"Pengumpulan datanya sulit, teman-teman melakukan perjalanan langsung. Kita mendapatkan gambar-gambar terkini tetapi kita juga butuh foto lama untuk melengakapi ini butuh waktu," ujar dia.
Dia bercerita masyarakat Singkawang juga mendapatkan tekanan-tekanan politik sehingga ada yang pulang ke Tiongkok, namun sampai Tiongkok justru mereka mendapatkan masalah baru.
"Mereka termakan propaganda dari satu negara yang baru merdeka yakni RRC datang kesana ternyata mereka harus buka lahan. Jadi ceritanya cukup panjang, lalu munculah keputusan presiden Gus Dur. Diperbolehkan melakukan kegiatan keagamaan, apapun juga dan ritual tradisi," jelas dia.
Pameran ini ingin menyampaikan kepada masyarakat luas bahwa Indonesia memiliki keberagaman yang bisa menjadi kelebihan. Kelebihan tersebut berupa masyarakat memiliki lata belakang berbeda tetapi tetap satu.
"Kita ingatkan bahwa Indonesia mempunyai keunikan yang jadi kelebihan yaitu masyarakat punya latar belakang berbeda tetapi satu, kita usung keberadaan dari keberagaman Indonesia, karena kita berbeda maka kita kuat," kata dia.
GM Communication Management & Bentara Budaya, Ilham Khoiri mengatakan, foto-foto dan keramik Singkawang dianggap menarik karena mewakili kematangan budaya toleransi di Indonesia.
Di kota kecil berjarak 145 kilometer dari Kota Pontianak, Kalimantan Barat ini, terdapat komunitas keturunan Tionghoa yang telah menyatu dalam kehidupan masyarakat lokal. Mereka menjadi bagian dari denyut nadi warga setempat sekaligus tetap memiliki identitas sebagai anak cucu imigran dari Cina.